5. Pucuk di Hijrah Cinta Pun Tiba ❤

808 41 0
                                    

Berbisiklah ke bumi dengan sujud
Maka doamu akan menembus pintu langit
Biarlah dalam diam segala rasa
Namun tak sadar diam ini menyakitkan
-al. Syahputri
❤❤❤


Sore ini seharusnya Khadijah ke rumah Aisyah. Namun,  Khadijah menelfon Aisyah mengabarkan tidak dapat ke rumahnya karena harus mengisi tarbiyah di Masjid sore itu juga. Aisyah nampak kecewa juga, tapi Aisyah tetap tersenyum semriwingan dan memanggil ibunya.

“Ibu..ibu” panggil Aisyah menuju keluar dari kamar terburu- buru.

“ehh..iya sayang. Hati- hati. Kebiasaan deh kamu terburu-buru gitu.”

“Ibu aku mau ke masjid tempatnya kak Khadijah ngisi tarbiyah. Boleh ya... " pintanya.

Ibu dan ayahnya yang sedang ngeteh bareng sontak matanya membulat dan dahi berkerut.

“Ibu… boleh kan?” Tanya Aisyah lagi

“Boleh bangetlah, Ayah siap-siap dulu kebetulan Ayah juga mau ketemu sama Pak ustadz” ujar ayah semangat mulai berdiri dari kursi.

“Mau ketemu atau curhat yah.” ucap Aisyah sedikit meledek.

Ayah dan ibu tersipu malu mendengarnya.

“Ibu juga siap- siap dulu ya. Ayah tungguin ibu jangan dikunci kamarnya.” Teriak ibu ke ayah yang lebih dulu ke kamar.

Selang beberapa waktu ayah dan ibunya akhirnya siap dan mereka pun beranjak ke tempat yang ingin mereka tuju.

Perjalaan beberapa menit akhirnya mereka sampai ditujuan. Ibu mengantar  Aisyah ke tempat Khadijah mengisi tarbiyah dan ayah langsung singgah di rumah pak ustadz karena tidak mungkin ayah ikut kesana, ada banyak akhwat.

“Assalamu’alaikum” salam ibu kepada Khadijah yang kebetulan sudah sementara mengisi tarbiyahnya.

“Wa’alaikumussalam. Eh ibu, mari bu. Aisyah ditinggal di rumah bu?” Tanya Khadijah celingak-celinguk.

Beberapa saat Aisyah mendekati tempat Khadijah.

“Masyaa Allah. Aisyah, ini kamu. Barkallahum Fiik, semoga istiqamah ," tutur Khadijah penuh dengan kebahagiaan memeluknya muthorabbiyahnya yang lain pun ikut menyalami ibu dan Aisyah dengan penuh kehangatan.

Baru kali ini Aisyah merasakan dekapan yang seperti ini. Beda rasanya saat dipeluk dengan teman- temannya yang dulu dengan yang ini. Ada kedamaian tersendiri yang tidak bisa diungkapkan lewat kata- kata oleh Aisyah.

"Ya Allah terima kasih engkau telah mempertemukanku dengan orang yang seperti kak Khadijah. Sekiranya aku yang dulu lalai padamu, tapi kau masih menyayangiku dengan memberiku kasih sayang dari orang- orang sholeha ini. Walau akau tidak bisa melihat rupa mereka tapi sungguh aku bisa merasakan sosok kebaikan ada pada diri- diri mereka" batin Aisyah dalam hati hampir meneteskan air mata.

“Kak khadijah. Aku boleh tidak ikut tarbiyah disini. Aku bosan di rumah terus” ucap Aisyah lalu membuat senyum di wajah Khadijah dan tampak pada wajah ibunya juga.

“Masyaa Allah boleh sekali Aisyah”

Kini Aisyah selalu datang ke masjid ketika jadwal tarbiyah.

Aisyah mulai tidak bosan lagi, walau dengan keadaan butanya tidak lagi ia merasakan kesulitan untuk bisa tersenyum dan berbagi cerita.

Khadijah selain menjadi murabbiyahnya juga menjadi teman curhat Aisyah.

Kadang- kadang Aisyah iseng menyingginh Khadijah kapan menikah, dan hanya dijawab melucu saja oleh Khadijah.

Cahaya Cinta Tarbiyah [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang