Ada rahasia yang selalu ku sembunyikan, entah itu kepada teman temanku maupun keluargaku. Rahasia yang amat pilu, rahasia yang amat menyesakan hatiku jika ku ingat kembali.
Rahasia tentang masa masa kelamku. Semenjak kelas 2 SMP aku sudah mengenal apa artinya dunia kriminal, dua hitam. Dunia yang dulu menurutku sangat seru, dunia yang menurutku pas dengan jati diriku. Ya jati diri seorang remaja yang masih akan liar dengan pengalaman. Yang masih ingin tahu akan semua hal, apa itu kriminal? Apa itu preman? Apa itu kebebasan? Semua hal yang dulu belum ku ketahui.
"Widya, jalan yuk? " ajakku
"Kemana zul? " tanyanya
"Ke Taman simanjuntak aja mau ga? " kataku dengan jelas
"Yaudah ayo" jawabnya singkat padat, yang mengartikan dia menyetujui ajakan ku
Aku pun pergi menemui Widya, dengan motor vespa kesayangan ayahku menyusuri jalanan. Tak berapa lama aku pun tiba dirumah nya, memang jarak rumah kami tidak lah jauh.
"Hai? Lama ga? " tanyanya
"Enggak kok, aku baru aja sampe, aku ijin dulu ya? Ke mama " kataku kepada widya
"Iya zul"
"Ma, anaknya zul pinjem ya sebentar? Mau diajak muter muter, boleh ga ma? " tanyaku kepada mamanya widya
"Iya nak, tapi jangan lama, dan tolong jagain anak mama ya? " jawab mama
"Ma, Widya berangkat ya? Assalamualaikum " pamit widya kepada mamanyaAku pun pamit kepada orang tuanya Widya. Kami pun pergi dan langsung menuju ketempat yang akan aku tuju.
"Kita mau ngapain ke sana? " tanyanya
"Ada hal yang ingin aku omongin ke kamu, hal yang selalu aku sembunyikan dari semua orang" jawabku
"Kenapa sama aku? " tanyanya heran
"Karena aku percaya sama kamu widya" jawabku dengan senyum
Widya pun tidak menjawab dan hanya berdiam sambil memeluk punggungkuKami pun sampai di Taman simanjuntak, langsung ku cari tempat yang pas untuk berbicara denganya. Aku pun memilih tempat duduk yang berada ditengah tengah Taman itu. Aku memilih Taman ini karena Taman ini adalah tempat pertama aku bertemu dengan Widya, disamping itu pun karena Taman ini masih sejuk. Taman yang masih asri diantara padatnya perumahan ibu kota.
"Disini aja widya"kataku
"Yaudah iya"
"Zul mau ngomong apa? " lanjutnya.
Aku pun terdiam sejenak, karena takut akan membuat hatinya kecewa karena hal hal yang dahulu pernah aku lakukan. Aku hanya menunduk dan sesuntuk memandang wajahnya, hanya untuk melihat senyum nya.
Hanya dengan senyum nya aku bisa sejenak menarik nafas dan menguatkan hati untuk berbicara.
"Kamu mau ngomong apa? " tanyanya lagi
"Eh iya iya hehehe sampe lupa aku, keasyikan liatin senyum kamu sih" jawabku mengalihkan pikiranku
"Tapi Widya jangan kaget ya? "
"Iya zul, kamu mau ngomong apa jangan buat Widya deg-degan deh"
"Hehehe iya iya, zul mau jujur kalo zul Cinta sama widya " jawabku dengan tertawa
"Ih... Apaan si yang bener ah!? "
"Iya iya zul mau ngomong, kalo dulu zul tuh sering mab.... "
"HAH.!..."
"Eh hah... Belum selesai ngomongnya"
"Mau dilanjutin ga? " kataku sambil mencubit hidungnya
"Hehehe sampe kaget aku, padahal belum ya? " katanya sambil tertawa
"Dih lebay dasar" kataku sambil kembali mencubit hidungnya
"Sakit tau! " katanya sambil melepas tanganku dari hidungnya
"Hehehe maaf deh, gemes lagian hidung kamu kayak manggil manggil nama aku, katanya' cubit dong cubit' gitu sayang" kataku dengan gurau
"Ih apaan si, emang hidung aku punya mulut apa? " katanya sambil memukul pelan pundakku
"Mana? " pintanya untuk melanjutkan ceritaku
"Iya iya, dulu zul tuh sering mabok, sering berantem, sering banget tawuran, sering banget ngelawan orang tua"
"Sampai sampai pernah aku buat ibuku kecewa, saat dia tahu kalo aku masuk penjara gara gara ikut tawuran, ibuku shock dan sempat dirawat dirumah sakit, dan karena aku pula ibuku menin... " cess cess tiba tiba air mataku jatuh
"Kamu nangis? " tanyanya
"Eh enggak kok" kataku sambil mengusap air mataku
"Udah sayang jangan nangis, udah gausah dilanjutin deh" katanya sambil mengusap kepalaku
"Enggak gapapa kok" kataku dengan senyum
"Kamu kenapa dulu ngelakuin hal itu? " tanya nya dengan jelas
"Dulu aku ngelakuin itu, karena aku berpikir 'buat apa hidup jika selalu disalahkan? Buat apa hidup kalau keluarga sendiri tidak percaya kepadaku, buat apa hidup kalau aku selalu dianggap anak nakal, selalu disalahkan dengan semua hal yang buruk, buat apa? ' dan menurutku jika mereka selalu menganggap aku begitu, hanya dengan hal hal itu aku bisa mengerti kebebasan" jelasku dengan panjang lebar
"Tapi kan kebebasan bukan seperti itu zul" katanya
"Iya sih, dan sekarang aku menyesal karena pernah melakukan hal itu, hal yang membuat ibuku meninggal dunia" kembali air mataku menetes
"Hal yang selalu aku sesali, belum sempat aku minta maaf kepada ibuku, belum sempat aku mengatakan kalau aku sayang kepadanya, kalau aku butuh dia untuk membimbingku"
"Widya aku minta tolong sama kamu, tolong bantu aku untuk melupakan kejadian kelam itu, tolong bantu aku untuk membuat aku jadi lebih baik lagi, tolong? Kamu mau bantuin aku" kataku sambil memegang tangannya dengan air mata yang masih menetes
"Iya zul, Widya mau nolongin, tapi kamu janji agar tidak lagi ngelakuin hal itu. Kamu mau? " tanyanya
"Iya janji" kataku
"Oke deh mana jaket kamu? " katanya sambil mengambil jaketku dan mengambil bungkus rokok dan korek yang ada di jaket ku
"Pertama-tama buang semua ini, jangan pernah ngerokok lagi, janji? " katanya sambil membuang kedua benda itu
"Janji"
"Tapi bagi sebatang dulu dong hehehe, asem nih" kataku sambil tertawa
"Ga deh ya, katanya mau berubah"
"Hehehe iya deh, udah buang semua itu" kataku
"Siap, mulai dari ini aku akan bantu kamu" dia pun tersenyumSetelah menceritakan hal kelam itu, hal yang selalu mengganjal hatiku, kini telah hilang. Berkat hadirnya dia aku bisa kembali mengerti apa artinya hidup, hanya dengan perhatiannya aku bisa melupakan kesedihanku, dengan hadirnya dia aku bisa kembali merasakan rasa Kasih sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Kelingking
RomansaKetika mulut tak lagi bisa berbicara, ketika nafas tak lagi beraturan karena getaran Cinta, sepasang kekasih yang mengikat Cinta nya melalui janji. Janji yang akhirnya tepatahkan oleh ego masing masing. Namun keduanya masih menyimpan rasa Cinta, dan...