ATHALA menyeruput es susu coklat yang baru saja ia beli dari kantin sembari berjalan di di koridor sekolah. Suasana sekolah masih sangat sepi, belum banyak murid yang datang. Udara yang berhembus disana juga terasa sangat dingin.
Athala bergidik sembari tangan yang melingkar manis di tangannya. Masih pukul enam lebih lima belas. Pantas saja sekolahnya sangat sepi. Langka nih gue berangkat jam segini, Ucapnya dengan bangga.
Langkah cewek itu tiba-tiba berbelok ke kiri menuju kursi dekat lapangan. Ia memutuskan
duduk di kursi tersebut sembari menatap beberapa murid yang baru saja datang Pemandangan seperti ini sangat langka baginya. Bahkan Athala sampai tak ingat kapan terakhir kali ia tidak telat ke sekolah.Alasan terbesar Athala berangkat pagi karena ia lupa ngeprint tugas makalah Sejarah yang sangat banyak. Sialnya juga pelajaran itu masuk jam pertama. Kalau untuk pelajaran lain sih Athala mungkin akan menyepelakannya, namun yang satu ini berat.
Guru Sejarah yang mengajar kelas XI IPA-1 memang terkenal galak. Dan setelah Athala mencoba berekspreimen, ternyata memang fakta. Guru itu benar-benar killer. Jadi daripada kena omel dua jam pelajaran tanpa henti, Athala berniat untuk berangkat lebih awal agar bisa ngeprint di warnet dekat sekolahnya.Apalagi ditambah kemarin ia sudah kena omel Pak Jajang plus Pak Rudi yang sepertinya sangat hobi memarahi Athala. Gak ngomelin gue sehari kayanya tipes deh, Begitu kira-kira pemikiran Athala.
"Sepi amat," Lirih Athala lagi sembari menikmati minumannya. Es susu coklat buatan Mang Jalu memang selalu mendapat tempat di hatinya. Mungkin jika nanti ia lulus, ia akan lebih rindu minuman ini dari pada teman satu angkatannya.
Saat pandangan Athala masih menatap murid yang berlalu lalang, pandangannya tak sengaja terkunci pada Arkan. Cowok itu sedang berjalan sembari mengalungkan tas punggungnya sembarangan. Athala menaikkan sebelah alisnya saat menyadari bahwa Arkan ternyata menggunakan hoodie di area sekolah. Padahal menurut peraturan taruna, hoodie atau jaket harus dilepas saat menginjak gerbang sekolah.
Hm, dasar ketos abal-abal.
Athala masih menatap lurus Arkan yang berjalan. Entah kenapa matanya terus tertuju pada cowok itu. Yang baru Athala sadari, tatapan Arkan tidak pernah berubah. Bahkan hanya dengan melihat sorot matanya saja, orang pasti sudah bisa menebak sifat Arkan.
Deg.
Jantung Athala serasa berdetak hebat saat objek yang ia lihat menatap balik kearahnya. Dengan segera Athala langsung mengalihkan pandangan. Ia jadi salah tingkah.
"Mampus!" Pekik Athala saat langkah Arkan beralih menuju kearahnya. Ia benar-benar kebingungan seperti orang linglung. Ketahuan sedang mengamati seseorang rasanya memang tidak menyenangkan.
"Aduh mau ngapain sih," Lirih Athala saat Arkan mulai mendekat. Cewek itu mencoba bersikap biasa saja namun tetap gagal.
Athala menghela napas lalu bertekad untuk bersikap tenang. Ia juga tidak tau mengapa dirinya bisa bersikap seperti ini.
Langkah Arkan makin mendekat.
Sret
Tanpa diduga, cowok itu berjalan melewati Athala dengan santai. Hal itu sontak membuat Athala langung memutar kepalanya, mengikuti langkah Arkan. Ternyata ia sedang menuju ke gedung A yang dimana ada beberapa anggota osis sedang bergerombol disana.
Huft!
Athala bernapas lega. Cewek itu hanya bisa tertawa geli seraya merutuki rasa pedenya yang amat besar. THAL! THAL Kenapa lo pede banget sihhhhhh!" Batin Athala dalam hatinya.
***
JIka ditanya pelajaran apa yang paling Athala sukai, cewek itu akan menjawab Bahasa Inggris. Athala memang bukan orang yang lancar berbahasa inggris atau mengerti semua macam grammar tetapi setidaknya ia paham apa yang dimaksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN AND TEARS
Teen FictionCerita ini tentang Athala Serena Kenza, cewek kelas unggulan dengan sejuta tingkah onarnya. Namun hukuman dari segala aksi onarnya kali ini berbeda. Ia di pertemukan dengan Ramario Arkan Gibran, ketua osis dengan wajah datar dan ketus. Awalnya Arka...