~part 2(meeting)~

7.7K 395 13
                                    

Aku agak terlambat masuk kantor hari ini.

Shiiittt!!!

Ayolah Lena, ini hari kedua kerja!
Bodohnya aku bisa sampai terlambat.
Aku agak tergesa gesa saat memasuki lobby kantor. Sambil terus menatap jam yang melingkar di pergelangan tanganku.
Hari ini akan ada meeting di ruanganku, jadi aku harus siap 100% sehingga bisa memberikan penilaian yang baik karena bos utama ikut dalam meeting hari ini.

Aku sudah membuat proposal yang kubuat kemarin. Walau masih berupa lembar lembar kertas yang sudah kuketik, tapi aku yakin semua sudah sempurna. Dengan langkah percaya diri aku masuk ke kantor.
Dari kejauhan, terlihat lift hampir tertutup.

"Tunggu ..." teriakku sambil berlari ke lift.
Aku melepas sepatu yang kupakai, karena aku memakai sepatu dengan heel yang cukup tinggi sedangkan aku tidak bisa berjalan dengan cepat jika terus memakai sepatu ini.

Di dalam lift sudah ada seorang pria yang kemudian membukakan pintu lift lagi karena tau aku akan masuk.
Tapi entah kenapa kertas yang ada di tanganku malah beterbangan didalam lift. Segera aku memungutnya agar tidak kotor.

"Duh, kok malah jatuh semua sih. Tenang, Lena. Jangan gugup. Oke?" Aku berbicara sendiri sambil memungut semua kertas itu.

Agak berantakan pagi ku ini.
Astaga, aku terus merutuki diriku sendiri atas keteledoranku yang hanya mematikan alarm ponsel lalu melanjutkan tidur lagi, bukannya bangun dan bergegas mandi.

Pria itu kemudian jongkok dan ikut membantuku memunguti nya.
Dia tersenyum sambil memberikan proposalku, eh, eum lembar proposal ku.
"Makasih," ucapku setelah semua kertas terkumpul. "Sama sama," sahutnya.

"Sekilas kulihat, aku seperti pernah melihatnya. Tapi di mana, ya?
Ah sudahlah, tidak penting," gumamku dalam hati.

Ponselku berdering. Dengan kesusahan kuraih benda pipih itu dari kantung blazer yang kupakai.

"Ngapain nih orang?" gerutu ku kesal saat melihat nama penelpon itu.

Berkali kali dia menghubungiku dan selalu ku tolak. Malas rasanya. Dia adalah Ari, mantan kekasihku.

Beberapa detik kemudian, dia mengirimiku pesan.
[Kita ketemu nanti, ya. Jam makan siang. Kita harus bicara.] Tidak ku balas, dan kembali kumasukkan ponsel ku ke dalam saku.

Pintu lift terbuka.

Aku segera keluar agak terburu buru. Lalu menuju ruangan ku. Sambil menenteng sepatu di tangan kiri dan proposal di tangan kananku.

Sampai meja kerjaku, nafasku hampir habis. Semua yang ada di sana menatapku dengan heran.
Kuhempaskan tubuhku di kursi.
Jantungku berdegup kencang, tanganku agak gemetaran dan dingin.
Rasanya tidak karuan. Ah, aku grogi. Ini meeting pertama dan aku takut jika memberikan penilaian buruk nanti.

"Len? kenapa?" tanya Diah heran.

"Kesiangan, Len?" Nadia ikut komentar.

"Hiya ... Gara-gara packing barang buat pindah, malah kesiangan," gerutuku sambil meletakan kepalaku di meja.

"Ya ampun. Ya udah, siap siap gih. Bentar lagi meeting, Mba Bro," ucap Laras.

"Udah siap kok. Nih proposalku," kataku masih tiduran di meja.
Hanya tanganku yang menaikkan proposal ke atas.

"Heh! Kamu pikir mukamu gak berantakan? Liat tuh. Rambut acak- acakan. Make up luntur. Udah gitu nyeker lagi," kata Rena menatapku sambil geleng geleng.

Aku lalu bangun dan memperhatikan keadaanku yang memang kacau. Kuambil bedak dan lipstik dari tas dan sedikit memoles wajahku agar tidak terlihat pucat.
Kusisir rambutku yang berantakan ke mana mana, kurapikan penampilanku sebelum meeting dimulai.

Ilove You My Boss(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang