Dua

25 2 1
                                    

"Karna ku tahu, semua keindahan di dunia hanya fana"
-Andini-

Tiba tiba, Andini berkata sesuatu pada kakeknya.

"Kek, Andini pengen ngomong sama kakek.."
"Tak apa, nak" kata kakek sambil membelai rambut cucunya.

Andini mengumpulkan keberaniannya, ia tidak ingin kakek tercintanya itu marah.

"Cepatlah, jangan membuatku menunggu lama"

Huft.

"Kakek, aku tidak ingin mengambil beasiswaku di Jerman"

Kakek menghela napas.

"Aku percaya kau itu cerdas, tapi kenapa itu tidak kau
manfaatkan?"

"Aku masih punya kakek, anak anak santri, dan anak anak kampung yang harus kuemban. Aku takut jika tidak ada yang mengurusnya" ujar Andini.

Kakek menepuk bahu sang cucu.

"Andini cucuku, ya tugasmu memang sangat mulia. Tetapi jangan sampai melewatkan kesempatan ini, ingat tuntutlah ilmu hingga liang lahat"

Andini hanya menggangguk.

Sementara Anindi,

"Papa, aku tu pengen kuliah di Aussie. Attention please!" Pinta Andini.

"Aduh, kamu itu jangan sok menjadi anak orang kaya lah. Walau kita hidup berkecukupan, setidaknya kita belajar hidup sederhanalah"

"Sederhana? Gak mau lah. Pokoknya aku gak mau hidup susah!" Ketusnya.

Kemudian sang ayah berpikir keras. Bagaimana tidak, si anak suka berbelanja di mall, lalu suka memerintah pada teman temannya dan masih banyak lagi. Beliau sangat ingin Anindi mengetahui arti dari kehidupan sesungguhnya.

"Ya besok kamu ikut papa" kata ayahnya.

"Beneran nih?" Mata Anindi berbinar binar setelah mendengarnya.

"Yeay!" Seru Anindi. "Gue kuliah di Aussie!"

Keesokan harinya, ia sudah siap naik mobil mewah ayahnya itu. Tetapi di tengah perjalanan Anindi merasa bingung, ini bukan jalan menuju bandara, tetapi pesantren!

"Pah, ini sih mau ke pesantren. Bukan ke bandara!" Serunya.

"Ya nanti kamu tahu sendiri lah" ucap ayahnya santai.

Sesampainya di suatu tempat, ya benar di pesantren itulah dia akan tinggal sekarang.

"Papah, aku gak mau tinggal disini!"

Lalu kakek datang menemui ayahnya Andini.

"Eh, Pak Danang. Kapan datangnya, dan ini siapa pak?"

"Oh ini anak saya, Anindi. Dia saya masukin disini biar dia berubah, saya sudah repot menasihatinya tapi dia malah ngeyel" jelas ayahnya.

"Oh tak apa, disini ada cucu saya. Saya yakin dia bakalan akrab sama dia"

Kakek mengamati wajah Anindi baik baik.

"Wah kamu ternyata mirip yah sama cucu kakek!"

Anindi hanya diam saja. Tiba tiba, Andini datang menghampiri kakeknya dan dia terkejut akan kedatangan orang yang pernah ditemuinya itu.

"Kkkammu, ngapain kamu disini?"

"Dia akan menjadi temanmu nak" kata sang kakek.

Anindi terkejut.

"Teman? Ogah ah kek!" Ketus Anindi.

Sang ayah menepuk punggung Anindi dan mengisyaratkan supaya menjaga sikapnya. Ayahnya pun berpamitan pergi dan Andini mengatarkan Anindi ke kamarnya.

"Kamu disini tidur bareng aku ya, maaf disini tidak ada kamar tamu untukmu" ucap Andini lembut.

"Idih, sori yah gue tu males banget tidur bareng elo!" Kata Anindi.

"Okelah kalau begitu kamu tidur di bawah, inget tamu adalah raja kan?" ujar Andini.

"Gue gamasalah!" Sinisnya.

Andini hanya tersenyum memandang Anindi. Dan pergi tidur.

Setelah ane kagak update cerita, akhirnya ane update jugak :D. Jangan lupa vommentnya yak



Antara Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang