2. Menolak Cahaya ❤

1.1K 44 0
                                    

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (TQS. Al- Qashash: 56)


♥♥♥

Sore ini Icha berdiri di jendela kamarnya, warna orange di barat sana yang sering ia acuhkan kini menjadi gambaran kosong. Kali ini hanya kegelapan yang ia lihat. Sejak kecelakaan itu Icha lebih sering mengurung diri hidup bagai tak berarah.

Kedua orang tuanya pun ikut marasa sedih. Berharap ada yang mau mendonorkan mata untuk anaknya agar dapat melihat keindahan dunia lagi namun begitu sulit untuk mendapat pendonor.

"Ibu, ndak usah sedih, jangan bikin Icha makin sedih. Mungkin Allah punya rencana yang baik di balik ini semua" Ujar Ayah Icha menyemangati yang merangkul istrinya yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Icha.

"Sepertinya Aisyah harus punya teman dekat ayah." Saran ibu ke ayah dengan mata berbinar.

Masyaa Allah ibu Icha ini memiliki keindahan mata yang sangat menyejukkan hati tentunya juga diwarisi oleh Icha.

"Ayah tidak setuju. " Tungkas ayah icha

"Tapi ayah....."

"Ayah tidak mau kalau teman- temannya yang nakal itu semakin dekat dengan Aisyah. Sudah cukupnpengaruh buruk mereka"

"Tidak ayah, bukan mereka maksud ibu."

"Lalu..."

"Kemarin waktu ibu ikut ta'lim ibu- ibu di masjid, ada seorang perempuan Masyaa Allah sekali ayah. Ia terlihat sangat cerdas ilmu agamanya dan menyejukkan hati. Mungkin ada baiknya Aisyah ikut belajar agama juga." Tutur ibu Aisyah.

"Nahh.... Kalau yang itu Ayah setuju, pasti Aisyah tidak akan merasa kesepian lagi dan kita sebagai orang tua juga tidak akan khawatir." Ayah meyakinkan sembari tersenyum kepada ibu.

⭐⭐⭐

Ibu menuntun Icha turun ke meja makan untuk sarapan bersama. Icha masih dengan wajah datar dan penuh dengan kesedihan, wajahnya yang demikian tidak tega dilihat orang tuanya.

"Sini duduk di samping ayah Aisyah anak Ayah." Panggil Ayahnya dengan memanjakan suaranya.

"Ayah jangan gitu, Icha udah gede. Bukan anak umur lima tahun lagi." Tungkas Icha masih dengan wajah datarnya.

"Ibu ambilkan roti dengan selai coklat ya nak." Tawaran ibunya dengan lembut.

"Aisyah. Ayah dan ibu rencana mau mengajak kamu ke Masjid Nurul Ilmi. Kamu ikut ya." Ucap Ayah sembari menyeruput teh panas.

"Iya ayah." Jawaban Aisyah tanpa sedikit pun terbesit pertanyaan.

Karena hari itu hari sabtu, ayah tidak masuk kantor dan Ibu tidak sedang sibuk mengurus butik. Bersama dengan Aisyah mereka menuju ke Mesjid Nurul Ilmi.

Cahaya Cinta Tarbiyah [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang