Part 8

53 1 0
                                    

Rinai

Segala rasa penasaranku akan sosoknya akan kutanyakan semua padanya hari ini. Aku ingin memperjelas semua kegundahanku. Ya, semua ini harus kulakukan agar tak lagi aku salah menganggap keberadaanya. Semoga semua ini sesuai yang aku harapkan, bahwa ia tak ada kaitannya dengan Aland, bahwa ia adalah orang lain yang memang Tuhan datangkan untukku. Untuk menggantikan posisi Aland di hatiku.

Tidak. Meda tidak mungkin bisa menggantikan posisi Aland. tidak akan pernah sedikit pun. Aku takkan membiarkan itu terjadi sampai aku bertemu Aland kembali. Dan memastikan perasaannya kepadaku. Apakah ia masih mencintaiku dan meninggalkanku dengan alasan tertentu atau ia sengaja pergi karena tak memiliki sediki pun perasaan terhadapku sejak awal. sesakit apa pun kenyataannya aku perlu mendengarnya langsung dari mulut Aland. Semua alasan yang selama ini hanya berputar-putar di otakkku tanpa kejelasan.

Setidaknya satu alasan yang paling benar.

Kudatangi tempat yang Meda tentukan tadi siang. Kucari sosoknya di seluruh penjuru ruangan. Tak kutemukan.

“Mungkin ia belum sampai. Ada baiknya kutunggu di sana.” Gumamku.

Tak sampai 5 menit ia datang. Aku tercengang dengan penampilannya. Setelan yang ia kenakan sangat bertolak belakang dengan pakaianku yang hanya mengunakan T-Shirt putih dengan celana selutut. Sangat sederhana. Aku sengaja berpenampilan seperti ini, karena berdandan dan berpakaian rapi dengan gaun mewah hanya untuk seseorang yang sedang melakukan kencan. Sedang aku di sini hanya untuk menraktirnya segelas minuman. Jadi aku tak salah kan berpakaian seperti ini.

“Hai, sudah lama?” tanyanya.

“Gak kok, baru sebentar. Silahkan pesan apa yang kamu mau. Ingat yah, hanya minuman!” tegasku.

“Hahaha santai saja Rin. Kenapa buru-buru seperti itu, lagi pula aku baru saja tiba di sini. Gak mau ngobrol-ngobrol dulu apa?”

“Ah iya, memang ada beberapa pertanyaan yang akan kutanyakan padamu. Tapi, lebih baik kamu pesan dulu.”

“Hahaha oke oke. Aku pesan dulu. Oh, kamu gak pesan?”

“Gak makasih aku gak akan lama kok. Setelah bertanya semuanya aku akan segera pergi. Tenang saja aku tetap akan membayar pesananmu kok. Aku gak akan kabur.”

“Astaga Rinai. Kamu kenapa sih kaku banget jadi orang. Santai dikit lah. Udah pesan saja, atau aku yang pesankan untukmu. Dan masalah bayar membayar biar aku saja. Oke?”

“Gak. Aku punya hutang dan harus aku bayar. Aku juga gak lapar jadi silahkan kamu saja.”

“Duh, okelah oke. Air putih saja ya. Oke? Setidaknya kamu minum, temani aku. Gak enak kan dilihat orang kalau aku minum sendiri di sini. Dikira nanti aku cowok sadis yang menyiksa pacarnya.”

“Maaf Meda, kita disini bukan untuk kencan dan sebagainya. Jadi kusarankan untuk segera memesan dan jangan pedulikan aku.”

Benar. Aku tak boleh terkecoh sedikit pun dengan tawarannya. Aku di sini tidak untuk berkencan dengannya. Aku hanya perlu menanyakan beberapa hal padanya, setelah itu selesai dan aku akan segera pulang. Sungguh, hati ini telah mati rasa. Aku tak mau lagi membuka sedikit pun pintu hatiku untuk seorang pria. Cukup sudah rasa sakit yang rasakan selama ini. Meda memang terlihat baik. Bahkan sangat baik. Namun Aland dulunya juga begitu. Sangat jauh dari kata pria yang suka mempermainkan hati wanita. Tapi pada kenyataannya ia meninggalkanku tanpa sepatah kata. Bahkan lebih sakit dari sekedar mempermainkanku. Lebih baik dia bermain dengan wanita lain di depanku, paling tidak aku masih bisa melihatnya dengan mata kepalaku. Tapi dia justru menghilang bagai di telan bumi.

Yang kutahu kebanyakan pria memang selalu berbuat baik di awal. Namun yah, seperti yang kalian tahu. Mereka akan siap meninggalkan kita kapan saja dengan beribu alasan yang tak pernah wanita mengerti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RinaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang