"Indiraaaaa, si baby ngompol nih!" teriak Viny dari dalam kamar bayi kembarnya. Ya, setelah dinyatakan bayinya kuat dan tidak ada masalah. Viny dan Shani membawa kedua putrinya pulang kerumah.
Shani berlari ke dalam kamar bayi, melihat Viny yang berjongkok menunduk ke bawah. Mukanya pucat, tangannya gemeteran sambil menutup hidung.
"Bau bangeeet Indira, aku gak kuat." ucap Viny bergidik geli.
Shani yang melihat ekspresi Viny hanya tertawa, "kamu lucu deh, udah punya anak malah gelian gitu. Haha." ucapnya.
"Ih kan bau habisnya, aku gak kuat nyiumnya." ucap Viny. Shani menggelengkan kepalanya melihat tingkah Viny.
Dengan telaten Shani mengganti popok si kembar bergantian, lalu membersihkan tubuh si kembar dengan tissue basah. Si kembar tertawa riang melihat wajah Shani, Viny yang sudah mulai tenang kini berdiri disamping Shani.
"Kalo liat mereka ketawa gitu, aku jadi gemas sendiri deh." ucap Viny. Dengan lembut Viny mengangkat salah satu dari si kembar ke dalam pelukannya.
"Mereka memang menggemaskan, makasih ya kamu udah ngasih kita anugrah terindah yang kaya gini." ucap Shani yang tak mau kalah menggendong si kembar.
"Kamu kok terima kasihnya sama aku? sama tuhan lah, Indira. Bagaimanapun juga, ia udah baik memberi kita titipan terindahnya dengan baik."
"Iyasih, tuhan baik ya. Tapi kita yg gak baik."
"Udah. Jangan ngomong gitu, Indira. Gak baik." ucap Viny memutuskan pembahasan. Kini pandangan mereka fokus pada bayi yang digendong masing-masing, si cantik yang kini memainkan ujung rambut Shani dan si gemas yang tertawa riang melihat ekspresi Viny yang berubah-ubah.
"Vin." ucap Shani mendekat ke arah Viny.
"Iya Indira?"
"Kamu gak inget ya?"
"Inget apa?" Ucap Viny menautkan sebelah alisnya.
"Kita belum ngasih mereka nama loh."
Viny menepuk jidatnya, "Ya ampun, aku belum cari di gugel lagi. Kok aku bisa gak kepikiran ya?"
"Yg hamil siapa, yg gak kepikiran siapa. Hih." cibir Shani sambil menaruh si cantik di tempat tidurnya dan meninggalkan Viny.
"Aku denger loh Indira."
*********
Sementara itu, terlihat seorang pria yang mulai berumur berjalan dari gate kedatangan luar negeri menuju bangku yg diduduki wanita cantik. Ia melangkah gontai, seperti semua beban ada di kepalanya.
"Gimana meetingnya, mas?" Tanya sang wanita cantik itu.
"Semuanya gagal, kerja sama ini putus begitu saja." ucap sang pria yg di panggil 'mas' itu.
"Belum rezeki kita berarti, kita pulang ya. Kita lanjutin pembicaraan ini dirumah." ucap sang wanita, sang pria mengangguk lelah dan beranjak dari tempat duduknya sambil menggandeng sang wanita pergi dari bandara.
Didalam mobil, sang pria hanya menatap kosong ke arah luar kaca mobil. Tatapannya sendu dan susah diartikan, sang wanita hanya berdiam diri. Ia tau kalau sedang begini, suaminya hanya ingin merenung dan terdiam.
Sesampai dirumah, pasangan suami istri itu di sambut riang oleh seorang wanita muda yg menggendong seorang anak kecil.
"Yey ayah udah pulang, Anin kangen Ayah." ucap anak kecil itu turun dari gendongan wanita muda dan memeluk kaki ayahnya. Ayahnya tersenyum lalu berjongkok, dan menggendong putri bungsunya itu.
"Ayah juga kangen Anin, Anin udah makan?" Tanya Ayah dari anak kecil yang bernama Anin. Lelaki itu adalah Kinal dan sang wanita yg menjemputnya dibandara adalah Naomi.
"Udah dong, tadi di suapin kak Nadila." ucap Anin.
"Anak pinter, ayah istirahat dulu ya. Nanti kita main lagi." ucap sang ayah kepada putri bungsunya.
"Ok ayah, aku mau main lagi sama kak Nadila di kamar." ucap Anin menarik tangan Nadila menuju kamarnya.
"Aku siapin air hangatnya buat mandi, supaya kamu lebih relax." ucap sang istri.
Kinal pun masuk ke kamarnya, ia duduk di pinggiran tempat tidur yg menghadap jendela. Ia terlihat banyak hal yg terlintas di pikirannya. Ia hanya memikirkan Shani dan Shani, Kinal merindukan putrinya itu.
"Mas?" ucap Naomi.
Pikiran Kinal dipenuhi oleh Shani, sampai ia tak sadar istrinya sudah duduk di sebelahnya sambil memandangnya.
"Ada yg kamu pikirin, mas?" Tanya Naomi sekali lagi.
Kinal menoleh, kini pelupuk matanya mulai dibasahi oleh air mata. Apakah harus menyesal atau bagaimana kah? Itulah yg dirasakan Kinal.
"Aku membuat anakku membenci ayahnya sendiri Mi, aku jahat." itulah yg di ucapkan Kinal ditengah keheningan.
"Maksudmu?"
"Tenyata perusahaan yg akan bekerja sama dengan perusahaan ku adalah perusahaan milik Viny." ucap Kinal menunduk.
"Lalu, bagaimana? Apakah berhasil menjalin kerja sama?" Tanya Naomi, Kinal menggelengkan kepalanya.
"Aku mengacaukan segalanya, aku membuat Shani membenciku. Apa yg harus ku lakukan?"
"Meminta maaflah, dan biarkan mereka bahagia bersama. Itu jauh lebih baik." ucap Naomi.
"Itu tidak akan terjadi Naomi, tidak akan ku merestui hubungan mereka. Hubungan mereka terlarang Naomi, terlarang! Camkan dalam ingatanmu!" Kinal melengos pergi meninggalkan Naomi di kamarnya.
*******
"Ciciiiiii, aku udah dapet nama buat si kembar." ucap Viny langsung memeluk Shani dari belakang.
Shani pun mencium gemas pipi Viny yg memeluknya, "sungguh? Aku mau dengar." ucap Shani.
"Aku mau kasih nama Violet Ravien Airlangga buat si gembul dan Eve Vinshara Airlangga buat si mungil." jawab Viny.
"Nama yg bagus, kelak pasti jadi anak yg nurut sama orang tuanya ya." ucap Shani. Viny terdiam sejenak, entah ia masih memikirkan bagaimana reaksi kedua anaknya saat dewasa dengan hubungan seperti ini.
"Kamu kenapa diem? Masih kepikiran soal itu?" Tanya Shani yg melihat keanehan Viny, Viny mengangguk.
"Aku gak punya solusi untuk ini semua, Indira. Aku bingung, aku takut, aku..."
Cup
Shani membungkam mulut Viny dengan kecupannya, lalu melumatnya dengan lembut. Viny yg menyadari itu, membalas kecupan Shani. Setelah kehabisan nafas, mereka menghentikan ciumannya.
"Kamu memang selalu bisa bikin aku tenang, Indira." ucap Viny. Shani terkekeh geli mendengar ucapan Viny yg menurutnya gombalan receh.
"Dasar mesum, giliran aku cium malah tenang." ucap Shani sambil mencubit gemas perut Viny.
"Aww." ringis Viny. "Mainannya cubit, gak seru!!"
"Gemes akutu."
"Kezel aku kezeeel!" ucap manja Viny.
Cup
Sekali lagi Shani mencium kilat bibir Viny lalu kabur dari jangkauan Viny. Viny hanya tersenyum, pikirannya menjadi sedikit lebih lega.
"Demi masa depan Vio dan Eve, gue gaboleh nyerah gitu aja. Gue harus bisa selesain ini semua, secepatnya." Ucap Viny dalam hati.
***********
Hallo! Maaf ya, cerita ini sempat di unpiblish. Alasan di unpublish, karena lagi stuck banget dan gatau harus kaya gimana lagi. Mungkin, cerita ini bakal berakhir di beberapa part. Endingnya pasti garing. Mungkin, hehe. Maklum, masih pemula banget jadi gatau mau gimana endingnya. Ditambah aku tuh lagi keracunan 48 tetangga, hehe. Jadi, makin gatau deh feelingnya kemana. Sekian dan terima kasih~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you, Vin ( END )
AcakMengapa takdir ini begitu menyiksaku? - Ratu Vienny F