"Ashley, pulanglah.. Ini sudah terlalu larut untuk seorang gadis," ujar Albert.
Ashley tersenyum kecil, lalu menggeleng pelan, "Aku akan tetap menemanimu disini," ujar Ashley kekeuh.
"Perlukah aku menghubungi Sean agar kamu mau pulang, hm?" Ashley menggeleng cepat.
"Baiklah, aku akan pulang," ujar Ashley, "Jaga dirimu." Ashley memeluk tubuh Albert, lalu pergi sambil melambaikan tangannya.
Sebelum pulang gadis itu mampir ke minimarket terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa haus yang tiba-tiba menerpa tenggorokannya.
Fshhh..
Ashley refleks membalikkan tubuhnya kearah belakang saat mendengar suara lesatan. Tubuh mungil itu bergidik ngeri, Ashley mempercepat langkahnya menuju minimarket tujuannya tersebut.
Fshhh..
Ashley menghentikan langkahnya, terlihatlah seorang lelaki tampan berkulit pucat telah berdiri dihadapannya.
Ashley segera membalikkan tubuhnya dan hendak pergi sebelum bunyi lesatan itu terdengar kembali, tapi sayangnya rencananya gagal. Seorang gadis cantik sudah tersenyun devil dihadapannya, "Apa mau kalian?" tanya Ashley mulai ketakutan.
Keduanya tersenyum lebar, memperlihatkan kedua gigi taring mereka yang sangat panjang, "Shttt.. Jangan takut seperti itu.." lelaki berambut pirang itu tersenyum devil, "Kami tidak akan menyakitimu.." lelaki itu mengelus pipi halus milik Ashley. Mata lelaki itu berbinar sempurna, "Aku dapat merasakan aliran darahnya.." Lelaki itu tersenyum lebar.
Gadis berwajah pucat itu langsung menepis tangan lelaki pirang itu, "Fabrice, kita tak punya waktu untuk bermain-main," ujar gadis itu.
Lelaki itu terkekeh geli, "Baiklah, baiklah.." Ashley terjengit saat lelaki bernama Fabrice itu mengangkat tubuhnya ala karung beras.
"Hei! Apa yang kamu lakukan?" Ashley memukul-mukul punggung tegap Fabrice.
"Diamlah, Nona manis," ujar gadis berwajah pucat itu.
"Lepas!" Ashley menendang-nendang tubuh Fabrice dengan kencang agar lelaki itu kesakitan, tapi percuma saja, Fabrice sama sekali tidak merasakan apa-apa. Dengan kesal, Ashley langsung menggigit bokong lelaki tersebut dengan kencang.
Fabrice terjatuh, melepaskan Ashley dari gendongannya, "Ck! Rasakan!" ujar Ashley sambil memeletkan lidahnya. Ashley mengernyit kebingungan, saat melihat gadis berwajah pucat itu memegangi perutnya, begitu juga dengan Fabrice, "Hei, aku, kan, hanya menggigit bokongmu! Mengapa reaksi kalian terlalu berlebihan?" Ashley menatap keduanya yang tergeletak kebingungan.
Ashley mengendikkan bahunya, lalu beranjak pergi, tapi baru beberapa melangkah pandangan Ashley langsung bertemu dengan manik semerah darah.
"Sean.."
Sean segera menarik Ashley, mengangkat tubuh mungil itu ke atas punggungnya, lalu melesat pergi.
"Sean! Apa yang tadi itu ulahmu?" tanya Ashley sedikit kecewa, karena bukan dia yang mengalahkan vampire-vampire tersebut.
Sean mengendikkan bahunya, lalu menurunkan tubuh Ashley, "Ayo, masuk." Sean menggenggam tangan Ashley lembut, lalu mengajak gadis itu masuk kedalam rumahnya.
"Sean, aku sedang bertanya!" ujar Ashley kesal sambil menahan tangan Sean.
Langkah Sean terhenti, Sean menarik pinggang dan tengkuk gadis itu dengan cepat dan mencium bibir ranum tersebut. Ashley hendak melepaskan ciuman itu, tapi tangan dan kaki Sean menjepit tubuhnya sehingga dia tidak bisa bergerak.
"Sean, apa yang kamu lakukan?" Amber menarik tubuh Sean dari belakang, lalu mendorong tubuh itu dengan kuat sampai terpental kebelakang.
Ashley mengerjap-ngerjapkan matanya melihat meja kaca yang pecah akibat tubuh Sean yang terpental karena Amber.
Sean mengusap wajahnya, keningnya berdarah karena terkena pecahan kaca tersebut, tapi dalam hitungan detik, luka itu langsung tertutupi.
"Kamu ingin membunuhnya? Dia manusia, dan dia membutuhkan napas!" ujar Amber emosi.
"Sean, kamu tak apa?" Ashley segera menghampiri Sean dan membantu lelaki itu untuk bangun.
"Sean.." panggil Ashley kembali karena Sean sama sekali tidak bergeming.
Hening.
Sean mendongakkan kepalanya setelah lama terdiam, lalu pandangannya langsung bertemu dengan wajah cantik itu, "Agar hidupmu tenang, makan menikahlah denganku," ujar Sean tiba-tiba.
Ashley terjengit kaget, matanya membulat sempurna, "Apa kamu gila?" tanya Ashley spontan.
"Dalam sejarahnya vampire tidak ada yang gila." ujar Amber merasa ikut tersinggung.
"Amber.." Sean menatap Amber, memberikan kode pada adiknya itu untuk meninggalkannya berdua saja bersama Ashley. Amber hanya memutar bola matanya malas, lalu melesat pergi.
"Sean, ak-aku tidak bisa," ujar Ashley tiba-tiba, "Aku menolak bukan karena aku tidak mencintai dirimu, aku hanya belum siap menikah," ujar Ashley.
Sean beranjak berdiri, "Itu bukan alasan," ujar Sean menatap manik hijau indah tersebut.
"Itu alasan!" ujar Ashley.
"Ashley, kita saling mencintai, kamu mencintaiku dan begitu juga aku, aku tidak mau terjadi apa-apa padamu, aku tak mau mereka merebutmu dariku." Sean mencangkup wajah Ashley.
Ashley melepaskan tangan Sean dari wajahnya, "Sean, apa kamu pikir aku bisa menikahi seorang lelaki yang baru saja kukenal? Lelaki yang selalu menutup dirinya dariku? Aku bahkan tidak tau apa masalahmu dengan mereka, mengapa mereka mengincarku dan mengapa juga kamu begitu takut kehilanganku! Bisakah kamu menjawab semuanya?" perkataan Ashley membuat Sean langsung terdiam.
"Karena kamu adalah kehidupan bagi keluargaku.."
Ashley tersenyum miris, matanya bahkan sudah berkaca-kaca, "Seharusnya, dari dulu aku tau jika kamu sama sekali tidak mencintaiku." Ashley beranjak berdiri, hendak pergi, tapi Sean menahan tangannya.
"Diluar berbahaya," ujar Sean.
Ashley menepis tangan Sean kasar, "Kamu lah yang berbahaya bagiku Sean!" teriak Ashley mulai emosi, gadis itu berlari meninggalkan Sean yang hanya terdiam membeku.
Air mata itu terus mengalir dengan derasnya, bahkan langkahnya sudah oleng kemana-mana. Sesampai dirumahnya pun Ashley terus menangis.
"Mengapa dadaku sakit sekali!" Ashley mengusap wajahnya kasar.
Diesok harinya. Ashley hanya diam, tidak berniat untuk mengeluarkan sepatah kata apa pun, sebenarnya sedari tadi Sean terus-menerus berusaha untu berbicara empat mata padanya, tapi Ashley selalu menghindarinya. Rasa sakit itu terlalu membekas pada hati kecilnya.
Ashley bergegas keluar dari kelasnya saat bel berdering menandakan waktu untuk belajar telah habis.
"Ashley.." Sean melesat dan mencekal tangan gadis itu kencang.
"Lepas!" Ashley menepis tangan itu kasar.
Sean memegang kedua bahu Ashley, "Kumohon jangan seperti ini.." Sean terlihat sangat panik sampai mata biru itu berubah menjadi merah, "Kamu tau aku begitu mencintaimu," ujar Sean mengusap pipi Ashley, memberikan Ashley kenyamanan.
Ashley menangkap tangan Sean yang menelusuri wajahnya, "Sean, kamu salah mengartikan perasaanmu, kamu tidak benar-benar mencintaiku, kamu hanya takut kehilanganku," ujar Ashley dengan air mata yang dibendungnya.
"Ashley-"
"Aku mau kita menjauh, kita tak perlu seperti ini lagi, cukup hidup dengan diri masing-masing seperti pertama kali kita bertemu.."
29/ 04/ 2017
Awww.. Mereka berantem, gimana nih?? Eh, ngomong-ngomong terimakasih untuk rank 97 nya, ya.. Love you all guys 😘
-Charlies_N-
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Vampire Le Fort [TELAH DIBUKUKAN]
Fantasy(FANTASY - ROMANCE STORY) Highest Rank #1 In Fantasy Highest Rank #1 In Vampire Highest Rank #1 In Werewolf Highest Rank #1 In Book Highest Rank #1 In Impossible Mulai ditulis pada tanggal 10 April 2017 Cover by filliagraphics [SEBAGIAN CERITA TELAH...