Bab VII - It's Love -

880 48 9
                                    


- Rifan -

Ini hari Sabtu. Awal weekend. Dan untuk murid sekolah sepertiku, Minggu adalah liburan yang singkat tapi harus di pergunakan. Kata orang, Sabtu malam adalah malam untuk para sejoli yang di mabuk cinta. Seumur hidupku, aku belum pernah merasakan apa yang di katakan orang tentang Satnite itu. Untuk itu, aku melangkahkan kaki menuju lorong murid kelas X di sekolahku.

Dengan mencoba memasang tampang acuhku. Ku coba abaikan setiap mata penasaran dari cowok-cowok dan mata memuja berlebihan dari para cewek-cewek saat aku melewati mereka. Tujuanku ada di satu tempat di kelas reluger X-1. Kelas yang di huni oleh satu cewek special bagiku.

Aku pun akhirnya tiba di depan kelas X-1. Aku melirik arloji. Kurang 10 menit dari bel pelajaran pertama di mulai. Kurasa cukup untuk mengutarakan maksud dan tujuan ku hari ini. Aku pun masuk di kelas itu, para murid yang berada di depan kelas memasang wajah terkejut melihat kedatanganku. Aku masih berusaha memasang tampan kalem dan acuhku sambil mengendarkan pandangan ke seluruh ruangan mencari satu sosok.

Mataku pun terhenti saat bertemu di satu sosok yang aku cari. Dia sedang duduk di kursi persis di paling depan dan tertawa-tawa. Keningku berkerut, tanganku refleks mengepal di samping tubuhku saat ku lihat dengan siapa dia sedang tertawa-tawa.

Kiran sedang tertawa-tawa bahagia bersama seorang cowok. Cowok tengil yang sejak Kiran mengikuti MOS di sekolah ini aku lihat dia sering mengikuti Kiran ke mana saja. Dan aku benci tatapannya kepada Kiran. Tatapan yang memuja. Tidak. Dia tidak boleh menatap Kiran seperti itu. Cukup aku saja.

Aku pun segera melangkah kan kakiku menuju tempat Kiran. Saat aku di hadapan mereka, mereka berdua terdiam dan mendongak menatapku. Seperti yang bisa ku tebak, Kiran memasang ekspresi terkejutnya yang berlebihan dan lucu itu saat melihatku. Aku menyunggingkan senyumku padanya.

"Kiran, boleh aku berbicara padamu beberapa menit?" Kataku langsung to the point. Mengingat waktu tak pernah menunggu.

"Oh oke. Sekarang?" Sahut Kiran tampak sedikit kikuk.

"Ya sekarang. Diluar aja" jawabku sambil terus tersenyum padanya. Kiran pun akhirnya kelihatan bisa menguasai diri, tersenyum dan mengangguk mantap menangapiku. Kiran pun akhirnya berdiri dari tempatnya, kulihat cowok di sampingnya ikut berdiri. Ku coba abaikan cowok itu dan berjalan keluar saat Kiran sudah di sampingku.

Kami berjalan keluar kelas, dan cowok tengil itu masih mengikuti kami. Geram rasanya melihatnya seperti anak bebek mengikuti induknya. Apa maksudnya coba? Aku berhenti dari langkah ku dan berbalik menatapnya.

"Kurasa, aku ingin berbicara dengan Kiran. Bukan denganmu. Bisakah kau tinggalkan kami sendiri?" Intonasi suaraku, ku tinggikan sedikit saat mengatakan hal itu. Agar dia tau kalau aku tak suka dengannya. Cowok itu menatapku dengan tatapan begitu kesal. Aku mendengus, cowok ini sepertinya juga menyukai Kiran. Maaf saja, Kiran milikku.

"Kevlar! Kamu apa-apaan sih. Sana gih. Ngekor mulu kayak anak ayam." Kiran berseru di sampingku sambil mengerak-gerakkan tangan mengusir cowok yang ternyata bernama Kevlar itu. Aku lupa namanya, sekalipun dia juga ikut MOS bersama Kiran. Tapi, karena dia tak penting, jadi tak perlu diingat.

Cowok itu tampak kelihatan kata-kata, berwajah cemberut yang menyebalkan dan akhirnya berbalik dan meninggalkan kami. Hah! Itu lebih baik. Aku dan Kiran pun akhirnya melanjutkan langkah kami. Hingga kami akhirnya berada di luar kelas. Banyak sekali tatapan-tatapan penasaran yang menatap kami. Ada apa sih denganku? Selalu saja jadi santapan tatapan seperti ini. Rasanya jengah.

"Mau bicara apa?" Suara Kiran terdengar di sampingku saat aku asyik meneliti tatapan di sekitar kami.

"Oh iya, eh. Itu eh.." Sialan. Kenapa aku jadi tergagap gini? Salah tingkah begini? Ini pertama kalinya aku seperti ini. Oh! Mana aku yang arogan dan mengintimidasi itu? Kenapa jadi begini? Jantungku berpacu kencang dan rasanya suhu badanku meningkat. Begitupun dengan adrenalin.

When Sunrise Come - Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang