Sembilan : Harry

923 152 60
                                    

Aku ingin berteriak sekarang. Bolehkah? Boleh.

"AAAAAKHHHH!!!"

"Miaw!"

Timmy mencakar betisku, beruntung ada celana jeans yang melindungi kaki idaman para gadis ini.

Sebenarnya ... aku sangat senang. Entah mengapa, padahal itu hanya sekedar mengantar Noela pulang. Tapi lewat percakapan kami yang banyak tadi, aku mendapat sebuah getaran. Katakan aku berlebihan, tapi sungguh! Seperti ada aliran listrik yang mengalir di pembuluh darahku, naik ke otakku dan memacu jantungku. Bahkan alirannya membangunkan kupu-kupu yang telah tertidur di dalam perutku.

Mereka bilang ini jatuh cinta, tapi aku yakin ini masih belum cinta.

Karena yang namanya cinta bagiku adalah saat kedua makhluk sama-sama berkomitmen untuk saling menjaga dan memiliki tanpa adanya suatu paksaan. Tapi jika cuma satu di antara dua, itu berarti bukan cinta. Tapi nelangsa. Tahu nelangsa? Seperti sedih, ya, memang menyedihkan jika kalian mencintai seseorang tapi entahlah apa orang itu juga mencintaimu atau tidak.

Meregangkan tulang punggungku dengan berbaring, bayang wajah Noela terlintas di benakku. Oh, Tuhan, dia benar-benar sempurna. Bagaimana aku bisa terlambat menyadarinya?

Kami tidak memiliki kesan yang baik saat kali pertama kami bertemu. Dan mungkin benar juga kata Noela, aku yang membuat hal tersebut terjadi. Jika saja aku tidak membuatnya kesal saat itu.

Sudahlah, tak ada gunanya menyesal saat ini. Aku hanya ingin tahu satu hal, mengetahui isi hati Noela padaku. Dan aku akan mencari tahu langsung, dan berusaha agar Noela tidak bisa membaca pikiranku itu.

Memejamkan mataku, aku bersiap bertemu gadis pujaanku dalam mimpi. Semoga dia tidak menyesalinya saat aku berkunjung ke dalam mimpinya. Apa salahnya berbagi mimpi indah dengan Noelaku?

•••

"Noela!"

Rambut cokelatnya tersibak ke belakang saat dia berbalik. Aku melihatnya dari kejauhan saat seorang gadis menghampirinya.

"Seseorang menitipkan ini padaku." Gadis itu menyerahkan sebuah paket pada Noela. "Dia mengatakan ini dari Billy."

"Billy?"

Billy. Nama itu lagi, mengapa harus di saat seperti ini? Aku jadi makin penasaran siapa Billy itu. Apakah dia lebih tampan dariku?

"Apa dia mengatakan sesuatu yang lain?" tanya Noela, dengan raut wajah penuh harap.

"Tidak. Baiklah, sampai jumpa, Noela!"

Dan gadis itu pergi.

Sebuah paket. Dari seseorang, yang aku yakini pasti seorang pria bernama Billy. Dan Noela juga pernah mengatakan jika dia sangat merindukan pria bernama Billy. Oh, bagi Noela, Billy sangat spesial. Aku masih ingat intonasi suaranya melalui telepon saat itu.

Saat aku mengarahkan pandanganku padanya, entah kebetulan atau disengaja, kami saling menatap. Awalnya Noela tersenyum, lalu tiba-tiba senyumannya perlahan pudar dan menengok ke tangannya, tangan yang membawa paket dari pria bernama Billy. Aku tidak suka nama Billy.

Sebagai pria sejati, aku tidak mudah mundur hanya karena seorang Billy yang jelas masih tampan diriku daripada dia. Aku menghampiri Noela, tetap tersenyum, walau jika dilihat dari dekat ini adalah senyuman terpaksa.

"Dari Billy?" tanyaku.

Noela tersenyum tipis. "Kau tahu Billy?"

"Tidak." Aku bernapas normal, berusaha untuk bernapas normal tepatnya. "Tapi kau pernah menceritakannya. Bagaimana kau bisa lupa?"

Moments ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang