Classroom; 24

2.5K 325 25
                                    

Setelah hujan reda, Irene mengajak Taehyung untuk keluar dari sarang, kamar Taehyung. Dia melihat keadaan luar lewat jendela, untungnya gak banjir cuma jalanan cukup basah. "Tae, jalan bentar yuk!" ajak Irene.

Taehyung mengiyakan ajakan pacarnya, mereka akhirnya jalan-jalan keliling desa.

"Mau beli minum gak?" tawar Taehyung pada Irene saat lewati warung mbak CL.

Irene menggeleng dengan wajah sedih. "Gak usah, waktu gue gak banyak."

Taehyung bingung. Kenapa Irene tiba-tiba kayak lemes gitu padahal baru aja dia liat ceweknya itu ceria banget waktu di ranjang bergoyang. "Lo kenapa, beb?" Taehyung menyentuh pipi Irene khawatir.

Irene terpejam saat Taehyung menyentuh pipinya lalu menatap mata Taehyung dalam. "Cari duduk yuk! Ada yang mau gue omongin," ajak Irene menarik tangan Taehyung ke pinggir sungai. Karena di situ banyak bebatuan jadinya mereka duduk di sana walaupun sebenarnya pemandangannya gak banget, air sungainya kuning terus dekat jamban.

Irene diam sambil mandangin sungai yang tak elok untuk di pandang. Hal itu bikin Taehyung heran, ini kok si betina sikapnya bisa langsung berubah drastis gini ya.

"Rene," panggil Taehyung tapi gak dihiraukan Irene.

"Rene!" panggil Taehyung sekali lagi sambil menyentuh pundak Irene.

Irene langsung kaget. "Eh... I-iya."

"Lo kenapa? kok ngelamun."

"Ada yang harus gue omongin, Tae."

Perasaan Taehyung tiba-tiba gak enak. "Apa?"

Irene menarik napasnya sebanyak mungkin lalu memandang wajah Taehyung dengan sendu. "Maaf...."

Taehyung mengangkat sebelas alisnya. "Maaf buat apa?"

"Maafin gue, Tae." Irene menunduk dan mulai menangis.

Taehyung makin bingung, gak ngerti dengan Irene. Dia membawa cewek itu ke pelukannya. "Lo kenapa sih? Coba ngomong yang bener," pinta Taehyung halus.

"Tae...."

"Hm...."

"Tatap aku," pinta Irene.

Taehyung sedikit menundukkan wajahnya menatap Irene.

Chu....

Irene kali ini gak cuma nempelin bibir mereka tapi cium-cium sambil main-main lidah. Cukup lama mereka saling menyesap. Khawatir sebenarnya kalau yang di jamban bakal liat mereka jadi akhirnya mereka akhiri.

"Tae, kita putus."

Deg... detak jantung Taehyung seketika berhenti, napasnya serasa tercekat. Kenapa hatinya begitu sakit? "Lo jangan bercanda, Rene." Taehyung berusaha menyakinkan hatinya bahwa Irene sedang bercanda.

"Gue serius, kita putus aja."

"Tapi kenapa?" Taehyung berusaha sabar. Ingin rasanya dia teriak ke Irene karena gak terima di putusin. Dia cinta banget sama Irene.

"Gue bakal kembali ke kota, Tae. Tempat asal gue berada. Gue pergi besok pagi terus gak bakal ke sini lagi. Perjanjian emang cuma dua tahun gue di sini, tapi bapak gue tiba-tiba nyuruh balik lagi, katanya gue udah cukup di sini," jelas Irene sambil nangis.

"Tapi kan kita gak perlu putus, kita masih bisa pacaran jarak jauh," ucap Taehyung.

"Itu gak mungkin, Tae. Kita gak punya alat buat komunikasi. Lo tau aja kan desa ini susahnya kayak apa. Kita gak bakal bisa buat menjalin hubungan kalo kayak gini."

Taehyung terdiam karena yang diucapkan Irene memang benar.

"Jadi kita harus putus?"

Irene mengangguk. Setidaknya mereka putus dengan cara baik-baik. Ini sebenarnya pilihan yang paling berat. Dia sudah bersikeras melawan bapaknya buat tetap tinggal di desa ini tapi tetap aja orang tua gak bisa dilawan.

"Maafin gue." Irene meminta maaf sekali lagi.

Taehyung diam sesaat. "Bisa gak lo janji satu hal," pinta Taehyung.

Irene menatap Taehyung sebagai jawaban.

"Janji jangan pernah lupain gue," ucap Taehyung dengan memandang mata Irene dalam.

Irene tersenyum.

"Gue janji."

.

.

.

Irene keluar rumahnya gak semangat. Dia merasa gak ikhlas ninggalin desa yang penuh kenangan absurd yang gak pernah di dapatkan di mana pun. Berawal dari dia yang selalu pengen pulang ke Seoul dan pada akhirnya dia malah gak pengen ninggalin desa ini. Kenangan teman-temannya yang berkelakuan di luar batas normal pasti bakal selalu dia ingat. Terlebih lagi temen kayak mereka pasti bakal susah nemuin di Seoul. Irene suka ke sederhanaan yang ada di desa ini. Gak butuh mewah dan berkelas untuk bahagia.

"Rene!" panggil Yoongi saat melihat Irene melamun.

Irene jadi kaget. "Iya." 

"Lo sedih ya?" tanya Yoongi.

"Bohong kalau gue jawab gak."

"Gue ngerti kok. Apalagi harus pisah sama Taehyung."

"Gue udah putus," jawab Irene cepat.

"Putus?"

"Iya. Gue gak mungkin LDR-an sama dia."

"Apa LDR?" tanya Yoongi bingung.

Ah Irene lupa. Mana ngerti sih dia masalah cinta-cintaan.

"Maksudnya pacaran jarak jauh gitu. Dia di sini, gue di sana bakalan susah kali."

"Ah gitu. Gue ngerti." Yoongi mengangguk paham.

"Kalau gitu gue pergi dulu ya... Bus gue udah nunggu," pamit Irene.

"Rene, gak kasih pelukan terakhir gitu," pinta Yoongi si tukang tidur.

Tanpa mikir Irene lari kecil meluk Yoongi. Nih orang lumayan berjasa, tiap saat dengerin curhatannya. "Gue bakalan kangen lo, Yoon. Gue pasti ingat lo setiap liat rumput."

"Iya, gue juga bakal ingat. Lo yang sering ngadu ke adek gue terus gue langsung kena pukul," jawab Yoongi hingga mereka terkekeh bersama. Kenangan konyol itu lebih indah untuk dikenang.

Tiba-tiba terdengar suara orang nangis. Waktu ditengok, Jihoon lagi nangis sambil jongkok di samping kaki Yoongi.

"Lo kenapa, Dek?" tanya Yoongi.

"Jihoon sedih kak. Kak Irene mau pergi ntar gak ada lagi cewek yang mau sama abang kecuali kak Irene, soalnya abang agak langka."

Curhatan hati Jihoon agak nyelekit gitu buat Yoongi. "Bisa gak salam perpisahannya itu yang agak enakan di kuping," pinta Yoongi.

"Gak bisa bang... " Jihoon menangis seseguk-seguknya.

"Udah dek jangan nangis." Irene berniat untuk memeluk Jihoon namun....

"Irene!"

Irene seketika menoleh ke arah suara lalu mendapati Taehyung yang sedang mengatur napasnya.

"Rene, jangan pergi.... "

Bersambung...

Classroom ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang