8 - Bad day (2)

178 51 0
                                    

Author P O V

"Baik, saya hitung sampai tiga. Kalau tidak ada yang keberatan saya bubarkan barisan."

Jantung Athala makin berdegup. Keringat deras bercucuran dari dahinya. Napasnya makin tak beraturan.

"Satu," Bu Anik mengamati satu persatu muridnya. "Dua,"

"Ti—"

"SAYA BU,"

Athala bangkit berdiri, menatap Bu Anik dengan tubuh sedikit gemetar. Hal tersebut lantas membuat semua temannya menatap Athala dengan tatapan tak percaya. Menyerahkan diri pada Bu Anik sama saja bunuh diri, begitu pikir mereka.

"Nah sudah ibu duga," Bu Anik menatap Athala jengah lalu menyuruh gadis itu maju ke depan.

"Kamu kan yang menghasut teman satu kelasmu untuk tidak mengerjakan tugas?"

Huft, Athala mengatur napasnya. Ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak terlihat panik. "Enggak bu, jadi gini waktu itu—"

"Sudah jangan banyak alasan," Potong Bu Anik cepat Athala langsung otomatis terdiam. "Saya sudah menduga sejak awal itu semua ulah kamu!"

"Ma-af bu—"

"Tidak usah minta maaf! Saya gak butuh ucapan-ucapan seperti itu."

Glek, Athala meneguk salivanya kasar. Ngomong salah, enggak salah. Ini guru maunya apa sih?

"Sekarang kamu ambil tasmu di kelas, cepat!"

Bak robot yang diberi perintah, Athala langsung berlari menuju kelasnya lalu kembali sambil menenteng tas berwarna hitam miliknya.

"Sekarang kamu kerjakan semua tugas yang kemarin ibu berikan," Jeda Bu Anik sejenak, namun Athala sudah terlanjur bernapas lega. Padah tidak mungkin seorang Bu Anik memberi hukuman seringan itu. Dan benar saja, Bu Anik kembali melanjutkan ucapannnya. "Kamu buat tugasnya sebanyak jumlah murid kelas XI Ips 1, setelah itu berikan tugasnya pada ibu sepulang sekolah. Ibu tunggu."

Mendengar itu tubuh Athala yang tadinya mendingan, langsung terasa lunglai. Semua orang yang ada disana termasuk kelas Arkan juga ikut kaget mendengar itu. Apalagi suara Bu Anik yang memang menggelegar keras.

"Kamu mengerti Athala?"

Athala mengangguk pasrah. "Iya bu,"

"Satu lagi, kamu kerjain tugasnya di lapangan. Nanti biar ibu yang bilang pada wali kelas kamu." Ah Athala sudah tidak kaget mendengar itu.

"Baik yang lainnya masuk ke kelas, bersiap untuk pelajaran saya." Setelah mengucapkan itu Bu Anik pergi keruang guru untuk mengambil barang-barangnya, berbarengan dengan murid kelasnya yang mulai berhamburan pergi ke kelas.

"Sabar," Nichol mengelus pundak Athala, namun tak lama ia terkekeh geli karena melihat wajah sahabatnya yang sudah tak karuan.

"Huhuhu bisa keriting tangan gue," Athala meninju ke arah udara, berusaha melapiaskan rasa kesalnya. "AH MALES BANGET!"

"Ntar gue bantuin sama Nichol," Julio mencoba menghibur.

"Ya wajib lah kalau itu," Sahut Athala cepat.

RAIN AND TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang