-9-

14 3 0
                                    

"Apa?" Jawab Alina ketus pada Roby yang menelponnya disaat dia sedang asyik memakan es cream di luar sebuah toko.

"Ya ampun ni anak gak pernah halus ya jawabnya meskipun sama pacarnya sendiri." Kata Roby sambil mengawasi Alina. Ia tidak jauh dari posisi Alina yang sedang duduk dan sibuk menikmati es cream kesukaannya. Roby tersenyum melihat pacarnya yang berubah kesal setelah mendapat telpon darinya.

"Apasih..aku lagi pacaran sama es cream kenapa?? Gue lagi badmood! Bosen di rumah terus.. belajar.." Alina sangat kesal seakan – akan api dapat keluar dari tubuhnya.

"HEY!" Roby kini sudah berada di belakang Alina dan duduk di samping tempat duduk Alina.

"ROBY!! nyebelinn..udah tau sini lagi..."

"Eitss... shut up.. nanti aku beliin es cream deh..yang ituuu..yang segini.." Sambil memberi isyarat ukuran es cream yang akan dibelinya.

"Gak mempan! Ah bete ah.. ayok maen,Rob..keliling Bandung pake TMB yuk..ayooo..abang Roby cakep deh.."

"Oh..gak mau beneran nih dibeliin. Oke oke..kapan ke..

"Eh..ya mau dong bang..hekhek.. abis beli..kita cuss jalan – jalan..oke!" Sanggah Alina cepat sambil mengedipkan sebelah matanya pada pacarnya.

Roby hanya tersenyum diam memberi isyarat setuju dan masuk ke toko untuk membeli es cream tersebut. Setelah menghabiskan es cream berukuran pot bunga ukuran kecil tersebut Alina dan Roby berjalan menuju halte TMB terdekat.

Tidak lama mereka menunggu bus yang akan dinaiki. Mereka kemudian masuk dan duduk bersebelahan. Tanpa tujuan, mereka memutuskan akan mengikuti bus itu, sehingga mereka tidak ke tempat wisata tetapi hanya berada di bus sampai hati kecil Alina senang. Raut wajah Alina tampak senang di samping terlihat memiliki beban yang besar. Rambutnya yang sebahu terurai berantakan. Namun bagi Roby, Alina tetap perempuan yang cantik.

Duapuluh menit sudah mereka berada di bus sambil bermain permainan kata. Roby senang melihat Alina yang tertawa dan kesal oleh perbuatan Roby yang curang dalam permainan. Hingga Alina mendapat sebuah pesan dari Frita yang ingin berbicara dengannya.

Frita : Al..aku mau curcol boleh?

Alina : Boleh. Kenapa Frit?

Frita : pernah gak kamu ngerasa kalo Kavin suka sama kamu. Bukan suka, tapi cinta sama kamu.

Alina tertegun membaca pesan dari Frita. Ia langsung menekan "reply" karena Roby melihat pesan dari Frita.

Alina : ya Allah. Frita..kita kan sahabatan. Ya egak lah.. kalo dia suka sama aku, kenapa juga pacaran sama kamu, kan?

Frita : ya kalo itu cuma formalitas doang. Atau cuman jadi pelarian?

Alina kesal kemudian menelepon Frita...

"Frita.. aku kan udah pernah bilang sama kamu kalo aku udah punya pacar. Jadi aku gasuka sama Kavin. Kavin juga gak mungkin suka sama aku kalo pacaran sama kamu."

"Soalnya aku ngerasa kalo dia tu makin jauh sama aku."

"Ya ampun, Frit. Kenapa kamu gak tanya langsung sama dia aja. Lagian..c'moon.. kita juga mau ujian kan. Kenapa kamu gak fokus ke ujian aja. Nanti kalo kamu mikirin soal kecil gitu malah berabe loh sama ujianmu."

"Soal kecil?"

"I..Iya kan..soal kecil. Kalo emang kamu gak percaya sama pacarmu putusin aja." Alina emosi.

"Hey! Oh..gini.. jadi kamu yang suka sama Kavin."

"Astaga....terserahlah!" Alina kemudian menutup telepon.

Alina sudah muak dengan pertanyaan – pertanyaan itu. apalagi ia merasa kalau Frita bukan pasangan yang cocok untuk Kavin sahabatnya. Alina menghempaskan kepalanya ke kaca dengan sengaja, namun ia kesakitan karena kepalanya sakit akibat ulahnya sendiri.

"Kita pulang aja, yuk.." Ajak Roby memandangi Alina.

Alina memberi isyarat setuju dengan mengangguk pada Roby. Jalan – jalan yang belum lama dimulai diakhiri dengan mood Alina yang kembali rusak dihantam secuil masalah kecil Frita.

Sesampainya di depan rumah Alina, ia mencoba tersenyum pada Roby yang ada di hadapannya.

"Maaf, ya..gagal jalan – jalan deh."

"Sante aja kali.. aku tau kamu lagi kesal. Tapi aku punya satu permintaan sama kamu."

"Apaa?"

Roby kemudian berjalan dan memeluk Alina. Sementara Alina hanya terkejut.

"Dibawa sante aja.. gausah dipikirin. Fokus ujian sekolah sama PTN aja. Oke!" kemudian Roby melepas pelukannya.

Alina hanya tersenyum pada Roby. Pelukan Roby barusan seakan mendamaikan perasaannya yang kesal akibat peristiwa tadi. Tapi pelukan tersebut lebih Alina rasakan sebagai pelukan seorang sahabat.

◌◌◌◌◌ 

lagi rajin update nih (re:libur panjang) ^.^ 

vomentnya ya gaes.. sebenernya aku mau tanya, kalian suka kalo Alina sama Roby aja, atau Alina sama Kavin..hmm   

The Sounds of The HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang