Out of Control

202 18 10
                                    

Part 10: Lepas Kendali




Derap langkahnya tenang meski sarat ancaman, Kyoya tak ingin berlama-lama menghadapi si pengganggu yang tak tahu apa-apa, berlagak menjadi pahlawan yang membela sang adik, tak tahukah ia bahwa yang 'terluka' di sini bukan hanya satu orang. Pola pikir pemuda ini perlu dibenahi. Benar, isi kepalanya perlu dirombak. Ya, pemuda sok tahu itu butuh teguran. Karena Sawada Kyoya tak pernah salah. Dan dia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tak ada tawar-menawar.

"YAMAMOTO!"

Teriakan itu menghentikan pergerakan keduanya.

Merasa namanya dipanggil si pemuda menoleh. Sepertinya waktuku sudah habis, dengan berat hati ia tersenyum simpul kala mendapati sang sahabat tengah berlari menuju ke arahnya. "Yo, Tsuna!"

Genjatan senjata.

Sementara.

"Yamamoto, apa yang terjadi?!!", tanya Tsunayoshi panik. Ia berlutut di samping Yamamoto yang kini terduduk lemah; bergelimang luka.

Mata Tsunayoshi berkaca-kaca, "Ke-kenapa kau bisa terluka?", tak pernah ia menyaksikan si pemuda periang itu dalam keadaan seperti korban tabrak lari begini.

"Oi, kau baik-baik saja kan?", Gokudera setengah hati bertanya seraya membuang puntung rokok yang sempat ia sematkan ke bibirnya selepas makan siang tadi ke lantai, "Tch, jadi kau rupanya yang membuat Juudaime bersedih!", diinjaknya benda itu tanpa mengalihkan tatapan tajamnya pada sosok yang bersiaga di hadapan mereka bak serigala yang siap menerkam.

"Gokudera-kun!", Tsunayoshi mendongak ke arah teman yang satunya. Sedikit tercenung pada kalimat Gokudera yang seakan mempermasalahkan perasaannya ketimbang keadaan mengenaskan Yamamoto.

Menyaksikan raut Gokudera yang memasang wajah terlampau serius, membuat Tsunayoshi menelusuri arah pandang pemuda itu.

Manik karamel itu membulat tak percaya.

"Ni-nii-san...", gumamnya tertelan udara.

Memang bukan sesuatu yang janggal menyaksikan kakaknya memajang tonfa di kedua tangannya penuh percaya diri dengan sikap siap bertarung, adegan yang sudah terlampau sering ia saksikan. Namun, bukan itu yang menjadi perhatiannya saat ini.

Tsunayoshi beralih memandang Yamamoto, keadaannya hampir babak belur, terutama bagian tangan kanannya yang paling banyak luka memar dan tergores benda tumpul; mungkin karena secara otomatis ia menggunakannya untuk melindungi diri, meski lukanya tak seberapa; tak seberapa jika ia yang berada di posisinya, Yamamoto adalah ace klub Baseball; dan itu sudah cukup menjadi alasan mengapa tangan kanan pemuda itu begitu berharga.

Tsunayoshi menggigit bibir bawahnya, firasatnya tentang Yamamoto memang benar, seharusnya ia pergi mencari pemuda itu lebih cepat, seharusnya ia datang lebih awal, seharusnya ia yang berada di situasi Yamamoto saat ini.

Tsunayoshi beralih memandang kakaknya sekali lagi; sekiranya tetap dalam keadaan tenang meski jumlah mereka tak lagi sepadan; itu jika mereka memutuskan untuk ronde ulang. Alisnya bertaut, ya, kakaknya memang seperti ini. Tak ada sepenggal rasa bersalah menghampirinya walau korban telah berjatuhan; walau teman adiknya menjadi korban. Memang tak ada pengecualian. Yang ada hanya rasa haus akan pertarungan; tiada henti mencari kepuasan.

Apa yang telah ia lakukan pada sahabatnya tidak bisa dimaafkan.

Katakan egois, Tsunayoshi kerap menyaksikan Kyoya melakukan hal serupa pada orang lain. Di saat seperti itu, ia memilih membuang muka, terlalu takut untuk ikut campur, terlalu takut untuk menentang, terlalu takut memutus benang tipis di antara mereka. Namun, kali ini berbeda, orang yang menjadi sasaran kakaknya saat ini adalah sahabatnya. Walau bagaimanapun juga ia tidak bisa hanya tinggal diam. Ya, dia memang egois, hanya karena mereka adalah 'teman' ia membelanya, jika mereka bukan siapa-siapa ia tidak mempedulikannya. Tsunayoshi merasa malu dengan perasaannya, tapi lebih baik membela satu orang daripada tidak melakukan apapun. Apa boleh buat ia memang cuma memiliki secuil nyali. Dan nyali itu terkuras hanya untuk membela orang yang ia sayangi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Her SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang