Part 7

42 2 0
                                    

Meda

"Baiklah, sampai bertemu nanti malam. Selamat siang Meda."

Ia menutup sambungan teleponnya. Aku tersenyum mendengar ucapannya yang sempat memaksaku agar menuruti kemauannya. Ia benar-benar perempuan yang berbeda. Lucu. Mengesankan. Ternyata tak mudah mendekatinya, sangat di luar dugaanku. Bahkan ia tak melihat sedikit pun kearahku. Apa iya aku kurang tampan? Bagiku, selama ini aku sudah cukup tampan, mengingat banyak gadis yang menaruh hati padaku.

Hahaha dia berbeda.

Mungkin dia mengira selama ini aku adalah pria yang aneh atau semacamnya. Karena bisa tiba-tiba saja masuk ke dalam hdiupnya. Dan mungkin dia mengira bahwa malam itu adalah pertemuan pertama kita. Tidak. Sebenarnya aku telah lama memperhatikannya. Hanya saja malam itu aku baru memberanikan diri untuk mendekatinya. Siapa sebenarnya yang sedang ia tunggu di sana? Taman itu tampaknya telah di siapkan dengan susah payah mengingat begitu indah dekorasinya. Apakah ia menunggu kekasihnya? Ia terlihat cantik dengan gaun putihnya saat itu.

2 tahun terakhir aku terus memperhatikannya dari kejauhan. Berawal dari kejadian di toko buku saat kami sama-sama ingin mencari buku tentang bisnis. Ia yang dengan serius membaca satu-persatu buku yang ada di rak, membolak-balikkan sampulnya hingga membuatnya terlihat sangat lucu layaknya anak sd yang sedang mencari buku dongeng kesukaannya. Hanya dengan melihat sampulnya yang berwarna-warni saja sudah senang, bahkan tak tahu apa sebenarnya isi kisah dari buku tersebut.

Kupandangi ia diam-diam. Wanita yang tangguh. Terlihat bagaimana ia memopong tas besar di belakangnya yang kuyakini berisikan sebuah laptop dan buku-buku di dalamnya, serta tangan yang dipenuhi oleh beberapa buku besar yang terlihat berat. Tak sesuai dengan postur tubuhnya yang tak seberapa besar. Ingin sekali aku membantunya saat itu. Namun aku berpikir ulang, bagaimana jika ia menyangka aku sedang menjalankan modus pdkt padanya? Walau sebenarnya dalam hati sih, iya.

Aku menyukainya karena ia adalah satu-satunya wanita yang tak menjatuhkan padangannya sedikit pun ke arahku walau sedang berpapasan. Tak seperti wanita lain yang bisa langsung tersihir hanya dengan menatap wajahku. Ketampanan dan kemapanan ini sebenarnya membuatku sulit mendapatkan wanita pendamping hidup selama ini. Karena kebanyakan dari mereka hanya mengincar pria tampan dan kaya untuk dijadikannya suami lalu dipamerkan ke seluruh sanak saudara bahkan teman-temannya. Apa begitu bangganya mereka memiliki suami yang tampan dan kaya hingga harus dibanding-bandingkan dengan suami teman-temanya? Wanita jaman sekarang memang aneh.

Seumur hidup aku memang tak terlalu peduli soal cinta. Bagiku bekerja keras mengejar cita-cita dan menjadi pria mapan itu sangat penting demi kelanjutan hidupku di masa depan bersama orang-orang yang aku sayangi. Aku sengaja bekerja keras di usia sedini mungkin agar kelak aku mampu menikmati masa tuaku dengan bersantai. Segala investasi sudah kulakukan. Deposito sudah kukumpulkan. Maka aku tak harus menguras tenagaku hingga masa tua itu datang. Aku hanya perlu duduk bersantai sambil minum teh bersama istri dan anakku kelak.

Baru kali ini aku menemukan sebuah cinta di umur yang tak muda lagi. Tak apa. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan? Toh jika aku miskin dan hanya bermodal cinta tentu tak ada yang mau merajut kasih dan hidup bersama denganku selamanya.

Aku tidak menganggap wanita-wanita itu matrealistis, melainkan realistis. Aku pun sebagai pria sangat mengetahui bagaimana perasaan mereka. Mengapa mereka mencari pria yang mampu menanggung segala kebutuhan hidupnya di masa yang akan datang. Karena memang itulah tugas lelaki sebagai kepala keluarga. Mampu menghidupi keluarganya dengan layak dan sejahtera. Bukan dengan kesulitan yang nantinya akan menyebabkan permasalahan datang silih berganti dalam rumah tangga itu sendiri. Aku belajar semua ini dari ibuku. Ibuku selalu menagatakan bahwa aku harus menjadi orang yang sukses. Masalah cinta itu belakangan. Karena jika aku sukses maka aku tidak akan kesulitan mendapatkan wanita pendamping.
Ibu benar. Banyak sekali wanita yang mendekatiku. Sialnya, di balik itu semua ada sisi negatifnya. Aku tak mampu mendapatkan wanita baik seperti yang kuharapkan yang mampu mencintaiku sepenuhnya, mendukung pekerjaanku dan menemaniku saat aku jatuh. Karena kutahu bahwa tak semua perusahaan bisa berkembang selamanya. Ada masa dimana perusahaanku akan jatuh kelak. Kebanyakan wanita yang mendekatiku hanya mau menguasai hartaku saja, tak lebih. Terlihat dari mereka yang awalnya baik lalu meminta ini itu. Mulai dari hal kecil sampai hal yang pernah kuduga.

RinaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang