Part 1

128 14 4
                                    


Rinai

Hujan. Aku menyukainya. Berbicara soal hujan, semua orang memiliki pendapat yang berbeda. Tak sedikit orang yang membencinya. Berkata bahwa hujan hanya mendatangkan kesialan di siang bolong saat jam kerja, dan masih suka turun seenaknya tanpa perintah. Membuat beberapa kota menghentikan aktifitasnya. Menganggu pekerjaan-pekerjaan luar ruangan seperti pembangunan gedung, jalan tol dan sebagainya.

Membuat beberapa kota mengalami banjir dan tanah longsor. Bahkan menenggelamkan rumah-rumah kecil di tengah-tengah lembah pegunungan. Menghanyutkan sanak saudara mereka. Meresahkan. Menakutkan. Dan mematikan. Itulah hujan dimata mereka.

Tak sedikit juga yang bahagia dengan kedatangan hujan. Dingin. Sejuk. Udara terasa tidak panas. Waktu yang pas untuk bersantai hanya dengan menonton televisi ditemani the hangat dan sepiring biskuit. Dan membuat mereka nyenyak dalam tidurnya.

Halah halah dasarnya pemalas

Terlebih lagi untuk anak kos. Entah kenapa di kala hujan datang rasa mie instan berubah jadi lebih enak. Berasa makan fettucine carbonara di restaurant mahal. Berbeda jika di makan pada saat musim panas. Kurang greget katanya.
Aneh-aneh saja ya mereka. Jelas-jelas fettucine dan mie instan berbeda jauh.

Namun berbeda denganku. Bagiku hujan itu bagaikan sebuah melodi yang indah. Tik Tik Tik. Coba kalian dengarkan setiap rintik yang jatuh. Ia selalu menghasilkan irama yang berbeda, tergantung dimana ia menjatuhkan diri. Setiap tempat yang ia jatuhi memiliki suaranya masing-masing. Berbisik. Merdu. Sayup-sayup terdengar di telinga. Pun sangat memesona bagiku. Dimana ia mampu menciptakan harum tanah basah yang menusuk indera penciuman. Menenangkan. Memabukkan.

Membuatku terhipnotis dan mulai meliarkan pikiran, membongkar lipatan-lipatan kenangan akan masa lalu. Masa dimana aku mengalami yang namanya jatuh cinta, masa dimana aku menyerahkan seluruh hatiku pada seorang lelaki. Terenyuh. Lalu hanyut kedalam palung asmara. Hilang di kedalaman gelap bernama patah hati.

Lagi-lagi soal cinta!
Soal kenangan!
Menyebalkan.

Satu hal lagi yang harus diketahui mengenai hujan. Di mana ia mampu merayap masuk ke dalam otak kita. Menghasutnya agar mengeluarkan beberapa lembar ingatan yang seharusnya terkubur dalam-dalam. Menyusup ke temporal lobe dan merubah emosi kita seenaknya. Emosi yang semula bahagia,  berubah kelabu. Sakit. Menyiksa. Kesedihan yang begitu mendalam. Semua itu bercampur menjadi satu dalam kata Rindu.

Galau muluk sih Rin!

Namaku Rinai. Mungkin itu sebab aku mencintai hujan. Entah atas dasar apa orang tuaku memberi nama Rinai Sanjaya untukku. Mungkin mereka berharap aku seperti hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi sebagian orang, membawa kesejukan. Kententraman. Kebahagiaan yang selalu dinanti saat musim kemarau melanda. Atau bahkan membawa petaka bagi kebanyakan orang. entahlah, aku pun tak tahu.

Aku pribadi selalu melawati setiap musim bernama dema itu dengan bahagia. Menganggap kehadirannya adalah sebuah anugerah. Bayangklan saja jika tak ada hujan di dunia ini. Perlahan dunia akan kekeringan. Tak ada lagi kehidupan. Menyeramkan bukan?
Itu semua bukan berarti aku tak membenci hujan. Terkadang aku juga membencinya, karena selalu datang di saat yang tidak tepat. Beberapa kali jemuranku basah kuyup karena perbuatannya. Sangat melelahkan bagiku seorang pekerja kantor yang tak memiliki banyak waktu hanya untuk hal-hal sepele seperti mencuci.

Aku pun lebih membenci hujan saat bertemu dengan seorang lelaki bernama Aland. Lelaki yang mengajarkanku arti smeua cinta, ketulusan, kesetiaan. Namun lenyap begitu saja, meninggalkanku dalam ruang hampa. Anehnya, pertama aku bertemu dengannya saat hujan turun. Beberapa kali kita juga menghabiskan waktu dengan bermain hujan. Ya, aku dan dia sama-sama penggemar hujan. Pecinta lebih tepatnya. Lalu ia meninggalkanku pun di hari saat hujan turun. Membuatku merentan hati. Menjengkelkan bukan?
Mengapa harus hujan? Tak adakah musim lain yang lebih pas? Musim semi misalnya.
Please Rin. Indonesia gak ada musim semi.

RinaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang