Part IV

5 1 0
                                    

Aku dapat mendengar suara-suara perdebatan meskipun mataku masih tertutup rapat. Rasa penasaranku menyeruak tatkala yang kutangkap adalah suara laki-laki. Perlahan kutarik kelopakku ke atas, berkedip beberapa kali sebelum menoleh ke arah kanan di mana hanya ada nakas kecil dengan segelas air putih penuh serta benda penghangat ruangan. Dan di ujung kanan sana ada pintu keluar cokelat. Bau obat mengatmosfir diseluruh ruangan.

Rumah sakit?!

Benar saja, kini lenganku masih tertancap selang infus. Bukannya sebelumnya aku terbangun di rumah seorang putri? Apa hanya mimpi? Suara perdebatan laki-laki itu berasal dari luar, entah siapa yang pasti di dalam sini hanya aku seorang. Kurasakan sakit menjalari kepalaku ketika itu, dan ternyata perban terbungkus rapi di keningku. Mungkin batu sempat menghantamnya, beruntungnya tak ada luka lain yang merusak tubuhku misalnya patah tulang. Tidak, jangan sampai.

Ceklekㅡ

Seseorang menjadi fokusku ketika ia memasuki ruangan ini, raut wajahnya tidaklah cerah.

"Kamu sudah sadar?" Ia berlari kecil mendekatiku lalu duduk di samping kananku meraih jemariku dan menggenggamnya erat.

Mataku nanar menatapnya. "Kamu... Siapa?"

Ia mengerjap beberapa kali mencerna ulang kalimatku, "Jim. Apa kamu... Lupa ingatan?"

Aku tersenyum kecil sebelum menjawabnya, tapi tak membuat pria yang terus-terusan mengekori pandanganku itu sedikit lega.

"Jim? Kakakku? Hmm.. Setauku Jim itu tampan tapi kenapa kamu jelek ya?" Gelak tawaku kemudian pecah saat ia syok hampir menangis karena ulahku. Tapi ia masih tak menyingkirkan ekspresi anehnya, ah seperti sedang dilanda masalah, begitulah. Aku tahu senyumnya yang sekarang mengembang adalah senyum palsu.

"Ada masalah apa?"

"Ya?"

"Kenapa wajahmu itu?"

Ia tak menyahut, hanya nafasnya yang kudengar turun naik, meskipun ia memiliki banyak masalah di kampus tak biasanya ia tunjukkan padaku seperti ini.

Baru saja mulutku membuka untuk berbicara lagi, ia sudah mendahuluinya, "aku khawatir dengan kamu Jes. Kenapa bolos coba?"

Ah, yang masih menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana aku bisa selamat? Sudah jelas bahwa aku jatuh ke laut dari ketinggian tak biasa dan juga kemampuan renangku yang nol. Apa aku terbawa arus? Tapi pasti aku sudah mati jika begitu! Seseorang menyelamatkanku? Tapi siapa?! Di laut lepas seperti itu mana ada seseorang! Sekalipun orang berlayar kecil kemungkinan! Masih membayang wajah mengerikan monster itu yang berubah seperti di dalam mimpiku saat aku di ujung tebing itu sebelum jatuh. Sudah kuduga dia makhluk yang sama, yang sebenarnya hidup juga di dunia ini bukan dimimpiku saja!

"Mikirin apasih?" Jim menyadarkanku kembali sebelum emosiku kembali memuncak dan timbul rasa takut itu lagi. Nafas kulepaskan panjang, berusaha tetap tenang.

"Bagaimana aku bisa selamat?"

"Ya ada yang nolong lah! Jantungku rasanya mau copot tau gak pas dikabarin kamu ketabrak mobil!"

Deg!

Hah?Ket... Ketabrak mobil? Dia membual? Berbohong atau bagaimana? Jelas aku ingat sekali saat tubuhku melayang di udara dan kemudian jatuh. Ditabrak mobil apanya?! Aku masih sangat hafal rute jalan yang kutempuh yang membuatku berakhir disini.

"Siapa.. Yang menolongku?"

Jim menggeleng, "aku tidak tahu yang pasti dia perempuan cantik dan masih muda. Usianya kisaran 25."

Perempuan? Cantik?Apa mungkin... Yang sebelumnya kukira bidadari itu? Tapi mana mungkin... Kurasa dia memang hadir dalam mimpiku, tapi itu saja.

"Sudahlah istirahat saja."




Future AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang