Rangga = 04 =

104 8 0
                                    

BAB IV

Setiap tindakan pasti ada alasannya. Apapun alasannya, hargailah tindakan itu.

——

RANGGA memasuki kawasan rumah Alya —tempat reuni angkatannya, yang tergolong cukup megah itu. Beberapa saat yang lalu Rangga mengatakan pada Ali bahwa ia akan menginap di rumahnya, dan Ali berkata bahwa ia sedang ikut reuni. Jadi terpaksa, Rangga datang ke acara reuni ini.

Rangga melangkahkan kakinya menuju halaman depan rumah itu yang sudah terisi banyak makanan ringan. Diantara semua manusia berpakaian pink dan putih, Rangga memakai baju berwarna hitam sendiri. Miris.

Rangga mulai mencari keberadaan sahabat karibnya sedari SMP itu, tetapi nihil. Ia tidak menemukannya dimana-mana.

Rangga pun mencoba menghubungi Ali, yang dijawab oleh suara operator. Sungguh sial nasibnya.

"Rangga?"

Rangga pun menoleh. "Eh? Lo ikut acara ini?"

Icha mengangguk. "Wah, lo beneran gak punya baju warna putih ya. Gue kira bercanda." ucapnya yang diakhiri oleh kekehan.

Rangga menggaruk tengkuknya pelan sembari tersenyum kecil. "Lo liat Ali, gak?"

"Tadi sih dia masuk ke dalem rumah Alya bareng Rian." jawab Icha setelah berpikir sebentar.

"Rian ada disini?!" sungguh, Rian biasanya sangat malas jika disuruh datang ke acara seperti ini.

"Iya," Icha mengangguk pelan. "Eh, lo kenapa matanya merah gitu?"

Rangga otomatis meraba sekitar matanya. Matanya merah? Rangga sepertinya tidak menangis sama sekali. "Merah gimana?"

Icha menunjuk kelopak mata Rangga dari kejauhan. "Gue ngeliat ada kesenduan yang mendalam disana."

Dan Rangga tidak berkutik apa-apa lagi. Tidak menyalahkan, dan tidak membenarkan juga. Ia hanya langsung pergi meninggalkan Icha sendirian.

——

"Jadi gitu." usai Rangga setelah bercerita keluh kesahnya kepada perempuan di hadapannya ini.

Elin terdiam berusaha mencerna kisah yang tadi baru saja diceritakan Rangga padanya.

"Lo ngerasa gak kalo sifat Manda selama ini cuman akting?" tanya Elin sambil mengerutkan dahinya.

Rangga menggeleng. "Gue tau kalo tatapan matanya itu tulus."

Elin menatap Rangga dengan pandangan yang jijik. "Omongan lu kayak cewek."

Rangga tertawa. Dia tidak menjawab apa-apa, karena ia pun juga menyadarinya.

Elin juga tidak mengeluarkan suara apa-apa lagi, karena ia tahu, lelaki disampingnya ini butuh waktu untuk berpikir dan menerima semuanya.

"Tau gini mendingan gausah punya pacar." cibir Rangga tiba-tiba memecahkan keheningan.

Elin yang mendengar cibiran pelan Rangga langsung tertawa terbahak-bahak sambil memukul punggung Rangga dengan kencang. Kebiasaannya jika tertawa.

Rangga tetap mencibir kesal. "Diem napa."

Elin berusaha meredakan tawanya. "Yaudah, kenapa lo pacaran, coba?"

Rangga mengumpat pelan. "Terserah gue lah."

"Lah tadi lo bilangnya gak mau punya pacar?" tanya Elin bingung.

"Kan gue udah bilang, TERSERAH GUE!" jawab Rangga sengit.

Elin tertawa lagi mendengar ucapan Rangga. "Lo tuh sebenarnya masih polos tau, Rang."

"Gak."

"Tuh kan polos. Gitu aja marah," usil Elin sambil terkekeh.

"Enggak!" jawab Rangga sewot.

"Eh, lu udah bilang ke bonyok lu, lu mau nginep dirumah Ali malem ini?"

"Udah." Rangga melirik Elin sekilas. Elin juga sedang menatapnya.

Rangga menghela nafasnya. "Lu tau gak? Semua cowok itu sebenarnya peka. Tapi mereka lebih pinter muka dua dibanding cewek."

Elin mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa lo tiba-tiba bilang gitu?"

"Gapapa. Gue cuman mau bilang aja," jawab Rangga santai, matanya terlihat menyembunyikan sesuatu.

Elin menatap Rangga malas. "Lo bener-bener gak keliatan kayak orang abis patah hati tau, ga?" jeda sebentar sebelum Elin melanjutkan perkataanya. "Back to topic, lah. Menurut lu kenapa Amanda mutusin lu?" tanya Elin.

Rangga mengangkat kedua bahunya malas. "Tau deh."

Elin berpikir sebentar, matanya menatap kosong meja di hadapannya, tetapi pikirannya menerawang kemana-mana. "AH!" Elin menjentikkan jarinya.

"Kenapa?" tanya Rangga pelan.

"Kayaknya—" potong Elin, ia menatap mata Rangga dalam-dalam. "Dia punya alasan lain yang mengharuskan dia mutusin elo,"

——
TBC
——

Mulmed: baju yg dipakai Icha.


Karena merasa bersalah, jadi ku double update:) disini rangga jadi seperti cewe sekali><, ada yg tau gak makna dari part ini?><

Nah karena rangga sm amanda udh putus, berarti cerita yg sebenarnya baru dimulai sekarang, ye!🎉

Stay tune terus ya🙏

RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang