~part 4(kos baru)~

6.1K 361 2
                                    

Sore ini kami pindah ke kos baru.
Aku pindah dengan menggunakan taksi, kebetulan barang-barang ku tidak begitu banyak. Maklum, perantauan.

Sampai di kos. Ternyata baru ada Rena yang sampai. Dia juga sepertinya baru saja sampai sepertiku, dan sedang bersama kekasihnya, karena mereka berdua masih berdiri di depan pintu dengan bawaan yang cukup banyak.

"Ren ... Udah lama tah?" tanyaku sambil tersenyum ke Kukuh yang ada di sampingnya.

"Baru aja, Len. Ni mau masuk," katanya sambil membuka pintu rumah kos kami.

Kami segera masuk ke dalam.
Sebelumnya memang kami sudah sepakat dengan pembagian kamarnya. Dengan cara diundi tentu saja. Jadi tidak perlu berebut siapa yang menempati kamar tertentu.

Kebetulan sekali aku menempati kamar paling depan. Yang terhubung langsung dengan ruang tamu.
Rena di sebelahku persis. Sementara yang lain menempati sisanya.

Aku masuk ke kamar dengan membawa barang barang ku sendiri. Rena pun demikian, dibantu Kukuh. Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tapi, tak lama kemudian tiba-tiba Kukuh juga ikut masuk sambil membantuku membawa barang ku. Dan membuatku sungkan.

"Eh, Kuh? Nggak usah. Biar aku aja, nggak apa-apa kok," tolakku halus.

"Nggak apa-apa, Len. Barang Rena udah masuk semua soalnya. Jadi aku bisa bantuin kamu nih," katanya santai.

"Makasih, ya. Ngerepotin nih jadinya."

"Santai, Len."

Setelah kardus terakhir masuk kamarku, Kukuh pun kembali ke kamar Rena, membantunya berbenah.

Sementara aku mulai membuka satu persatu barang-barang ku dan mulai memasukan ke lemari dan meja di kamar ini. Kamar ini cukup nyaman untuk ku.
Bed single yang empuk. Di sampingnya ada meja nanas dengan lampu meja di atasnya.
Lemari pakaian yang cukup luas dan ada meja belajar. Bisa ku pergunakan untuk mengerjakan pekerjaan ku saat di rumah.

Disaat sibuk seperti ini tiba-tiba panggilan alam menyuarakan keinginannya, dan membuatku harus ke Toilet sekarang juga. Segera aku berjalan ke Toilet yang letaknya ada di belakang. Sepertinya Kukuh sudah pulang karena saat aku melewati kamar Rena, dia sedang beres beres sendirian. Karena pintu kamarnya terbuka jadi aku bisa melihatnya.

Byuuurrrr..byuuuurrrr

Eh kok kaya ada orang yang lagi mandi, ya?
Apa Kukuh? ternyata dia belum pulang. Batinku.

Aku masuk ke kamar mandi di sebelahnya. Kudengar Kukuh hanya membuang buang air saja, seperti sedang main air. Bukan hanya mandi.
Ini anak aneh bener sih. Lagi ngapain coba dia.

Setelah selesai aku keluar kamar mandi, lalu berjalan ke depan.
Dan berhenti di depan kamar Rena.
"Ren ... Si Kukuh lagi ngapain di kamar mandi? mandi?" tanyaku sambil berdiri di muka pintu kamar Rena, basa basi. Sekaligus penasaran.

Rena menatapku heran sambil mengernyitkan keningnya.
"Jangan nakut-nakutin deh, Len. Orang Kukuhnya udah balik tadi," katanya sambil bergidik ngeri.

Deggg!!

Jadi bukan Kukuh?
Lalu siapa?

Aku agak memundurkan badan ku ke belakang lalu menatap ke arah toilet.
Aku mempertajam pendengaran ku.

Masa iya, aku salah denger?
Mungkin mataku agak bolor, ya. Tapi kupingku nggak budek deh perasaan.
#mataku emang minus.

Dan ternyata memang hening.
Tidak ada suara sama sekali dari kamar mandi.
Hmm ... Oke baiklah. Mungkin ini sambutan untuk ku dari 'mereka'.

Dalam keraguanku, pintu depan kembali dibuka. Suara berisik mulai terdengar memekakkan telinga.

"Lena! Udah nyampe?" tanya Laras, yang baru datang dengan senyum lebar. Dan semangat power full. Di belakangnya ada Nadia. Aku tersenyum menyambut kedatangan mereka.

"Iya dong. Bareng Rena tuh tadi," sahutku sambil menunjuk kamar Rena yang masih cukup riuh karena masih sibuk berbenah. Nadia kemudian masuk, menyapa Rena.

"Lho ... Mana Rena? Nggak ada, Len?" tanya Nadia bingung.

"Nggak ada? Masa sih?" Aku terkejut dan ikut bingung, lalu aku ikut melihat ke kamarnya.
Dan benar ternyata, Rena juga nggak ada. Bahkan barang-barang nya pun juga nggak ada, kamarnya KOSONG!
Lagi-lagi aku dikerjain nih.

Kakiku lemas hingga mengharuskan aku berpegangan di tembok samping. Laras dan Nadiya khawatir melihatku

"Len ... Kamu nggak apa-apa?" tanya Nadia
Aku menatapnya nanar. Kuperhatikan dengan seksama, ini asli atau palsu. Nadia beneran apa Nadia jadi jadian. Kuamati dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kakinya napak, terus ada bayangannya juga. Kusentuh tangannya, hangat
Berarti ini asli. Baru aku bisa bernafas lega.

Nadia memapah ku duduk di sofa ruang tamu.
"Duduk dulu deh, Len. Kamu kenapa sih? Belum makan tah?" tanya Nadia.

Laras membuka tas nya lalu memberiku roti sobeknya.
"Biar ada tenaga, Len. Jadi kamu nggak halusinas," kata Laras serius.

Aku menerima roti sobeknya dan memakannya perlahan.
Itu bukan halusinasi tapi memang aku melihat sosok yang mirip Rena dan Kukuh tadi.

ASTAGA!

Lalu tak lama Rena dan Kukuh yang asli datang dengan membawa banyak sekali barang.
Mereka agak kewalahan karena apa yang mereka bawa terlihat berat.
Memang berbeda dengan tadi, kulihat Rena dan Kukuh yang tadi terlihat santai saja dengan bawaan mereka, bahkan tidak seperti kelelahan karena membawa banyak barang.

Aku sandarkan punggungku di sofa sambil kutatap langit langit ruang tamu. Aku menekan kepalaku untuk menahan denyut rasa sakit yang perlahan terasa.

Kenapa aku harus punya kemampuan melihat 'mereka'?
Aku sudah lelah sekali rasanya selalu melihat 'mereka'.
Kemampuan ini kudapatkan saat aku masih kecil. Mungkin dari bayi. Aku tidak tau kapan persisnya aku bisa melihat 'mereka'.

Rasanya ingin bisa seperti yang lain. Hidup normal, wajar tidak terlihat aneh dengan sering berbicara sendiri.

Ilove You My Boss(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang