CF-11

7 3 0
                                    

Disepanjang koridor, pandangan langsung tertuju padanya. Bagaimana tidak? Dengan penampilan yang tidak mencerminkan seorang siswa sama sekali -denim dan jaket kulit- dan berlari disepanjang koridor, tentu menarik perhatian bukan?

Tak menghiraukan tatapan bingung para siswa ia terus berlari sampai dikelas. Mengambil kursi paling pojok dan duduk.

Nafasnya tersenggal. Dengan sigap seseorang langsung menyodorkan air dihadapannnya.

"thanks" ujar Ryuu. Ia langsung menegak habis air dibotol itu. Menyisakan tatapan tak percaya orang yang menberinya tadi.

"lo sehat kan Ryuu?" tanya seseorang yang memberinya air tadi. Suara yang cukup familiar ditelinganya.

Ryuu mengangguk lemas.

"Dill, ikut gue bentar" Ryuu menarik paksa tangan Dilla.

Dilla yang hendak protes langsung bungkam karena tarikkan Ryuu lebih kuat.

"ini mau kemana Ryuu?!" tanya Dilla setengah membentak. Ryuu tetap bungkam sampai ke depan lokernya dan Dilla.

"lo tungguin disini, gue mau ganti baju dulu" Dilla menatap Ryuu bingung. Ia tidak mengerti akan situasi yang sedang terjadi. Dari pada memperpanjang masalah akhirnya Dilla mengangguk saja.

Ryuu segera membuka lokernya dan mengambil seragam cadangan yang sengaja ia simpan diloker, kalau kalau hal tidak terduga terjadi. Seperti sekarang ini.

Tak butuh waktu lama, Ryuu sudah keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragam yang melekat ditubuhnya. Benar saja, jarak antara loker dan kamar mandi tidaklah jauh. Jadi, tak butuh waktu lama.

"udah yuk balik" ajak Ryuu sambil memasukkan bajunya tadi ke loker.

Dilla mengangguk dan berjalan menyamai Ryuu. Mereka menuju kantin.

"lagi jamkos nih, tumbenan" ujar Dilla membuka obrolan. Ia bersiap memesan makanan.

"Dill, titip pesenin bakso dong sama jeruk hangat" pinta Ryuu. Dilla mengangguk ogah ogahan. Ryuu menatap kepergian Dilla.

"hallo Ryuu" suara lembut yang sangat familiar ditelinganya membuat nafasnya terasa tercekat. Ryuu meneguk salivanya susah payah. Perlahan kepalanya menoleh ke sumber suara.

"eh mama" balas Ryuu dibarengi dengan cenguran lebar tak berdosanya. Tangannya menggosok tengkuk yang terasa dingin.

"kok semalem gak balik? Kenapa?" tanya Naya dengan nada lembut namun terdengar menakutkan ditelinga Ryuu.

"ah.. Itu.. Anu ma. Ehmm Ryuu lagi-"

"tadaa! Pesanan datang!" lengkingan suara Dilla memutus kalimat Ryuh. Ryuu yang tak punya alasan pun menghela nafas lega.

Tumben ni bocah jadi penyelamat gue, batin Ryuu.

"loh? Ryuu lagi sama siapa?" tanya Dilla sambil menyodorkan semangkok bakso ke hadapan Ryuu.

"oh.. Ini mam- aww" seketika Ryuu mengaduh karena kakinya diinjak oleh Naya.

"mamanya Ryuu lagi di Jepang. Kenalin kakaknya Ryuu" ujar Naya dengan senyuman yang tak lepas dari wajahnya dan uluran tangan.

Sontak kalimat Naya barusan langsung dihadiahi tatapan tak percaya Ryuu. Seolah tak mengabaikan tatapan itu, Naya terus mengembangkan senyum menawannya.

Dilla menyambut tangan Naya dan balas tersenyum.

"Dilla"

"Naya, panggil kak aja gak papa kok"

"mama apa apan sih?" bisik Ryuu.

Naya hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya menatap Dilla.

"Ryuu kalo disekolah gimana Dill?"

Ryuu langsung menatap Dilla mengisyaratkan untuk tutup mulut tentang yang sebenarnya terjadi. Dilla yang mengerti mengangguk pelan lalu menatap Naya.

"eh.. Ya gitu, Ryuu baik kok kalo disekolah, suka nyontekin Dilla kalo ada PR ya meski kadang suka telat, tapi gak sering kok, paling cuman pas ada guru killer aja" jelas Dilla diakhiri dengan senyum.

Aduh Dilla, mampus ntar dah, gerutu Ryuu.

Naya hanya meng-oh-kan penjelasan Dilla.

"yaudah, kakak kembali dulu ya ada yang musti kakak urus"

"oh iya kak, silahkan"

Setelah Naya berlalu barulah Dilla bertanya pada Ryuu.

"itu kakak lu Ryuu? Cakep deh, kulitnya bisa kenceng gitu? Orang jepang? Sama kaya elu dong? Tapi kok rada ada wajah Jawa ya?" tanya Dilla beruntun membuat Ryuu jengah.

"iya, gak tau, iya, iya iya" jawab Ryuu asal. Ia malas berdongeng didepan Dilla. Pasti ujung ujungnya adalah rasa penasaran yang berkepanjangan.

Seperti dulu sewaktu Ryuu bercerita tentang alasannya mendapat memar diwajah, selama seminggu Dilla terus mengunggah topik yang sama membuat Ryuu pasrah kedepannya.

"terus terus, kakak lu ngapain disini? Gak cuman kak Kiki aja yang ada disini, Kakak lu yang satu lagi juga. Wah wah reuni keluarga ini namanya" Ryuu tampak tak menghiraukan ocehan Dilla.

Ryuu tampak tak meresponnya. Meski demikian Dilla tau sebenarnya Ryuu mendengarkannya, jadi mau direspon atau tidak yang penting ia sudah menceritakan suatu hal pada temannya itu.

Ryuu mengunyah pentol dengan malas.

"Ryuu, udah ketemu belum sama ehem- kakak?" Ryuu mengangkat alisnya tak paham. Kiki tiba tiba duduk di kursi dihadapan Ryuu, sedangkan Bobby duduk disamping Ryuu.

Ryuu tampak masih mencerna kalimat Kiki. Membuat Kiki sedikit jengah.

"itu, ehm.. Kak Naya"

"oo mam- kak Naya, udah, udah ngobrol malah"

Kayanya abang lagi bersekongkol sama mama deh buat bikin sinetron india, batin Ryuu.

"kemana aja lu semalem gak balik? Berantem lagi?"

"Uhuk uhuk, air mana air" Dilla segera menyodorkan jeruk hangat pada Ryuu.

Bukan jawaban yabg didapat Kiki melainkan pelototan yang berarti. Kiki tampak acuh akan pelototan itu. Ia masih menunggu jawaban dari Ryuu.

"dari taman, gue nginep disana semalem" jelas Ryuu singkat.

"sendirian?" tanya Bobby setengah kaget.

"hem" jawab Ryuu malas.

###################################

Hai hai, was ap?

Masih setia kan ma oe wkwk

Maapkeun apdetan yang slow banget ini ya hehe.

Ps. Typo akut

Thx ヾ(≧▽≦*)o

Cage FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang