Kalau memang kita tidak di takdirkan untuk bersama.
Lalu mengapa takdir harus mempertemukan kita?
*****************
Sudah seminggu sejak kejadian Adara yang bertemu El di rumah cowok itu. Hubungan mereka masih sama belum ada kemajuan apapun. Saat ini El bersama kedua sahabatnya Aldric & Arka sedang berada di kantin karena kelas mereka sedang tidak ada pelajaran. Kantin SMA Bunga Bangsa memang langsung menghadap ke arah lapangan basket yang saat ini sedang digunakan untuk pelajaran olahraga kelas X IPS 2. Yup, kelas X IPS 2 adalah kelas Adara. El tau kalau itu adalah kelas Adara. Walapun El terlihat sangat cuek dengan Adara tapi El cukup tau bagaimana kehidupan Adara karena Adara adalah teman semasa SD nya hingga sekarang walaupun waktu SMP mereka tidak satu sekolah.
"Ngeliatin siapa lo?" Tanya Aldric kepada El.
El mengalihkan pandangannya yang semula melihat Adara yang sedang pengambilan nilai lari, "Enggak ngelihatin siapa-siapa."
"Ngomong-ngomong Adara itu cantik juga ya kalau di perhatiin," sahut Arka sambil melihat Adara yang sedang olahraga.
Aldric mengangguk setuju, "Iya sih, banyak kok yang bilang gitu. Tapi banyak cowok juga yang bilang kalau dia itu susah di deketin. Penutup banget orangnya."
Arka menyangga kepalanya dengan kedua tangannya yang bertumpu di meja sambil tetap memperhatikan Adara, "Kalau gue nyoba deketin Adara gimana menurut kalian?"
"Kalau gue sih setuju aja." Jawab Aldric
El yang mendengar pembicaraan kedua temannya entah kenapa ada perasaan tak suka di hatinya. Bukan, El bukan mencintai Adara. Ia hanya menganggap Adara hanya sebatas teman nggak lebih. Lagian El juga sedang berusaha mendapatkan hati Karina sang pujaan hatinya yang masih duduk di bangku SMP kelas IX. Kalau kalian bertanya bagaimana bisa El suka dengan Karina yang notabeninya masih kelas X SMP. Jawabannya adalah karena Karina itu adik kelas El sewaktu SMP dulu.
"Kalau menurut lo gimana El?" Arkan menyenggol lengan El yang berada di sampingnya.
"Terserah lo lah. Yang mau pdkt kan lo bukan gue," jawab El seolah acuh tak acuh.
Arka melebarkan senyumnya ketika mendengar jawaban kedua sahabatnya, "Doa in gue ya semoga pdkt gue berhasil."
Aldric tertawa mendengar perkataan Arka, "Iyee. Tapi jangan lupa traktirannya ya kalau berhasil."
Arkan mengacungkan jempolnya, "Siiip. Lo semua tinggal minta aja mau di traktir apa."
"Dasar, belum pdkt aja udah gaya lo," El memukul pelan bahu Arka.
"Iyalah, kita kan sebagai manusia harus optimis," Jawab Arka sambil terkekeh. Arka segera bangkit dari duduknya saat melihat kelas Adara udah selesai olahraganya, "Gue samperin doi dulu ya."
Aldric hanya mengacungkan jempolnya dan melanjutkan makan nasi gorengnya. Sedangkan El hanya mengangguk karena jujur dalam hatinya ia merasa tidak rela jika Arka mendekati Adara, tapi El bisa apa untuk melarangnya? Ia hanya sebatas teman bukan dengan Adara.
Ditempat lain, Adara sedang menyeka keringatnya karena sehabis olahraga di tambah teriknya panas matahari.
"Nih buat lo." Tiba-tiba ada yang memberikan minum ke depan Adara.
Adara mendongakkan kepalanya ke atas agar dapat melihat siapa yang telah berbaik hati memberikannya minum. Ia mengernyitkan dahinya saat tau siapa yang memberikannya minum, "Arka?"
Arka segera menaruh botol minum itu di atas paha Adara karena Adara tidak segera menerima botol minum itu dari Arka lalu dengan santainya ia duduk di sebelah Adara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Open Your Heart
Novela Juvenil[SLOW UPDATE] Open Your Heart "Jika aku sudah berusaha keras untuk membuka hatimu, tapi kamu tidak mau memberikanku kuncinya. Bagaimana bisa aku membuka hatimu?" a novel by Mochimochi Selalu menjadi yang terlupakan itu sudah biasa bagi Adara. Sem...