Author POV
WANGI semerbak bunga melati menyeruak kedalam indra penciuman Athala saat cewek itu mulai melangkah masuk kedalam sebuah tempat yang tidak pernah Athala duga sebelumnya.
Tubuh Athala terasa dihisap habis membuat dirinya benar-benar tak berdaya. Athala menunduk, mengamati sebuah foto yang sedang ia bawa. Disana ada seorang pemuda yang wajahnya sangat mirip dengannya tengah mengenakan jas sembari tersenyum manis.
Tes
Air mata Athala menetes lagi untuk kesekian kalinya. Tubuhnya lemas, matanya terasa sangat perih. Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Atau bisa dibilang......mati rasa.
"Kamu yang tabah nak, biar kakakmu bisa tenang disana." Kalimat demi kalimat yang Athala dengar sedari tadi makin membuat hatinya bereaksi.
Sakit dan perih, semuanya berkumpul menjadi satu.
Kekuatan Athala makin hilang tak tersisa saat ia melihat jenazah kakaknya yang mulai diturunkan di liang lahat. Jika kini tantenya tidak sedang memeganginya, Athala pasti akan lompat masuk dan memeluk kakaknya lagi.
Jenazah kakaknya makin lama makin tidak terlihat karena beberapa orang kini mulai menutupinya dengan tanah. Tak lama semua tanah kecoklatan itu sudah mulai menutup semua bagian. Dan saat itu juga, Athala merasa seluruh energi yang di hidupnya ikut terkubur.
Ditambah saat melihat nama kakaknya di batu nisan yang baru saja di tancapkan, Athala benar-benar tak berdaya. Hanya satu hal yang ia pikirkan saat itu. Ia berpikir untuk secepatnya menyusul kakaknya.
"AAAARRRGGGHH!!!!!!"
ATHALA terbangun dengan nafas terengah-engah. Dahinya dipenuhi oleh keringat dingin. Yang pertama kali ia lihat di hadapannya adalah Kathalina. Wanita itu tengah duduk menggunakan seragam kerjanya dan menatapnya kebingungan.
"Hei, kamu kenapa?"
Athala terdiam sejenak, mencoba menetralkan napasnya yang tercekat.
"Sshh heh kamu ini kenapa Thal...." Kathalina menepuk pipi Athala beberapa kali.
Akhirnya setelah beberapa menit, Athala mulai merasa lebih baik. Ia menghela napas. "Gapapa Bu, Athala habis mimpi buruk."
"Mimpi apa emang kok sampe tidur sambil nangis gitu?"
Athala meneguk salivanya. "A-aThala mimpi dikejar genderuwo, gede banget!"
"Masya Allah kamu ini ya," Anggun tersenyum cengengesan. "Makanya berdoa dulu sebelum tidur, enggak malah nonton film mulu!"
"Iya-iya Bu,"
Kathalina mangut-mangut lalu berajak berdiri. "Yaudah sana mandi udah jam enam tuh, ibu mau berangkat kerja!"
Athala mengangguk lalu menyalami tangan ibuna. "Ati-ati ya bu,"
"Iya, udah kamu cepetan bangun." Kata Kathalina seraya bangkit berdiri. "Jangan sampai telat lagi,"
"Siap bos!" Athala menaruh tangannya di pelipis. Setelah mendengar jawaban Athala, Kathalina berlalu pergi menyisakan Athala sendiri.
Cewek itu membaringkan tubuhnya lagi di ranjang. Tangannya terulur untuk melihat jam, ternyata memang benar. Waktu sekarang menunjukan pukul 06.11
Athala menggeliat pelan sembari mengusap wajahnya. Mimpinya semalam lagaknya seperti jadi pengingat bahwa rasa sakit tentang kejadian itu memang masih terasa. Tidak pernah berkurang namun sangat pandai disembunyikan.
"Bang, Athala kangen." Lirih Athala menghadap ke foto kakaknya yang terletak di meja. "Lo kalau mau dateng ke mimpi ya jangan yang bagian itu dong, bagian yang asik dikit kek"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN AND TEARS
Teen FictionCerita ini tentang Athala Serena Kenza, cewek kelas unggulan dengan sejuta tingkah onarnya. Namun hukuman dari segala aksi onarnya kali ini berbeda. Ia di pertemukan dengan Ramario Arkan Gibran, ketua osis dengan wajah datar dan ketus. Awalnya Arka...