-4-

22 3 3
                                    

Dua tahun telah berlalu. Kavin saat ini berada di kelas sebelas IPS. Hubungan Kavin dan Alina juga masih berlanjut. Setiap pagi di hari Minggu atau libur nasional mereka selalu berkomunikasi melalui telepon. Kavin senang mendengar suara Alina yang tampak bahagia disana. Bandung menurut Alina kota yang sangat indah walaupun terkadang macet jika waktunya orang – orang pulang kerja. Kavin juga senang apabila Alina bercerita tentang masalahnya di sekolah dan Kavin dapat menenangkannya.

Alina lebih sering menelepon Kavin daripada Kavin yang menelepon Alina. Alina sering bercerita tentang Roby. Ia tidak sengaja bertemu Roby di Cihampelas ketika sedang berbelanja dengan teman barunya di sekolah.

Saat itu Alina duduk di kelas sebelas semester dua di salah satu SMA favorit di Bandung. Ia sedang berjalan di pinggiran pertokoan kawasan Cihampelas dengan dua teman. Dari arah berlawanan Roby juga sedang berjalan dengan temannya.

"Alina??" Panggil Roby yang kini ada di hadapan Alina.

"Roby? Kamu ngapain disini? Lagi liburan,ya?" Tanya Alina balik sambil menunjuk Roby dengan tangan kanannya.

"Enggak. Aku udah dua tahun disini. Emang kamu lagi liburan di Bandung?"

"Emm...ii..iyaa..aku lagi liburan." Jawab Alina bohong.

"Alina..kan kamu juga udah dua tahun disini." Ungkap salah satu teman Alina.

Alina memberi isyarat diam dengan mengenggam tangan kanan temannya itu. Kedua teman Alina dan juga Roby heran melihat Alina yang berbohong.

"Eh..udah dulu,ya. Kita lagi buru – buru, ni. Udah ditunggu temen di depan mall." Kata Alina sambil menarik kedua temannya untuk berjalan meninggalkan Roby dan temannya.

"Bukannya mereka tadi jalannya santai,ya. Buru – buru dari mana cobak?" Tanya teman Roby bingung.

"Entahlah.." Jawab Roby bingung sambil melihat Alina pergi membelakanginya.

Pertemuan singkat tersebut membuat Roby ingin mencari tahu keberadaan Alina yang sebenarnya. Apakah Alina hanya berlibur atau memang benar iya menetap di Bandung sama sepertinya. Kebetulan ia masih memiliki nomor Hp Kavin dan masih aktif sampai sekarang. Kemudian Roby menghubungi sahabatnya itu dan banyak bertanya tentang Alina.

"Kavin..aku mau minta tolong. Kamu kan tahu aku suka Alina, dan itu juga masih berlaku sampai sekarang. Kamu tahu alamat rumah Alina dan sekolahnya di Bandung?" Tanya Roby di telepon.

Kemudian Kavin menjawab semua pertanyaan Roby. Mungkin mereka memang jodoh. Disisi lain, Alina juga menghubungi Kavin tapi tidak menyinggung soal Roby. Alina heran kenapa Roby bisa tahu sekolah Alina. Alina kesal karena sekarang setiap ia pulang sekolah Roby selalu ada di gerbang sekolah. Roby mengajaknya pulang bersama tetapi Alina menolak. Berbagai alasan ia keluarkan agar Roby tidak pulang bersamanya. Terkadang berhasil dan terkadang tidak.

"Alina?" Sapa Roby di depan gerbang sekolah Alina saat Alina berjalan sendiri keluar dari sekolah.

Alina sebenarnya melihat Roby yang ada di gerbang sekolah. Tetapi ia pura – pura tidak melihat dan hanya berjalan dengan wajah tertunduk. Please..jangan samperin gue. Apa yang dilakukan Alina ternyata berhasil. Ia dapat kabur melewati Roby dengan berjalan di belakang gerombolan siswa yang pulang sekolah. Roby yang dapat melihat Alina kemudian tersenyum dan tertawa. Ia kemudian berjalan mengikuti Alina dan menghampiri Alina.

"Alina??" Panggil Roby di samping Alina.

"Apa????" Jawab Alina. Aku lempar sepatu biar pingsan kali ya, terus aku kabur..hahaha...

"Ampun,deh.. habisnya kamu kayak sengaja gak liat aku aja. Padahal tadi aku panggil dan kamu liat aku."

"Mungkin aku lagi laper. Jadi aku lupa kalo liat kamu." Sanggah Alina dengan jawaban konyolnya. Tapi Alina memang lapar, perutnya dari tadi sudah bergema oleh cacing – cacing perutnya yang berteriak meminta makan.

Kemudian Roby menarik tangan kanan Alina dan berlari mencari tempat makan. Alina tidak dapat menolaknya karena genggaman Roby sangat erat. Setelah beberapa menit berlari mencari tempat makan yang dekat dengan sekolah Alina. Mereka berhenti di salah satu tempat makan kaki lima. Roby kemudian melepaskan genggaman Alina dan memesan makanan. Alina hanya setuju – setuju saja dengan apa yang dipesan oleh Roby.

"Silahkan..ini rujaknya." Kata Roby sambil menyerahkan satu porsi rujak pada Alina.

Alina kemudian memakannya sesuap. "Emm..enak banget.." Wajahnya kembali tersenyum dan terlihat lahap memakan satu porsi rujak. Roby memandanginya dan mulai memakan rujak yang ada di hadapannya. Rujak yang dimakan Alina beberapa menit kemudian sudah habis. Alina terlihat masih lapar dan memandangi mangkuk Roby.

"Mas..pesen dua porsi lagi, ya." Pesan Roby pada mas – mas yang sedang sibuk meracik makanan nasi sarden.

Alina tersenyum senang dan menatap Roby. "Roby..buat aku ya,yang seporsi.." Minta Alina pada Roby dengan muka memelas.

"Iya.." Jawab Roby tanpat melihat Alina.

"Aaaaa makasih Roby.. kamu emang the best." Kata Alina dengan bahagianya.

Entah mengapa walaupun Roby sering membuatnya kesal dan marah, ia selalu memahami apa yang sedang dirasakan Alina. Belum lama ini Roby menembaknya lagi, tetapi Alina belum menjawab pertanyaan Roby. Mungkin Roby sudah tahu apa jawaban Alina, tetapi berada di sisi Alina sebagai teman saja ia sudah bahagia. Dan ia akan terus berjuang hingga Alina mau menerimanya.

◌◌◌◌◌ 

EJ   

The Sounds of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang