-1-

32 3 3
                                    


Ruangan ini penuh dengan mainan anak perempuan berserakan dimana – mana. Di dinding yang bercat putih, tergantung sebuah kalender tahun 2000. Di salah satu sudut ruangan tersebut ada anak perempuan berumur lima tahun, memakai dress bermotif polos coklat muda, rambutnya yang sebahu terlihat serasi dengan pita merah melekat di sisi rambut sebelah kanan. Anak itu sedang asyik memainkan boneka barbie nya.

"Alina?" Ibu memanggil dari kamarnya.

"Iya,bu?" Alina kecil masih asyik mengikat rambut barbienya dengan pita khusus untuk barbie.

"Ibu pergi ke supermarket sebentar ya, tidak apa – apa kan? Tapi jangan keluar rumah, nanti ada ular loh.." Ibunya menghampirinya sambil merapikan rambut panjangnya yang sedikit berantakan.

"Memangnya ular itu berbahaya, bu?" Tanyanya dengan wajah bingung menatap ibunya.

Ibunya tersenyum, kemudian duduk di hadapan anaknya. "Iya, sayang. Di luar banyak ular, nanti kalo Alina digigit gimana? Ibu kan jadi sedih." Katanya sambil memegang pipi anaknya dengan kedua tangannya. Semoga Alina tidak keluar rumah, karena sebenarnya tak ada ular di luar. Hehehe..

"Ibu.. barusan ibu bilang tak ada ular. Ibu..ibu bohong ya sama Alina?"

"Tidak..ibu tidak bilang begitu,tu.." Kenapa Al bisa tau apa yang aku pikirkan.

"Tu kaann..ibu bohong sama Alina.." Alina cemberut. "Aku mendengar suara ibu yang lain.."

"Benarkah?" Ibunya terkejut mendengar anaknya memiliki kemampuan mendengar suara hati orang. Kemudian ibu Alina mencoba menguji kemampuan anaknya. Ibunya menutupi wajahnya sambil berbicara dalam hati, Al dapat mendengarnya. Ibunya mencoba menjauhi Alina sekitar lima meter tetapi masih menghadap Alina, Alina masih dapat mendengarnya. Namun ketika ibunya membelakangi Alina, anaknya tidak dapat mendengar suara hati ibunya.

"Ibu..ibu memiliki dua mulut,ya?" Alina mulai bertanya setelah ibunya sukses menguji kemampuan anaknya.

Ibunya hanya tersenyum dan berkata "Iya, nak. Ibu memiliki dua mulut. Disini..(menunjukkan mulutnya) dan disini..(menunjuk dadanya).

Malam harinya, ibu Alina mencoba memanfaatkan kemampuan anak satu – satunya itu pada suaminya yang baru pulang dari kantor. Ibu dan Alina duduk di ruang keluarga, tampak televisi 21 inch itu memutarkan video kartun Sailor moon kesukaan Alina.

"Ayah pulang.." berjalan mendekati Alina kemudian mencium keningnya dan duduk antara Alina dan istrinya.

Ibu Alina berdehem memberi sinyal pada Alina. Alina menatap ayahnya.

"Yah, apa kau kemarin salah membuatkanku mie?" Tanya istrinya dengan penuh penasaran menatap suaminya.

"Apa?? Tidak kok, bukankah kau meminta dibuatkan mie apa? Aku lupa.." suaminya mencoba mengelak.

"Mie rasa bawang goreng."

"Nah...benar kok." Memalingkan wajahnya ke Alina yang saat ini menatap ayahnya.

Duhh..ketauan ni. Bungkusnya kenapa harus sama warnanya. Lagian cuma beda ayamnya, untung udah aku buang bungkusnya. Pikir ayah Alina dalam hati.

"Ayah boong,bu.. dia mengatakan cuma beda ayamnya." Ucap Alina dengan wajah polos pada ibunya.

"Heeeee???" Ayahnya terkejut.

"Benarkan....ayah..." Dengan muka cemberut ibu Alina mencubit tangan kanan suaminya.

"Ya ampun, bu lagian mie nya juga enak kan..ditambah rasa kari ayam, daripada cuma bawang goreng. Duhh..sakit,bu." Ayah Alina mencoba membela diri dengan muka kesakitan.

◌◌◌◌◌

Hari Minggu ini, Alina sedang asyik membantu ibunya beres – beres rumah. Keluarga Alina tinggal di rumah susun duabelas lantai, mereka berada di lantai delapan. Bila cuacanya cerah, Alina suka membuka semua gorden rumahnya, ia menyukai langit biru. Ketika ia membuka salah satu gorden di ruang keluarga, dari seberang gedung ia melihat ada anak laki – laki seumurannya sedang sibuk memainkan boneka spiderman di depan jendela. Alina kini melihat dan tersenyum. Anak laki – laki itu tak sengaja melihat Alina. Mereka saling pandang. Dalam hati Alina berkata "Apa hebatnya boneka itu,bajunya saja aneh..". Anak laki – laki itu juga berkata dalam hati "Ini boneka spiderman, apanya yang aneh, spiderman itu gagah, suka menolong orang dan membela kebenaran". Mereka masih belum menyadari bahwa mereka saling berbicara di dunia "pikiran". Alina berkata dalam hati "Sailor moon lebih keren, dia sangat cantik dan suka menolong orang..". Mereka berhenti berbicara dalam hati, masih saling memandang beberapa saat, kemudian mereka tertawa.

Itulah awalnya mereka bertemu kemudian saling kenal saat keluarga mereka pergi bertamasya bersama – sama di taman kota. Ayah Alina dan ayah Kavin adalah rekan kerja yang akrab di kantor, dan kebetulan memiliki seorang anak yang seumuran sehingga mereka merencanakan pergi bersama.

"Kenalan dulu dong sayang, salim sama tante sama om. Saya Alina tante..om.." Ibu Alina mengajari anaknya sambil memegang tangan kanan anaknya untuk memberi salam pada orang tua Kavin. Alina hanya tersenyum malu.

"Ini Kavin.. Kavin ayok kenalan sama Alina." Ajak Ayah Kavin pada anaknya yang terlihat senang bertemu dengan Alina. Kavin yang berada di samping ayahnya terlihat mengangkat tangan kanannya ke Alina.

"Aku...Kavin.." Kavin memperkenalkan diri dengan wajahnya yang oval tersenyum pada Alina.

Alina yang berada di hadapan Kavin menyambut ajakan salam dari Kavin, mereka bersalaman. "Aku..Alina.." Setelah itu Alina lari ke arah belakang ibunya, ia malu. Kedua orang tua mereka pun sontak tertawa melihat tingkah laku anak – anak mereka.

◌◌◌◌◌

Halo..ini cerita ku yang ke-2. Pertama yang I know you were trouble (on going). Sama kayak cerita yang pertama, aku harap kalian suka sama ceritaku. Mohon banget untuk kritik dan sarannya hihi makasiih..^.^

The Sounds of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang