Pertama-tama saya ucapkan terima kasih pada kalian yang bersedia membaca, yang sudah repot-repot nge-vote, apalagi yang berkenan menunggu kelanjutan cerita gaje ini (jika ada) :)
Maaf juga karena updatenya sangat luamaaaaaaaa sekali :')
Peringatan: Shounen ai (HibarixTsuna), slight incest, slow update, alur lambat, typo(s) berkeliaran, bahasa lebay dan tak sesuai EYD, AU, dll (Silahkan ditambahkan sendiri#slap)
Disclaimer: Katekyo Hitman Reborn! milik Akira Amano. Saya hanya meminjam karakternya saja untuk menyalurkan imajinasi saya :)
Dan yang terakhir, Happy Birthday Hibari-san!! Semoga makin langgeng aja sama Tsuna! #abaikan
DLDR →→→→→→→
Bukan suatu hal yang baru bagi putra sulung keluarga Sawada untuk terbangun dari tidurnya di tengah malam buta. Ia bukan laki-laki sensitif, namun pendengarannya bisa dibilang cukup tajam. Karena hal ini, suara sekecil apapun yang dirasa cukup mengganggu dapat dengan mudah mengusik tidurnya. Di kemudian hari kebiasaan ini menjadi semacam penyakit yang tak bisa disembuhkan.
Dan malam ini bukanlah sebuah pengecualian.
Tetesan hujan berlomba membasahi jendela lantai dua itu. Menuai irama nyaring nan merdu. Gemuruh petir yang tiba-tiba menyambar menambatkan sekilas cahaya pada dinding kamarnya. Seperti malam-malam tak beraturan sebelumnya. Ia pernah terbangun karena berbagai hal. Namun, hujan kali ini bukanlah alasan yang tepat.
Sebuah suara samar itu telah menahan mata kelamnya agar tetap terjaga selama beberapa hari untuk beberapa menit. Terdiam seraya menatap tajam ke arah langit-langit. Pandangannya nyaris kosong, siapa yang dapat menyangka apa yang ada di pikirannya. Isak tangis itu teredam oleh bunyi hujan yang turun semenjak sore. Andai hujan mampu menyamarkannya lebih pandai, ia tak perlu repot-repot menajamkan telinga sebagai bentuk rangsangan alami atau sekedar bertanya-tanya perihal kemunculannya. Pemuda apatis itu tak ingin memaksa dirinya untuk peduli. Ia putuskan untuk tak menegur siapapun yang membuat suara bising itu. Tak ada alasan khusus untuk ketidakpeduliannya. Ia hanya terlalu 'lelah' untuk mempedulikan hal sekecil itu. Atau mungkin enggan untuk menemukan fakta?
Dan sayangnya, pagi tak pernah datang terlambat. Meski waktu istirahatnya di malam hari terganggu oleh (si)apapun itu yang menangis ditengah malam, Kyoya dapat dengan mudah mengklaim sebagian waktu belajarnya di sekolah untuk tidur siang, dengan artian lain bolos jam pelajaran. Terlalu santai pemuda ini, namun siapa juga yang hendak menegur.
Tak perlu dikonfirmasi untuk kesekian kali. Dimana pun dan kapan pun, pemuda minim ekspresi ini memang selalu ditakdirkan menjadi seseorang yang pantang dibantah, itu jika kau tidak ingin besi silinder keramat miliknya menghampiri tubuhmu dan meninggalkan bekas disana. Kyoya gemar menghukum para pelaku pelanggar tata tertib sekolah dengan tonfa yang menjadi teman setianya. Tak ada masalah dari tindakan pembela kedisiplinan itu, tak ada kecuali arti menghukum yang serupa dengan menghajar hingga babak belur.
Dan itu masalah. Setidaknya bagi mereka yang suka melanggar aturan sekolah plus bagi mereka pula yang suka memancing amarah sang 'prefek Namimori', terkadang mereka menyebutnya demikian. Namun, semua itu tak mampu menepis opini masyarakat bahwa tidak lain dan tidak bukan Kyoya hanyalah jelmaan berandalan atau yang kerap disebut preman sekolah.
Dia kejam.
Dia beringas.
Dia brutal.
Dia sadis.
Kau boleh mengatainya sesuka hati, namun pemuda berhati keras ini memiliki prinsipnya sendiri. Sejak dulu sampai nanti ia akan tetap setia pada kedisplinan serta mencintai Namimori. Tak ada yang tahu apakah watak Kyoya yang semacam itu yang telah meluluhkan hati Kepala Sekolah hingga tindak kekerasan yang selama ini Kyoya lakukan tak berujung pada kepolisian. Ini masih menjadi pertanyaan besar bagi mereka yang memikirkannya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Son
FanfictionBagaimana jika Nana adalah ibu dari Kyoya, dan Tsuna adalah adik laki-lakinya. Untuk alasan tertentu mereka membenci satu sama lain. Namun, karena suatu kejadian tak terduga keadaan menjadi terbalik. Terjebak diantara kebenaran dan kebohongan, siapa...