Bab XVII - Come Back

249 15 6
                                    

- Kevlar -

Helm kubuka begitu motor sukses kuparkirkan diparkiran sekolah. Begitu aku berjalan ke sekolah, mataku terpaku pada seorang cewek yang sedang berjalan dengan lesu.

Itu Kiran!

Napasku terhembus melihatnya. Padahal, belum sebulan Rifan meninggalkannya, tapi dia kelihatan seperti tidak ada jiwa tiap saat.

Sebenarnya, aku enggan melakukan ini. Aku masih tidak mau berbicara dengan Kiran. Selain, masih sakit hati. Aku juga masih ingin memulihkan jiwa. Ceilah. Gaya lu Kev!

Dan akhirnya, aku pun berjalan dengan cepat menujunya. Saat aku disampingnya, aku berdeham dengan cukup keras. Tapi, Kiran tidak bergeming. Dia masih berjalan dengan bahu terkulai dan kepala menunduk menatap lantai.

"Nyari apa Kir? Uang receh?" Celetukku. Kiran sontak berhenti dari langkahnya. Kepalanya perlahan menatapku. Aku berusaha menyunggingkan senyum lebarku padanya.

"Kamu ngomong sama aku Kev?" Kiran bertanya dengan mata mengerjap-ngerjap.

"Ya iyalah aku yang ngomong. Masa rohku yang ngomong? Apa kembaranku yang ngomong? 'Kan gak mungkin. Aku akan spesies langkah," aku cengir dengan lebar mengatakannya. Kupikir, Kiran akan tertawa seperti biasanya saat aku membuat lelucon, tapi kini dia hanya tersenyum tipis.

"Makasih ya, udah memutuskan untuk ngomong sama aku lagi. Aku juga belum minta maaf soal waktu itu. Mungkin, ucapanku kasar padamu."

"Elah! Udahlah. Udah basi mah itu. Gak usah dipikirin."

Kiran pun akhirnya tersenyum simpul padaku. Membuat wajah cantiknya mendesirkan hatiku lagi. Gila ya, bagaimana cara menyingkirkan perasaan ini? Rasanya aku tak tahu dan tak bisa melakukannya.

"Kev... Kevlar. Hellooo... "

Aku tersentak seketika dari keterteguanku akan senyum Kiran tadi saat Kiran sendiri yang menyadarkanku. Tangannya melambai-lambai diwajahku dan aku hanya bisa cengir dengan bodoh.

"Sorry, tadi sinyalnya buruk. Ini batreinya juga belum di charger dengan baik, makanya lost connection, hehehe," ujarku berusaha bercanda. Dan siapa yang sangka dan menduga? Kiran tergelak pemirsa! Dia tergelak hingga tertawa kecil menangapiku bercandaanku. Wah, kemajuan pesat ini.

"Kamu memang pelawak sejati Kev. Aku harus banyak belajar darimu agar bisa selalu ceria dan melupakan semua hal yang menyesakkan ini," ucap Kiran dengan tersenyum lebar.

Dalam hati aku berkata," aku mau kok selamanya jadi pelawakmu. Pelawak yang selalu ada disisimu." Lalu kemudian ditambah dengan koor, "eaaaaaaaaa." Hahaha.

"Terima kasih atas pujiannya," dengan sok gengsi, aku pun hanya menjawab seperti itu.

"Ya udah yuk masuk kelas. Karena pelawakku udah kembali, aku juga bisa kembali ceria," ujar Kiran sambil merangkulku. Aku mengangguk dengan cengiran lebar dan berjalan bersama Kiran menuju kelas.

Kesampingkan dulu masalah hati, saat ini prioritaskan Kiran untuk bangkit dulu dari cowok sialan itu. Aku yakin, hubungan jarak jauh tidak selalu mulus. Dan saat itu, aku ingin selalu ada untuk Kiran. Agar dia bisa membuka hatinya untukku, dan mendapat kesempatan menyelinap dihatinya.

Bukannya jahat mendoakan hubungan mereka hancur, tapi aku sayang dengan Kiran. Aku ingin dia bahagia. Hubungan jarak jauh itu sangat--penuh dengan cobaan. Aku memang belum merasakannya, tapi begitulah yang aku ketahui saat melakukan riset dan survei. Alah, belagu! Padahal kenyataannya cuman nanya sana-sini. Hahahah. Sesekali bolehlah dianggap cerdas.

Pokoknya, Kiran harus bahagia!

***

- Rifan -

When Sunrise Come - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang