Part 9: Sawada Kyoya vs Yamamoto Takeshi
"Lihat! Sawada-san datang lagi!"
"Dia juga bawa bekal untuk dame-Tsuna. Tapi, kurasa itu hanya alasannya saja."
"Itu benar, dia kan cuma mau menemui Kyoko!"
Rumor itu tersebar dengan sangat cepat, meski salah satu orang yang menjadi topik utama adalah Ketua Komite Kedisiplinan. Tidak ada yang bebas dari yang namanya,
gossip.
Kyoya sejatinya tahu, ia hanya berpura-pura tak tahu dan tak peduli. Rumor itu yang membuatnya jadi buah bibir selama hampir sepekan. Ia tak pernah memberikan klarifikasi benar atau salah. Karena melihat 'seseorang' menderita ketika mendengar berita simpang-siur itu jauh lebih menarik ketimbang meladeni sejumlah orang yang bernyali tinggi -meminta kebenaran darinya.
"Hei, kalian tahu tidak ternyata Sawada-san dan Kyoko-chan berkencan!"
"Ehhhh, yang benar?!"
Telinga Tsunayoshi tiba-tiba berdenging, andai saja yang dimaksud 'Sawada-san' itu adalah dirinya, tentu ia akan merasa sangat bahagia. Sayangnya, tidak...
"Lihat saja Sawada-san selalu datang setiap hari untuk menemui Kyoko-chan!", gadis di kelasnya itu bercerita dengan antusias, tak mempedulikan hatinya yang retak bagai lahan gersang.
Tsunayoshi rasanya ingin menutup telinganya yang terasa bak terbakar api amaterasu(1). Ia merasa dikhianati. Entah dikhianati oleh siapa, sejak tak ada hubungan apa-apa antara ia dan Kyoko.
Namun, satu hal yang pasti cinta pertamanya telah direbut oleh kakaknya sendiri. Walaupun tanpa bukti, bagi Tsunayoshi kejam tetap saja kejam. Setelah tak mengakuinya sebagai adik, kini ia juga merebut Kyoko darinya; kakak macam apa dia, Tsunayoshi menggerutu.
Hei, di mana semua bawahannya yang setia dan sangar itu pergi? Kenapa ia tidak menyuruh mereka saja?
"Tapi, mereka memang cocok satu sama lain, sih. Yang satu idola sekolah, sedangkan yang satunya lagi ketua Komite Kedisiplinan."
Pedang Excalibur(2) pun menikam jantungnya tanpa belas kasih.
Tsunayoshi menggeleng keras, apapun alasannya hari demi hari ia semakin merasa bersalah. Ia berani bersumpah bahwa ia tak memiliki niatan buruk seperti menyia-nyiakan masakan ibunya, hanya saja Nana selalu memberikan bekal mereka pada sang kakak tanpa sepengetahuannya, berdalih bahwa akan lebih meyakinkan jika Kyoya yang membawanya -sejak ia selalu lupa. Pada akhirnya Kyoya yang harus memberikan bungkusan makan siang itu padanya. Akan tetapi, ia selalu enggan menerimanya; seolah Kyoya telah menaburi bekalnya dengan racun. Walau sebenarnya tidaklah demikian. Mungkin.
Dan lewat rayuan Kyoko -yang kenyataannya hanya sekedar memindah tangankan- kotak berisi makan siang itu sampai di tangannya.
"Mau sampai kapan, Tsuna?", suatu hari Yamamoto bertanya.
"Eh?", Tsunayoshi yang tengah menatap bento yang masih terbungkus rapi itu menoleh, "A-apanya?", jantungnya entah kenapa berdetak lebih cepat. Jangan-jangan Yamamoto...
Mengetahui tabiat aslinya? Bahwa ia sengaja menghindari keberadaan si iblis keji yang ia sebut 'Oni-san'(3).
Yamamoto yang periang itu sedikit meredupkan senyumnya beberapa watt -mengetahui ucapannya sebelum ini tak didengar, "Mau sampai kapan kau tatap bento itu, Tsuna? Keburu bel masuk lho!", katanya dengan senyum lebar yang selalu mengiringi setiap kalimatnya.
Diam-diam Tsunayoshi merasa lega.
"Apa Juudaime sakit? Biar kuantar ke ruang kesehatan!", Gokudera berdiri dari tempat duduknya dengan semangat, mengabaikan makan siangnya seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Son
FanfictionBagaimana jika Nana adalah ibu dari Kyoya, dan Tsuna adalah adik laki-lakinya. Untuk alasan tertentu mereka membenci satu sama lain. Namun, karena suatu kejadian tak terduga keadaan menjadi terbalik. Terjebak diantara kebenaran dan kebohongan, siapa...