Jihyo keluar dari kamar lano setelah anaknya tertidur. Dia menuju kearah dapur dimana amber sedang membuat cookies " rajin kali malam malam buat cookies" tanya jihyo.Memasukkan cookiesnya kedalam oven " aku emang rajin kali gak kayak kau pemalas " ucap amber.
" aku bukan pemalas tapi ya gitu deh " ucap jihyo.
" bilang aja malas " ucap amber.
Jihyo tidak membalas perkataan amber barusan kalau dia balas bakalan sampai pagi adu argumennya. Jihyo memakan cookies yang sudah matang diatas meja. Saat amber mau marah bel berbunyi mereka berdua saling berpandangan satu sama lain " siapa yang bertamu malam malam begini " tanya amber.
Jihyo mengangkat bahunya tanda tidak tau " buka sana " perintah jihyo.
" enak aja kau buka sana, aku masih banyak kerja " seru amber.
Jihyo mau tidak mau dia menuju kearah pintu dan membukanya alangkah terkejut dia melihat deniel yang berdiri didepannya sekarang " boleh aku masuk " tanya deniel.
jihyo tidak menjawab tapi dia memberikan laluan untuk deniel masuk, jihyo yang baru tersadar dari lamunannya mengikuti deniel dari belakang dan tidak lupa menutup pintu " ada apa malam malam datang kesini " tanya jihyo.
Deniel tidak menjawab tapi malah melangkah kearah kamar lano, jihyo yang masih bingung mengikuti kemana deniel pergi " apa yang kau ingin kan deniel dan untuk apa kau masuk kekamar lano " tanya jihyo lagi.
Sekali lagi deniel tidak menjawab soalan yang di ajukan oleh jihyo. Jihyo menyerah percuma dia bertanya tapi malah dicuekin. Jihyo hanya melihat saja apa yang dilakukan deniel. Deniel menyentuh pipi tembab lano setelah itu dia mencium kening lano.
Sebelum dia melangkah keluar, dia melihat kearah jihyo dengan tatapan yang susah untuk jihyo artikan. Deniel melangkah kearah jihyo setelah sampai didepan jihyo dia memeluk jihyo dengan eratnya. Jihyo tidak membalas apa yang dilakukan deniel, ini semua membingungkan dan secara tiba tiba setelah cukup lama deniel melepaskan pelukannya dan dia mencium kening jihyo. Jihyo kaget setengah mati belum sempat dia ingin bertanya apa maksud semua ini deniel sudah pergi dari apartemennya.
Jihyo keluar dari kamar lano dengan banyak persoalan yang bermain dipikirannya " apa ini semua " tanya nya pada diri sendiri.
" apa maksud deniel " tanya amber yang sudah ada disamping jihyo.
Jihyo melihat kearah amber sambil menggelengkan kepalanya " apa dia gila " tanya jihyo.
" bisa jadi, datang tiba tiba ditanya diam saja setelah itu main peluk dan cium anak orang sesuka hati setelah itu pergi tanpa sepatah kata pun " ucap amber.
Jihyo hanya menganguk kepalanya membenarkan apa yang diucapkan amber barusan " ada yang aneh " batin jihyo.
---
Deniel membawa mobilnya disuatu tempat yang menurut kebanyakan orang menyeramkan apa lagi sekarang sudah sangat malam. Dia berjalan kearah sebuah kuburan dan duduk disamping kuburan tersebut. Dia menangis untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun terakhir ini " aku merindukan mu sayang, kenapa kau pergi begitu cepat, bukan kah kita sudah berjanji akan hidup berdua selamanya dengan anak kita sayang, kan aku udah bilang kalau aku akan menerimanya seperti anak ku sendiri, aku tidak akan pernah membenci yang lahir dari rahimmu, kenapa malah kau yang pergi seharusnya si bajingan itu yang mati bukan kau sayang " ucap deniel dengan airmata.
" sayang dia begitu mirip dengan mu, semuanya tanpa terkecuali ketawanya senyumannya semuanya sama dengan mu, setiap aku melihat nya aku seperti melihat dirimu, sayang aku pergi dulu nanti aku akan datang lagi " .