Empat

18 2 0
                                    

Jika kau sudah mengenal lebih dekat dengannya, maka kau tidak ingin berpisah dengannya selamanya
-Kakek Hamzah (kakek Andini)

Anindi melihat tempat yang dimaksud itu, yang ternyata itu pasar.

"Eh glia ya lo, ini kan pasar. Mana yang bikin spesial!" Seru Anindi.

Andini menjelaskan.

"Hmmm, justru yang bikin spesial adalah ibu kita memasak makanan enak untuk kita ya belanjanya disini. Besok kita akan mengalami hal yang kayak gini"

"Eh nyokap gue itu belanjanya di supermarket, bukan tempat kek gini. Ga asik banget" ujar Anindi.

Tiba tiba Anindi mendapat telepon dari sahabatnya. Tetapi Anindi bilang pada sahabatnya untuk di Line chat saja, tak lama sahabatnya yang bernama Karin itu mengirim pesan.

Karina Stevani  : Eh elu gmn kabarnya?

Anindi Abdullah : Fine aja sih

Karina Stevani : Tau gak si Alvin besok ultah loh!

Anindi Abdullah : Terus?

Karina Stevani : Dia nyariin elo!

Anindi Abdullah : Karin, gue gabisa keluar. Gue sibuk

Karina Stevani : Aduh Nindi, itukan kesempatan bagus buat elo

Anindi Abdullah : Udah gue bilang gue sibuk!

Karina Stevani : Tapi Nindi..

Anindi Abdullah : BYE!!!

Setelah Anindi mengakhiri percakapannya, Anindi memutuskan ikut belanja dengan Andini. Mereka memilih bahan bahan untuk keperluan memasak di dapur, setelah berbelanja. Anindi tidak tahu harus naik kendaraan apa, tetapi Andini sudah mencegat angkot.

"Gimana sih lo, masa naek angkot. Hhh..." kata Anindi kesal.

"Justru, inilah kehidupan kami sebagai rakyat kecil" sahut Andini sembari tersenyum.

Terpaksa Anindi mengikuti untuk naik angkot. Di perjalanan banyak orang yang membawa belanjaan dari pasar, polusi asap yang bertebaran membuatnya terganggu.

"Hhh, ni angkot bikin sumpek banget tauk. Males banget dah, gue mau pingsan aja" gumam Anindi dalam hati.

Sesampainya di pesantren, Anindi merasa kesal sekali ia berlari masuk kamar, dan membuka Line nya ia membuka grup chat yang beranggotakan teman teman segengnya. Ketika membuka grup chatnya, ia terkejut atas isi chatnya itu.

Karina Stevani : Tau gak lo, tadi gue abis ngibulin Nindi loh!

Rahesya Putri : Haha LMAO :v

Tina Arinda : Gila lo, jadi bener dia tinggal di pesantren?

Angelica Vina : Keknya bener deh, nih fotonya
*foto
*foto
*foto

Tina Arinda : Hah, ini beneran si Nindi? Kere banget dia

Karina Stevani : Tuhkan bener, dia tinggal disitu. Hina amat dia :v. Gue sempet boongin dia sih kalo Alvin nyariin dia, tapi ga ngaruh!

Rahesya Putri : Katanya si yang masukin bokapnya, biar mengisi liburan gitu

Tina Arinda : Wah gila dia, kuno bat gila

Karina Stevani : Yaudah besok kalo hari pertama, bikin dia malu. Oke?

Tina Arinda : Oke

Rahesya Putri : Oke

Angelica Vina : Oke

Anindi menangis tak percaya, ia ternyata dikhianati sahabatnya sendiri. Andini datang masuk ke kamarnya, ia mengelus kepala sahabatnya itu. Tetapi ia menyingkirkan tangan Andini. Anindi pun keluar dari grup chat yang dibuat olehnya sekian lama, ia tak peduli omongan temannya itu.

Anindi mulai menyalahkan Andini, sebagai penghancur reputasinya. Ia tidak menerima hancurnya persahabatan temannya itu.

"Gara gara elo, gue ancur. Banyak sahabat gue ninggalin gue. Mereka tau gue tinggal disini! Kampungan! Gatau malu ternyata lo. Puas sekarang, gue hari ini udah dipermalukan tau lo!"

Andini terkejut, ia benar benar tidak tahu apa apa tentang ini. Ia menjadi merasa bersalah. Anindi melanjutkan omongannya.

"Sekarang lo percaya adanya fake friend kan? Lo itu penyebabnya, adanya fake friends ini!" Isak Anindi.

"Anindi, aku bener bener gak tau. Aku percaya soal begituan, tapi mereka hanya memanfaatkan kepopuleran kamu" kata Andini.

"Gak, gue gabakal percaya seumur hidup gue. Kalo mereka bakal nglakuin ini! Pokoknya semua gara gara elo!" Seru Anindi menyeru tangisannya.

"Tapi, aku mau jadi temen curhat kamu kok. Aku siap ndengerin segala perasaan kamu" ucap Andini.

"Elo bilang siap? Oke kalo gitu tinggalin gue sendiri disini!" Seru Anindi.

"Tapi, Anindi.."

"Tinggalin cepetan!"

Andini meninggalkannya sendirian, lalu Andini menangis sendirian.

"Apa salahku, aku tidak pernah membuatmu hancur. Aku tidak tahu soal kehidupanmu itu, sungguh. Aku tidak pernah membuatmu dibenci oleh seluruh dunia" gumam Andini.

Kakek datang menghampirinya, Andini memeluk kakeknya.

"Kakek, aku tidak pernah menyakiti Anindi. Sungguh. Tapi hari ini dia menyalahkanku kek, aku dianggap perusak persahabatan Anindi dengan temannya"

Kakek memegang kepala cucunya itu.

"Mungkin Allah menunjukkan sifat asli dari temannya itu. Allah Maha Membolak balikan Hati Manusia, mungkin sudah saatnya mencari sahabat yang tulus"

"Ya aku tahu kek"

Kakek pun mengajak cucunya ke masjid. Sementara Anindi masih menangis di kamarnya.

Hae, gimana ceritanya? Jangan lupa vommentnya ya ^_^


Antara Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang