Jam Istirahat kali ini aku segera ke kantin bersama teman teman ku.
Kantin letaknya ada dilantai bawah.
Kejadian di toilet tadi membuat Diah agak pendiam. Sampai di kantin, kami segera memesan makanan."Di. .. Kamu nggak apa-apa?" tanya Nadia khawatir.
Aku hanya melirik ke arahnya.
"Len ... Gimana dong, Len. Nasibku ini ...," rengeknya."Mana ku tau, Di. Lagian bisa-bisa nya sih kamu kaya gitu. Jorok banget tau!" kataku kesal.
"Habisnya aku lagi males banget, Len, biasanya sih nggak gitu." Dia masih merengek ketakutan.
"Heh! Kalian ngomongin apa sih?" tanya Laras heran.
"Tanya aja tuh sama Diah!!" Aku menunjuk Diah yang sudah berkaca kaca lalu melihat ke arah lain.
Diah malah nangis.
Huft.. Kalau kayak gini berasa kayak aku nya yang jahat banget yah."Lena! Pelan dikit dong. Kasian Diah nih," ucap Rena.
"Emang ada masalah apa sih?" tanya Nadia sambil mengelus punggung Diah lembut.
Akhirnya Diah menceritakan kejadian yang kami alami di toilet. Nadia menutup mulutnya seolah tidak percaya. Laras bergidik ngeri sambil meraba lehernya. Rena hanya geleng geleng kepala. Aku juga tidak tau harus berbuat apa? Masa iya aku temuin itu Mba kunichan terus aku minta lagi pembalutnya Diah?
Ya kalau dikasih! Kalau dia malah minta tebusan gimana coba? Tebusannya nyawa? Ih ... Serem."Terus gimana, Len? Kamu ada ide nggak?" tanya Nadia.
Aku menggeleng pelan.
"Cari ustaz aja deh atau apa sana. Aku males ikut ikutan masalah beginian," kataku sebal."Arga, Len!" kata Diah antusias.
Iya juga ya, mungkin Arga bisa bantu.
"Ya ntar kamu tanya aja sama dia. Kali aja dia bisa bantu," ucapku sambil menyeruput es jeruk di hadapanku.Bunyi panggilan di ponselku, membuatku menatap layar itu. Ternyata Ari lagi. Ku reject lagi.
Aku benar-benar malas jika harus berurusan lagi dengannya.Bagaimana tidak? Dia berselingkuh di belakangku setelah 5 tahun kami berpacaran. Dan parahnya lagi, dia berselingkuh dengan sahabatku sendiri, saat aku bekerja di cafe.
"Eh ... Si bos tuh," celetuk Rena sambil melirik ke meja di ujung.
Ternyata Mas Andre dan Pak Adit sedang makan juga di kantin.
Mereka terlihat akrab sekali."Emang Pak Adit sama Mas Andre temenan lama, ya?" tanyaku yang kini mendapat topik baru untuk mengobrol dan melupakan Ari.
"Iya, Len. Temen kuliah. Hm ... Keren banget yah si Boss. Masih muda, ganteng, baik, bos pula," ucap Laras sambil matanya merem melek.
Ini anak bayangin apaan yah? Hadeh.
"Tapi masih aja jomblo, ya. Hm. Masih belum bisa move on kayanya deh," sahut Rena.
"Emang kenapa?" Aku penasaran.
"Pacarnya meninggal, Len. Sebulan sebelum mereka menikah. Kecelakaan katanya, kasian banget, ya," tambah Nadia.
Itu lebih baik daripada ditinggalin karena diselingkuhin. Batinku.
Samar-samar dari pintu masuk kantin, aku melihat seseorang yang sangat familiar. Aku mendengus sebal saat melihat wajah itu lagi.
Ari?
Ngapain dia di sini.
Saat dia masuk, dia tengak-tengok mencari sesuatu. Aku agak menunduk agar tidak terlihat olehnya. Tapi usah aku sia-sia."Lena ...," panggilnya dan membuat setengah pengunjung kantin menoleh padaku.
Shiittt!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Ilove You My Boss(TAMAT)
HorrorDILARANG COPAS DAN SHARE TANPA IZIN (versi lengkap ada di dreame) berawal dari diterimanya lamaran kerjaku disebuah perusahaan televisi swasta terkenal dikotaku. menjadi pembawa acara untuk kegiatan outdoor membuatku banyak menemukan hal ganjil,baik...