CAPTER 3: Seandainya

4.9K 398 3
                                    

Langit sepertinya sedang enggan menampilkan penghiasnya. Di bagian manapun, tiada lilin  yang biasanya menghias langit. Bulan-pun sama, enggan menampakkan rupa-nya dan memilih bersembunyi dibalik kelabu langit malam. Langit gelap gulita dengan warna sedikit kemerahan, sesekali muncul kilatan yang menampilkan sekebelet cahaya lalu disusul dengan suara gemuruh. Sebentar lagi langit akan meluruhkan bebannya, itulah yang terlintas dipikiran setiap insan yang melihatnya.

Disaat seperti itu, Jisoo masih sibuk berkutat dengan laptopnya disebuah cafe, cafe yang biasa ia kunjungi. Jari-jarinya menari dengan indah diatas keyboard, menciptakan kalimat-kalimat yang dapat dilihat pada layar. Entah sudah berapa lama ia duduk disana sambil mengerjakan sebuah proposal yang harus deadline besok pagi. Satu yang pasti, ia sudah menghabiskan lima gelas kopi hitam. Sebenarnya ia bisa saja mengerjakan tugasnya dirumah karena fasilitas yang diberikan orangtua-nya sudah memadahi, bahkan bisa dibilang sangat memadahi. Namun perselisihan antara dirinya dan sang Daddy saat makan malam, membuat ia malas di rumah dan memutuskan untuk pergi ke cafe.

Seorang pelayan datang memberikan minuman ke-enam yang ia pesan malam ini. Setelah pelayan itu berjalan beberapa langkah, Jisoo menyadari bahwa digelas itu tidak berisi kopi hitam pesanannya sehingga ia memanggil pelayan itu dan membuat pelayan itu berbalik.

"Mas, ini bukan pesanan saya. Tadi saya kan pesan kopi hitam, bukan hot chocolate." Ujar Jisoo. Pelayan itu terlihat bingung dan merasa bersalah.

"Itu... anu... itu..." Ucap pelayan itu gelagapan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jisoo menautkan alisnya sehingga terlihat menyambung.

"Itu... aduh, gimana ya ngomongnya? Saya disuruh sama orang, mbak."

"Siapa yang nyu..."

"Gue yang nyuruh dia." Potong seseorang dari arah belakang Jisoo yang membuat gadis itu dan pelayan yang tadi mengantar minumannya menoleh.

"Lo balik kerja aja, Bob. Biar gue yang ngomong sama dia." Ucap cowok itu. Bobby menganggukkan kepalanya lalu melenggang pergi ke dapur setelah mengucapkan kata 'permisi'. Begitu Bobby pergi, cowok itu langsung mengambil tempat untuk duduk dihadapan Jisoo.

"Maksud lo apa ganti minuman gue?" Tanya Jisoo to the point dengan memasang wajah garangnya. Cowok itu, Taehyung, meringis.

"Nggak baik kebanyakan minum kopi. Gue udah merhatiin lo dari tadi, dan udah minum terlalu banyak." Balas Taehyung yang tidak dihiraukan Jisoo. Gadis itu kembali memfokuskan diri pada proposal yang tengah digarapnya, ia tidak peduli jika Taehyung masih berada di hadapannya dan menatapnya meskipun hal itu membuatnya begitu risih. Taehyung menambah buruk mood-nya yang sudah membaik akibat perselisihan tadi.

Ponsel Jisoo berbunyi, melantunkan lagu One milik Ed Sheeran. Jisoo melihat nama Nayeon yang tertera di layar sana, ia mengangkat panggilan itu dengan malas.

"Hmmm..."

"……"

"Di cafe biasa."

"……"

"Bentar lagi selesai."

"……"

"Biarin aja sih, biasanya juga gitu."

"……"

"Lo jemput gue."

"……"

"Suruh pak Jo yang antar."

Setelah itu Jisoo memutuskan panggilan secara sepihak.

Gadis itu menghela napas lelah. Baru saja Nayeon memberitahunya bahwa Daddy-nya mencarinya. Pria setengah baya itu selalu menggunakan cara klise dengan mengancam akan mengusir Nayeon dan Ibunya, tentu saja ia tidak mau hal itu terjadi, hanya Nayeon teman Jisoo dirumah.

ONE OF KIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang