Fando merenung di taman RS, sendirian. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus memberitahu orang tuanya tentang keadaan Alicia atau tidak. Di satu sisi ia ingin orang tuanya tahu keadaan Alicia agar mereka pulang ke rumah, tetapi di sisi lain, ia tidak ingin membuat adiknya sedih lagi.
"YOOEE BROOO!! Lu ngapain bengong-bengong disini?" teriak lelaki itu sambil menepuk pundak sahabatnya.
"Arka sialan! Buat kaget aja lo!"
"habisnya lo bengong-bengong sih, kayak punya binik 10 aja. Kenapa gak ke dalem?"
"lagi pengen disini aja, bosen di kamar."
"terus si cantik gue lo tinggal sendirian di kamar? Wah...parah lo!"
"emang kenapa? Lagian dia nonton drama Korea."
"Ck! Bener-bener...gak emak gue, gak si cantik gue, doyannya Korea. Eh betewe nih ya, si cantik sakit apaan sih? Kok gak balik-balik ke rumah? Padahal kan udah 3 hari."
"gapapa kok. Cuma kecapean."
"terus? Kenapa masih dirawat sampe sekarang? Gak mungkin kan cuma gara-gara kecapean?"
Fando hanya mengedikkan bahu. Ia tak ingin orang lain tahu tentang masalah adiknya, meskipun itu adalah sahabat terdekatnya sendiri.
"ayolah Fan...jujur aja sama gue, santai ajalah sama gue, gue itu kan sahabat lo."
Fando menghela napas kasar. "seriusan Ka, adek gue gak apa-apa."
"gue gak percaya! Apa salahnya sih ngasih tau gue yang sebenarnya? I need the real!"
*****
Kreekk-
Pintu kamar tempat Alicia dirawat terbuka, menampakkan sosok lelaki jangkung dengan tas yang disandang di bahu sebelah kanannya. Dua kancing teratas pada seragamnya dibuka sehingga kaus oblong hitam yang dipakainya terlihat.
"hueeeeee...hhhueeeeee....hhh...hueeeee" suara isakan gadis itu terdengar dengan jelas, memenuhi ruangan. Lelaki yang baru saja memasuki ruangan itu dengan sigap berlari menghampirinya dan langsung memeluknya.
"Al...lo kenapa?! Aa..ada yang sakit? Kenapa lo nangis?" Kata lelaki itu sambil melihat seluruh tubuh Alicia bergantian, melihat apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak.
"hueeeee...itu...ss..song..joong ki...o..oppa...sekarat...dia ditembak...haaaaaa big boss..."
Ekspresi yang tadinya sangat khawatir itu berubah seketika menjadi datar. Lelaki itu melepas pelukannya dan berjalan mundur beberapa langkah dari gadis itu. Setelah itu, ia mengangkat kedua tangannya sambil melentik-lentikkan jemarinya dan mendekatkannya ke arah gadis itu.
"Kev? Kev...lo mau ngapain? Kev...jangan gitu dong mukanya...serem tau. Terus itu tangan lo kenapa gitu? Lo mau apain gue? Awasin tangan looo dasar cabul! Mesum! Gue teriak nih!"
Tidak peduli dengan apa yang dikatakan gadis itu, ia semakin mendekatkan tangannya ke gadis itu dengan wajah yang dibuat seseram mungkin.
"Keviinnn!!! Ampun Kev ampun!! Gue janji ga bakal buat lo kesel lagi, tadi itu gue syok soalnya calon suami gue hampir mati! Plis jangan bunuh gue dulu, gue belum nikahhh, gue masih mau ngerasain malam pertamaaa. Cukup oppa gue aja yang mati! Aaaaa!!!"
"heh anak nakal, lo tuh yang mesum, malam pertama-malam pertama, siapa juga yang mau bunuh lo! Eehh...dasar nakal! Gue kirain lo kenapa-napa eh taunya nangisin si Kon Jung Si! Kampret!" kata lelaki itu sambil mencubit pipi gadis yang ada dihadapannya dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Dont Know
Novela Juvenil[SLOW UPDATE] " Jika membenci saja tidak butuh alasan. Maka, mengapa mencintai harus membutuhkan sebuah alasan? "