3. Sambutlah Cahaya ❤

1K 40 4
                                    

Jika boleh membeli hidayah
Aku ingin membelinya
Sebanyak- banyaknya
Dan akan kubagikan
Pada orang tersayang
Yang kuharap dapat merasakan
Manisnya berhijrah

❤❤❤

Suasana rumah tampak sepi sore ini, hanya dentingan jam yang setiap detiknya menambah suasana hening.

Tiba-tiba.
Tingnong....tingnong... (bunyi bel)

Ibu Aisyah segera membuka pintu. Dan pada saat di buka

"Assalamu'alaikum." Salam dari seorang wanita berparas polos dengan balutan hijab panjangnya yang selutut.

"Wa'alaikumussalam. Ehh, nak Khadijah anaknya Pak ustadz kan?" Tanya ibu Aisyah memastikan.

"Iya bu. Saya kesini ingin bertemu dengan Aisyah. Oiya bu ini ada pisang ijo buatan Ummi untuk ibu dan sekeluarga." Tutur Khadijah sambil memberikan susunan rantang tiga tingkat berwarna hijau.

"Wah, banyak banget nak, jadi merepotkan. Sampaikan terima kasih ibu ke Ummi kamu ya." Ujar ibu Aisyah

"Iya bu, In Syaa Allah"

"Mari nak, saya antar ke kamarnya Aisyah." Ajak ibu Aisyah menuntun Khadijah ke kamar.

"Bi itjeh ini ada pisang ijo dari Ummi nya Khadijah tolong di simpan ya." Pesan ibu Aisyah ke bi itjeh sembari meletakkan rantang di atas meja.

"Wahh... dari bu ustadzah ya bu..uuhhmm... baru kali ini bibi mencium aroma pisang ijo yang sangat menggugah selera. Biasanya mah kalau bibi ke pasar enggak nafsu belinya, kalau ini mah pasti uenakk tenang. Uhmm tuh wanginya." Ujar bi Itjeh dengan penuh wajah ekspresi selera menciumi bau rantangnya *ehh pisang ijo nya.

Khadijah tertawa kecil melihat tingkah lucu bi itjeh yang menggelitik perutnya.

"Mari nak, kita ke kamar Aisyah."

Ibu mengetok pintu dan membuka pintu kamar Aisyah. Aisyah terlihat sedang duduk di depan jendela menikmati angin dengan berdiam diri terasa seperti tidak ada kehidupan yang ia rasakan.

Selama ini hanya itu yang selalu dilakukannya, ia selalu mengurung diri dan tidak mau diganggu.

"Aisyah, ada yang mau bertemu dengan kamu nak."

"Siapa bu? Aisyah enggak mau diganggu. Kalau teman- teman Icha suruh saja pergi. Aku enggak butuh temen." Tuturnya dengan ketus.

"Bukan nak, ini nakk...." Ucapan ibu terpotong karena dihentikan Khadijah dengan lembut memegang ibunya.

Khadijah berbisik,
"Ibu, bisa saya bicara berdua saja dengan Aisyah,"

"Bisa nak," ibu Aisyah mengangguk dan beranjak meninggalkan kamar dengan tatapan penuh simpati pada Khadijah.

Beberapa menit terasa sunyi, Aisyah mengira ibu dan temannya tadi sudah meninggalkan kamar. Khadijah perlahan mendekati Aisyah.
Aisyah merasakan detak langkah kaki itu yang semakin mendekatinya.

"Siapa kamu...??"

"Ini saya Khadijah. Kamu masih ingat?'' jawabnya.

"Khadijah? Ngapain kamu kesini?" Tanya Aisyah yang masih ketus sembari membalikkan badannya kearah yang berlawanan dengan arah keberadaan Khadijah.

"Saya datang kesini karena Allah. Karena atas dasar persaudaraan seiman." Jawab Khadijah penuh dengan kelembutan.

Aisyah hanya terdiam dan memalingkan wajah ke arah yang berlawanan. Khadijah perlahan mulai duduk di dekatnya.

Cahaya Cinta Tarbiyah [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang