4 - Kebiasaan Buruk

182 50 1
                                    

TERLAMBAT

Sepertinya dari semua kebiasaan buruk yang  Athala punya, datang terlambat ke sekolah merupakan hal yang paling sering ia lakukan.
Alasannya sih selalu sama, akibat ia menonton series dan akhirnya telat bangun.
Selalu saja begitu sampai-sampai Pak Rudi sudah sangaaaaaaat jengah mendengarnya.

"Maaf pak, telat bangun lagi." Athala lagi-lagi nyengir kuda, namun bedanya ada rasa sedikit takut melihat ekpresi Pak Rudi yang garang.

Lagi pula siapa yang tidak muak jika memiliki murid dengan sifat seperti Athala?

Pak Rudi masih terdiam, tatapannya tetap lurus kearah murid di hadapannya. Hal itu cukup membuat Athala ngeri.

"Sebenernya kamu itu maunya apa?"

Huft, Athala bernapas lega. Ia lebih memilih di omeli Pak Rudi habis-habisan dari pada guru tua itu diam sambil menatapnya dengan tatapan yang seolah-olah ia akan memakan Athala hidup-hidup.

"Mentang-mentang kamu murid pintar, cerdas, sering menang lomba terus kamu jadi seenaknya? Lama-kelamaan Bapak udah gak sanggup, apalagi Pak Yoga dia pasti sudah sangat jengah sekali dengan semua sifat kamu itu."

Sedari tadi Athala hanya bisa menunduk. Hanya itu cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menghadapi situasi seperti ini. Jauh dalam lubuk hati Athala ia sedikit merasa bersalah. Melihat Pak Rudi dan Pak Yoga yang umurnya juga sudah lumayan tua harus pusing menghadapi tingkah lakunya.

"Kamu dengar Athala?"

Eh?

Athala langsung tersadar dan langsung mendongak. "Iya pak dengar,"

"Cepat sana lakukan!"

"Hah? Lakukan apa pak?"

"Yaallah gusti," Pak Rudi geleng-geleng kepala sembari mengelus dadanya. "Bapak suruh kamu buat bersihin gudang di gedung E,"

"Gedung E Pak?"

"Iya." Pak Rudi mengangguk. "Pokoknya bersihkan sampai bersih, nanti akan bapak akan cek."

"Lah terus kunci gudangnya minta ke siapa pak?"

"Ya kamu minta saja ke anak osis," Pak Rudi mengedarkan pandangan, berharap melihat salah satu anak osis yang dapat dimintai bantuan. "Nah itu ada Arkan,"

Athala mengikuti arah pandangan Pak Rudi.

"Arkan! Tolong kemari sebentar,"

Cowok yang sedang berjalan sembari membawa beberapa dokumen osis itu menoleh. Walau sempat merasa ragu, namun Arkan segeta berjalan kearah Pak Rudi.

Arkan mengangguk dan segera menyalami tangan Pak Rudi.

"Nambah ganteng aja ya kamu, semoga anaknya istri saya mirip kamu ya nak." Ujar Pak Rudi menepuk pundak Arkan.

Mendengar itu Arkan hanya tersenyum.

"Begini nak, kunci gudang E ada di anak osis kan?"

Arkan mengangguk. "Iya Pak, kebetulan lagi saya bawa."

"Nah bagus! Kalau begitu tolong pinjamkan kuncinya—eh jangan-jangan, nanti malah hilang kalau dibawa anak ini." Pak Rudi berpikir sejenak. "Kamu tolong bukain Gudang E ya nak, biar bisa dibersihkan sama Athala."

Tanpa ba bi bu, Arkan mengangguk lagi.

"Sudah sana kamu ikuti Arkan, bersihkan gudang sampai bersih. Jangan berani-beraninya kabur, awas kamu!"

"Iya pak iya,"

Athala lantas berjalan mendahului Arkan menuju tempat yang dimaksut Pak Rudi. Namun entah Athala yang jalannya lemot atau apa, tiba-tiba muncul Arkan yang kini sudah berjalan beriringan disampingnya sekarang.

RAIN AND TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang