Sudah dua minggu ini Alina tidak menghubungi Kavin. Kavin juga tidak menghubunginya, bukan karena ia marah pada Alina tetapi karena setiap Minggu pagi Frita yang menghubunginya. Alina sebenarnya ingin menghubungi Kavin, tetapi suara dari telepon Kavin memberitahukan kalau "Nomor yang anda tuju sedang sibuk, mohon hubungi nomor ini beberapa saat lagi." Oleh karena itulah Alina berpikir jika Kavin sedang sangat sibuk, entah sibuk dengan sekolahnya atau pacar menyebalkannya itu.
Akhirnya setelah sebulan mereka tidak saling menghubungi, suatu hari di Minggu pagi Kavin menghubungi Alina. Kavin menunggu sampai Alina mengangkatnya, dua kali menelpon..tiga kali.. empat kali..dan tidak ada jawaban. Apa dia marah? Marah kenapa?. Tiga jam kemudian, Alina mengirim sebuah pesan ke Kavin yang isinya:
Sorry,Kav..tadi aku masih tidur, kemarin ada kegiatan sampai malam. Jadi aku tepar sampe pagi..hehehe J eh iya, maaf ya kayaknya mulai sekarang kita musti jarang telponan atau SMSan, aku ada banyak kegiatan, les, n kita juga udah punya pacar kan. Untuk jaga hubungan aja..owke?
Kavin heran dengan pesan yang Alina kirimkan barusan. Pesan itu seperti bukan dikirimkan dari Alina langsung. Tetapi nomornya sama dengan nomor yang ia simpan dan ia beri nama "Alina bawel". Kalau memang Alina berpikir seperti itu dan karena memang sekarang ia Mrs. Sibuk, Kavin tidak akan mengganggunya. Kavin kemudian membalas pesan dari Alina yang isinya:
Oke.
"APA??? Dia cuma bales oke doang? Oh My..omegot.." Teriak Alina setelah membuka pesan dari Kavin sambil mengibaskan tangan kanannya di depan mukanya.
"Kamu Kenapa??" Tanya ibu Alina yang ada di sampingnya, ia sedang sibuk melihat berita di televisi ruang keluarga.
"Gak apa – apa kok,bu. Hee..." Jawab Alina sambil tersenyum.
Alina tidak sesibuk apa yang ia bilang ke Kavin. Ia hanya sibuk les untuk persiapan kenaikan kelas tiga dan untuk ujian nasional besok. Sebenarnya alasan utamanya karena ia tidak mau menganggu hubungan Kavin dengan Frita. Setelah Frita menelponnya dengan seabrek "pengkodeannya" yang di hari itu Alina masih tidak mengerti apa maksudnya, dan sekarang ia mengerti. Alina paham, ia seperti penghalang antara Kavin dan Frita. Alina tidak ingin jadi penganggu dan ia ingin hubungan mereka harmonis. Jadi Alina memutuskan untuk tidak sesering mungkin menghubungi Kavin. Balasan pesan Kavin pada Alina membuatnya lega dan ia dapat fokus pada ujian kenaikan kelas sebentar lagi, bukan disibukkan dengan Frita yang selalu mengkodenya untuk menjah dari Kavin.
Baguslah..semakin kamu membalasku dengan sebuah kata "oke" semakin aku dapat melepasmu sebagai peri curcol di kala keluh kesahku menggunung. Pikir Alina.
Kamu tak perlu berpura – pura seolah kamu sibuk atau menjaga hati. Kamu hanya terpaksa menjauh dariku karena sesuatu hal.. Pikir Kavin.
◌◌◌◌◌
Beberapa bulan berlalu, Kavin dan Alina sibuk dengan kegiatannya masing – masing. Ujian kenaikan kelaspun berlangsung. Alina mengirim sebuah pesan pada Kavin "Semangat ujian kita!", dan lagi – lagi Kavin hanya membalasnya dengan kata "Oke." Hubungan mereka merenggang sejak saat itu.
Hari Selasa saat itu..hari terakhir ujian.
Alina sedang memasukkan buku pelajaran Mandarin ke dalam tasnya. Matanya terlihat sayu seperti seminggu tidak tidur. Semalaman ia belajar hanzi dan pinyin dengan ditemani secangkir kopi hitam, dan sekarang kopi itu sudah habis. Setelah itu ia keluar kamar dan berjalan ke ruang makan. Ia duduk dan tatapannya kosong.
"ALINA!!!" Teriak ayah Alina yang duduk di hadapannya. Ayahnya sedang asyik mengambil lauk telur dadar dan melihat anaknya seperti tak ada harapan. Kosong. Tanpa kehidupan di dalam tubuhnya.
"Ya Allah... AYAH!!! Pagi – pagi bikin kaget ih, nyebelin." Alina tersadar dari lamunannya yang kosong dan meminum segelas susu putih.
"Pagi – pagi udah sayu gitu. Semangat dong! Katanya hari terakhir, nanti ayah beliin es krim dua cup rasa kesukaanmu..."
Belum sempat ayahnya mengakhiri ucapannya, Alina kemudian memotongnya dengan semangat "Beneran,yah? Beneran loh?" potong Alina masih memegang segelas susunya.
"Iyaa...Alina sayang. Tapi..."
Alina bangkit dan sambil mencium pipi kiri ayahnya dan berkata, "AAAAaaa makasih ayah..muah muah..aaaa ayahhh wo tai ai nin papa..muah.."
"Ya ampun...kalian ini.. bikin cemburu ibu aja.." Ibunya juga tidak ingin ketinggalan dan meminta Alina juga suaminya untuk menciumnya. Kemudian Alina dan suaminya mencium pipi kanan dan kiri ibu-istrinya itu. Hahaha..keluarga yang bahagia..
Di hari yang sama, di rumah Kavin..
Kavin sudah memakai sepatunya dan keluar rumah menuju sekolah. Frita telah menunggunya di bawah rusun. Frita yang melihat Kavin keluar dari gedung melambaikan kedua tangannya pada Kavin. Kavin hanya tersenyum dan menghampiri pacarnya. Kemudian mereka berangkat sekolah bersama – sama. Di perjalanan mereka membicarakan tentang ujian – ujian yang telah berlalu, bukan membicarakan tentang Alina lagi. Kavin sudah tidak lagi membicarakan Alina pada Frita, dan Frita juga tidak mempermasalahkannya. Frita justru senang dan tidak khawatir lagi jika Kavin akan meninggalkannya. Ketika obrolan mereka telah selesai, Frita mencoba menanyai kabar Alina pada Kavin.
"Alina..gimana kabarnya?"
"Baik..mungkin. kenapa?" Jawab Kavin tak bersemangat dengan topik yang ingin dibangun Frita.
"Gak apa – apa kok. Sekarang kan dia juga lagi ujian sama kayak kita. Mungkin dia sedikit capek atau apa,ya.. hhmmm.."
Obrolan Frita terlihat garing dan Kavin tidak menjawabnya.
"Kalian sekarang udah gak pernah telponan lagi,ya? Kayak renggang gitu dari berapa bulan terakhir ini."
"Kamu tau dari mana? Aku gak pernah bilang ke kamu kalo beberapa bulan ini aku jadi renggang sama Alina?"
"Itu..aku nebak doang.." Jawab Frita bohong dan sedang memikirkan alasan yang tepat agar Kavin mempercayainya. Jangan sampe dia tahu aku yang nyuruh dia jauhin kamu.
"Kamu nyuruh Alina ngejauhin aku?"
Oh my..kok dia tau si..
"Aku bisa baca pikiranmu. Udah aku jawab kan pertanyaanmu yang barusan. Frita, aku kira kamu bisa ngertiin hubunganku sama Alina. Ternyata masalah kecil kayak gini aja kamu cemburu sampe lebay kayak gitu."
Kavin kemudian pergi meninggalkan Frita sendiri. Kavin tidak percaya jika Frita sampai berbuat seperti itu. Kavin pikir Frita sudah mengerti bagaimana hubungan Kavin dengan Alina. Ia juga berpikir bahwa Frita berbuat seperti ini karena ia lebih sering membicarakan Alina ketika sedang bersama Frita. Tapi Kavin tetap kesal dengan perbuatan Frita.
Frita yang ditinggal sendirian oleh Kavin akhirnya menyadari bahwa perbuatannya itu berlebihan. Frita sangat cemburu dengan Alina, karena Alina selalu dipikiran Kavin dibanding dia. Frita kemudian berjalan menuju sekolah sendirian dengan raut wajah sedih dan menyesal.
◌◌◌◌◌
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sounds of The Heart
RomanceIni kisah tentang dua orang yang mampu mendengar suara hati seseorang. Berbagai kisah dari mulai mereka kecil hingga beranjak dewasa perlahan menyadarkan mereka akan pentingnya suara hati. Mungkinkah mereka menyadari suara hati masing - masing?