Love you to death...
###
Part 39
It's too Painful
###
Fiona tertegun, menatap gedung bertingkat yang ada di hadapannya. Gedung Sagara Group. Meremas kedua tangannya ketika sekali lagi teringat dengan kalimat Septa beberapa saat yang lalu.
"Aku tahu ini kesalahan Brian, dia mendatangi suamimu di cafe itu dan memukulinya. Dan semua yang telah dilakukannya pada suamimu, aku tahu dia pasti punya alasannya sendiri. Sekalipun aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Karena, bukankah kau bilang kalian sudah meninggalkan masa lalu kalian itu? aku mempercayaimu karena aku mencintainya."
"Jika kau benar-benar sudah meninggalkan masa lalu kalian, lepaskanlah Brian kali ini. Aku memintamu sebagai sesama wanita, sesama istri. Setelahnya, aku akan berusaha sebisaku untuk membuatnya membalas cintaku. Jadi tolong, bujuklah suamimu untuk mencabut tuntutannya. Aku mohon padamu."
Hembusan nafas berat itu berhembus lagi ketika ia melangkah memasuki lift yang terbuka.
Ia tidak tahu alasannya Brian memukuli Frian hingga lebam itu memenuhi wajah Frian. Sekalipun ada rasa penasaran yang menghimpitnya, ia berusaha mengabaikannya. Menepisnya karena sedikit hatinya berkata bahwa ia mengetahui alasan pria itu menghajar suaminya. Ia tidak perlu menengok ke belakang, sekalipun kepalanya gatal untuk membalikkan wajahnya. Hanya satu hal yang membuatnya mempunyai tekad kuat itu, ia tidak dan tak akan menyesali pilihannya. Apapun resikonya. Ia sudah menyakiti Brian lebih banyak lagi, ia tidak ingin Brian lebih menderita lagi dan sungguh ingin pria itu menemukan kehidupannya.
Jika ini satu-satunya jalan agar Brian kembali mendapatkan kebahagiaannya, ia rasa hanya ini yang bisa dilakukannya untuk membayar kebaikan pria itu. Untuk terakhir kalinya. Dan semoga saja semuanya berjalan dengan lancar, harapnya dalam hati.
Pintu lift terbuka, dan ia melangkah keluar. Melihat Stella di mejanya sibuk dengan layar komputer di hadapannya. Dan satu lagi sekretaris Frian yang sibuk memilah-milah berkas di mejanya.
"Apa Frian ada di dalam?" tanyanya pada Stella. Membuat wanita cantik itu mendongak dan memasang ekspresi datarnya ketika mendapati dirinya yang bertanya.
"Apa kau ingin menemui pak Frian?" seringai kecil menghiasi bibirnya yang berwarna pink.
"Aku tidak ingin membuang waktuku untuk berdebat denganmu, Stella." hardik Fiona ketika Stella mulai memasang ekspresi siap mengulur waktu untuk mencemoohnya. "Dan sebaiknya kau juga tidak."
Stella terdiam, mendengus sebelum menjawab sambil mengangkat tangan kanannya mengambil gagang telepon, "Ada Nyonya Sagara ingin bertemu, Tuan."
"..."
"Baiklah." Stella meletakkan gagang telefonnya. Beranjak dari duduknya dan melangkah menuju pintu ruang kerja Frian. Membuka pintu itu untuk mempersilahkan Fiona masuk.
Fionapun mengikuti langkah Stella di depannya. Masuk ke dalam masih dengan kecamuk di dalam kepalanya yang dimbang-timbangnya.
Ia melihat Frian yang baru saja beranjak dari kursinya dan menghampirinya dengan senyum cerah dan lembut di wajahnya yang masih menyisakan bekas lebam di sana. Sudah jauh lebih baik dari dua hari kemarin.
"Duduklah." Frian mengambil sesuatu di sakunya ketika menyuruh Fiona duduk.
Fiona membalas senyum itu, sekalipun ia tahu senyum itu tak mencapai matanya. Mengambil tempat duduk di sofa panjang dan Frian duduk di sampingnya setelah mengecup bibirnya sekilas. Perkembangan hubungan mereka semakin membaik, dan pria itu tak sungkan-sungkan lagi menunjukkan kasih sayang dan rasa cintanya untuk dirinya. Membuatnya diliputi perasaan bersalah mengingat tujuan utama kedatangannya ke sini. Dan semakin besar ketika mengingat beksa luka itu adalah perbuatan Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You to Death... ( F.Alandra Sagara) Terbit di Google Play Book & Kubaca
RomanceFiona menoleh ke arah Frian yang sudah duduk di kursi pengemudi dan hanya menatap ke depan dengan tatapan datar. Merasa sepertinya perasaan pria itu sudah jauh lebih baik daripada beberapa saat yang lalu. "Apa kau sudah lebih baik?" Tanya Fiona dat...