7 - Bad Day

176 53 0
                                    

Author POV

"Itu punya kak Vira ya?"

Arkan yang awalnya sibuk memperhatikan jalan langsung mengarahkan pandangannya pada objek yang dimaksud oleh Athala.

Terlihat beberapa pasang sepatu sneakers berwarna merah muda dan ungu disana. Melihat itu Arkan menggeleng dan hanya bisa merutuki satu nama dalam hatinya.

Adelia Veronica Azahra, adik perempuan langka miliknya.

Arkan sendiri bahkan sudah lelah memperingatkan Adel yang suka meninggalkan barang-barangnya di mobil Arkan dengan seenak hati.

"Iya-iya ntar kan juga dibalikin, berisik amat."

Ucapan Adel yang waktu itu kesal pada Arkan karena terus memarahinya langsung
terngiang-ngiang. Pulang nanti ia berencana membuat perhitungan pada adiknya.

"Lah terus punya siapa?"

Arkan merasa terusik oleh seseorang yang duduk di sampingnya. Ia mengamati wajah adik kelasnya yang terlihat sangat ingin tau tersebut.

"Penting?" Tanya Arkan dengan nada tidak enak.

"Ya enggak sih cuman kepo aja hehehe," Jawab Athala sambil tertawa renyah. Namun Arkan yang mendengar itu hanya bisa menaikkan sebelah alisnya dan tetap menatap kearah depan.

"Iya deh sori-sori. Serius amat, padahal gue cuman nyari topik aja biar gak senyap." Ucap Athala yang sudah pasrah. "Udah deh gue gak nanya-nanya lagi deh."

Terlihat, Athala memalingkan wajahnya.

Disana mobil yang Arkan kemudikan nyaris tidak bergerak sama sekali selama sepuluh menit. Arkan mulai merasa jengah dan melirik kearah samping. Terlihat gadis itu tengah tertidur pulas dengan kepala yang beberapa kali hampir jatuh kearah samping.

Arkan refleks geleng-geleng kepala melihat tingkah Athala yang seenaknya tidur. Saat rapat osis tadi, ia kaget mengamati Athala yang malah asyik terlelap disaat ricuhnya debat antara anggota osis. Awalnya Arkan berniat memarahi Athala namun melihat kondisi yang tidak memungkinkan serta banyak orang, cowok itu hanya pasrah.

Bahkan ketika beberapa anggota Osis sempat protes kepadanya karena aksi Athala yang dinilai tidak sopan, Arkan hanya diam tak bertindak.

Bugh

Refleks, Arkan membulatkan matanya dan langsung melirik lagi ke samping. Athala yang secara tidak sadar beberapa kali menahan kepalanya agar tidak  jatuh ke arah Arkan, kini telah sepenuhnya menyerah. Bahkan tidurnya malah terlihat tambah nyenyak karena menemukan sandaran yang empuk.

Arkan berusaha menyikirkan kepala Athala dari pundaknya dengan tangannya, namun aksinya gagal. Ia bahkan beberapa kali sempat menepuk pundak Athala berniat membangunkannya, namun hasilnya kembali nihil. Cewek itu tetap terlelap layaknya orang yang pingsan.

Mau tak mau Arkan hanya diam membiarkan hal itu terjadi. Ia harus kembali fokus kearah jalanan yang mulai berjalan sedikit demi sedikit berjalan. Parfurm berbau vanilla mulai menyengat indra penciuman Arkan. Dengan jarak sedekat itu ia juga baru sadar bahwa Athala ternyata mengenakan kalung dengan liontin alphabet 'L'

Drtttt drttt drttt

Ponsel Athala tiba-tiba berbunyi menampilkan nama 'Nathan gantenk lope lope' disana.
Lagi-lagi Athala masih tak bergeming saat Arkan perlahan membangunkannya karena ada telpon yang masuk. Lama kelamaan nada telpon mulai mati. Arkan hanya menghela napas panjang. Untung saja Athala sudah menyebutkan alamat lengkap rumahnya tadi, kalau tidak Arkan benar-benar tidak tau yang akan dilakukan.

RAIN AND TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang