Author P O V
"ATHALA,"
"KEMARI," Pekik seorang guru bertubuh gempal dengan nada membentak, membuat gadis yang baru saja menginjakkan kakinya didepan gerbang sekolah seketika menutup telinga. Gadis bernama Athala itu berjalan menuju guru yang memanggilnya dengan malas.
"Ada pak pak Rudi?" Ucapnya dengan sangat manis. Namun lagi-lagi hal itu tak mempan menghadapi guru yang satu ini.
"Kamu tau kesalahan kamu?" Ketus Pak Rudi sambil menatap bengis kearah siswinya yang sangat terkenal sebagai pembuat onar tersebut.
Sedangkan yang ditatap malah tersenyum menampilkan sederet giginya. "Iya tau, telat kan pak hehe."
Pak Rudi menghela napasnya jengah. "Kapan kamu itu mau berubah?" Tanya Pak Rudi putus asa. Segala cara sudah ia lalukan untuk merubah karakter bandel yang melekat pada diri Athala, namun hasilnya tetap saja sia-sia.
"Yaudah gini aja pak, sekarang bapak mau hukum saya apa nih?" Tanya Athala datar.
Tak ada rasa takut sedikit pun karena dirinya sudah biasa melakukan hal-hal seperti ini. Terlambat, bahkan sudah bisa di sebut rutinitasnya."Bapak sudah lelah sama kamu. Hukuman yang bapak berikan selama ini itu selalu aja sia-sia gak ada yang mempan,"
Athala tersenyum kecil, sangat kecil.
"Yang bapak butuhkan sekarang yaitu buku tata tertib kamu, sini bawa kemari!"
Sial. Lagi-lagi Athala lupa membawa buku saku itu lagi. Walau ukurannya kecil, buku itu memuat tentang tata tertib di Sma Taruna serta bukti pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan.
Athala nyengir kuda sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ketinggalan pak dirumah. Lagian kan saya gak ada rencana buat pelanggaran kayak gini pak, jadi ya gak saya bawa bukunya."
"Alasan kamu ya!" Bentak Pak Rudi cepat. Refleks guru itu sempat menarik pelan telinga Athala, membuat gadis itu meringis.
"Pak sakit aduh,"
Pak Rudi melepas tarikannya. Ia mengamati Athala dengan tatapan tajam. "Bapak itu udah bilang berapa kali sama kamu? Kenapa kamu masih tetap aja nggak pakai name tag?"
Lagi, dan lagi Athala hanya bisa nyengir kuda. Tak tau harus berbuat apa. "Seragam saya baru pak, belum sempet beli name tag."
Pak Rudi mengusap wajahnya frustasi, ia sudah sangat lelah menghadapi siswi nya satu ini. "Kamu itu banyak sekali alasannya. Sekali lagi bapak ingatkan, name tag harus dipakai setiap hari."
"Iya pak," Jawab Athala lemah.
"Sudah dari pada bapak muak sama kamu, lebih baik kamu ambil catatan ini," Pak Rudi menyerahkan secarik kertas kearah Athala.
"Kamu hari ini pelajarannya Bu Anik kan? Beliau tidak bisa masuk kelas karena rapat. Didalam kertas itu ada tugas yang dititipkan Bu Anik,"Athala mangut-mangut sembari bernapas lega. Jadi sekarang kondisi di kelasnya adalah jam kosong.
"Iya siap pak, Laksanakan!" Pekik Athala sembari menaruh tangannya di pelipis membentuk hormatan. Pak Rudi hanya geleng-geleng kepala lalu kembali duduk di pos yang seharusnya menjadi tempat untuk satpam berjaga.
Melihat itu Athala tak mau lama-lama lagi disini. Ia langsung melangkahkan kakinya berjalan masuk menuju koridor kelas yang sepi karena ini jam pelajaran. Saat Athala sempat berpapasan dengan beberapa siswi yang berlalu lalang, mereka langsung menyingkir dan memberi tatapan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN AND TEARS
Teen FictionCerita ini tentang Athala Serena Kenza, cewek kelas unggulan dengan sejuta tingkah onarnya. Namun hukuman dari segala aksi onarnya kali ini berbeda. Ia di pertemukan dengan Ramario Arkan Gibran, ketua osis dengan wajah datar dan ketus. Awalnya Arka...