TR*20

25K 3.2K 166
                                    

Pie menatap photo pernikahannya dengan Lie. Photo pernikahan mereka yang pertama kali. Pie tersenyum. Dia tak menyangka akan menikah untuk kedua kalinya. Menikah dua kali dengan orang yang sama. Sama sekali tak terpikirkan olehnya. Pie mencium photo itu lalu memeluk bingkainya.

"Sini sayang.....!"

Pie teringat saat Lie menghentikan langkahnya menjauhi ruang tamu karna tak tahan mendengar ucapan Ley.

"Ley, aku dan Prilly mau menyampaikan berita bahagia sama kamu..."

Lie meraih tangan dan menarik Pie untuk duduk disampingnya saat Pie mendekat dengan langkah berat setelah Lie berulang kali mengucapkan "sini" dan melambaikan tangannya.

"Berita?" Ley mengucapkan pertanyaannya dengan wajah yang menerka-nerka. Apalagi ketika Lie merangkul bahu Pie memandangnya sambil tersenyum lalu berbicara pada wanita yang Ley tahu adalah mantan istrinya itu dengan tatapan mesra.

"Kenapa?" Lie tak menjawab pertanyaan Ley malah fokus pada wajah Pie yang terlihat lelah. Mungkin karna sebelum anak-anak datang tadi dia beres-beres dikamar Bie.

"Capekkkk...." Pie menjawab dengan nada suara yang manja sambil menutup mulut karna tiba-tiba menguap dan Lie mengusap kepala Pie lalu menarik kedalam dekapnnya.

"Bentar lagi ya, kamu ngantuk juga?" tanya Lie dijawab Pie dengan anggukan sambil mengusap matanya, Lie mengusap kepalanya lagi dengan bahasa tubuh yang terlihat sangat  sayang.

Tangan Ley seketika menjadi dingin mendengar obrolan dan sikap mereka yang terlihat tak biasa. Intim. Dan Ley merasa selama ini salah arti. Salah sasaran juga. Jika Ley tidak merasa seperti itu dia sangat keterlaluan. Sudah jelas Ali menjawab ungkapan perasaannya dengan sikap berbeda.

"Kalau begitu aku pamit, Li!"

Lho? Pie termasuk Lie cukup terkejut mendengar Ley pamit.

'Baguslah kalau paham,' pikir Pie.

Kalau mau mencari sasaran empuk untuk merebut perhatian dan mendapatkan harta jangan teman sendiri dong. Teman makan teman namanya. Pie membatin.

Ley teman Lie waktu kuliah, ketemu lagi saat sering nongkrong dan akhirnya sering curhat jadi dekat. Karna dia istri muda jadi cuma sesekali suaminya ada dirumah. Makanya Ley bebas nongkrong sampai tengah malam jika suaminya tidak ada.

Pie tak paham dengan wanita jenis seperti Ley. Dalam pikiran Pie harusnya ia sudah tahu istri muda itu resikonya jarang dikunjungi kenapa harus dicurhatin lagi? Tanggung dong akibatnya. Berani menjadi istri muda harus berani juga menanggung resikonya. Jangan resiko beratnya dibagi dipundak lelaki lain.

Wanita yang merebut suami orang menurut Pie tidak sesuai dengan perjuangan ibu Kartini. Ibu Kartini justru menolak menikah dengan suami orang hanya demi derajat  ningrat tanpa cinta. Sekarang perjuangan ibu Kartini membuat derajat wanita setara dengan pria dalam hal mengecap pendidikan dan lebih pintar jadi ternoda dengan ulah  wanita yang ternyata cuma pintar menggoda suami orang.

"Nanti kalau udah dapat tanggal tepatnya pernikahan kami, pasti kami kabari kamu, Ley..." Lie berkata sebelum Ley angkat kaki dari ruang tamunya diiringi senyuman Pie yang tulus melepas kepergiannya.
Ya, tentu saja tulus karna Ley mundur teratur.

"Oke, kabari aja ya Li, Pril, semoga aku bisa hadir....."

Pie melepas dekapannya pada Photo pernikahan dan memandang lagi photo didepannya itu setelah lamunan tentang berakhirnya serangan Ley buyar. Photo delapan tahun lalu. Dengan kebaya putih dan bunga-bunga diatas kepalanya. Sebentar lagi momen itu akan terulang kembali. Wajah Lie delapan tahun yang lalu lebih imut daripada sekarang. Sekarang dia sedikit lebih dewasa dengan kumis tipis dan jenggotnya. Rambutnya yang sudah agak panjang kelihatan acak kalau tak disisir kebelakang.

Time ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang