Satu

27 3 0
                                    

Nampak raut wajah Andini yang kebingungan mencari bawang di pasar. Tiba tiba datanglah seorang pria yang membantu mengarahkan jalan yang dituju.

"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanya si pria.
"Oh iya. Bisa bisa" sahut Andini.
"Tempat yang jualan bawang yang mana ya mas?"
"Oh mbak dari sini lurus aja, terus belok kiri"
"Terimakasih ya mas"
"Oh sama sama mbak"

Dan si pria berpamitan pergi. Lalu Andini bergegas menuju tempat jual bawang itu. Sesampainya yang dimaksud Andini membeli bawangnya lalu membayarnya setelah itu, Andini pulang ke pondok.

Sementara itu Anindi, ketika jam istirahat yang cukup lama ia malah pergi keluar dari lingkungan sekolah. Anindi mengendarai mobil sendiri, lajunya sangat kencang.

Andini menunggu angkot yang akan ditumpanginya, seketika ia malah ditabrak mobil Anindi dari belakang. Andini jatuh dan belanjaannya jatuh berantakan, untungnya ia baik baik saja. Anindi turun dari mobil lalu mengulurkan tangannya pada Andini.

"Nih, cepetan berdiri!" Kata Anindi sambil mengulurkan tangannya.

Andini pun berdiri.

"Terimakasih ya mbak"
"Mbak, mbak. Eh gue tu bukan pembantu lo. Ngerti gak?!" Ketus Anindi.
"Eh muka kamu mirip sama muka aku.." Andini pun mengamati wajah Anindi baik baik.
"Eh, bener.. ya.. oke gue to the point aja yah gue minta maaf dan gue ganti ini belanjaan lo di pasar sampah ini"

Anindi mengeluarkan uang dari dompetnya dan melemparnya tepat di wajah Andini.

"Nih duitnya!"

Andini menjadi marah.

"Yang baik baik dong kalo ngasi duit ke orang! Iya aku tau, kamu itu dari keluarga terpandang. Beda sama aku! Tapi gak gini juga perlakuannya!" Ujar Andini.
"Ih, gue itu dah baik baik ngasi ini duit. Elo malah sewot sama rejeki nomplok dari gue!"
"Nggak terimakasih ya! Aku sudah ikhlas. Hanya permintaan maaf darimu saja sudah cukup. Permisi!"

Andini pergi meninggalkan Anindi.

"Dih, ni cewek sombong bener ya?!" Gumam Anindi dalam hati.

Sementara Andini memikirkan kejadian tadi di perjalanan.

"Siapa ya namanya? Aku sepertinya tidak asing tapi siapa ya?" Gumam Andini.

Sesampainya di pesantren ia bertemu dengan kakeknya yang juga seorang kyai. Ia lalu menceritakan pertemuannya dengan Anindi.

"Hahaha... nak, itu anaknya Bapak Danang Abdullah, namanya Anindi Abdullah. Dia kan terkenal. Tapi sikapnya MasyaAllah, tidak baik" Kakek menceritakan panjang lebar.
"Oh iya ya. Pak Danang, kalau itu aku tahu kakek" sahut Andini.
"Ya sudah. Nanti malam kan ada acara Isra Mi'raj tuh. Siap siap dulu sana" perintah Kakek.
"Baik, kek"

Andini bergegas pergi.

Di rumah Anindi,

"Mah, Pah. Besok kan aku Sweet seventeen nih! Ada acara party kan?" Tanya Anindi.
"Pasti ada sayang.." kata ibunya sambil mengelus kepalanya.
"Papa akan membuat pesta untukmu sayang. Big party  untukmu" kata ayahnya.
"Uwwaaaahhh... makasih papa mama!" Seru Anindi senang.

Lanjut gak? Jangan lupa vommentnya yak! Stay tune

Antara Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang