Sepuluh : Harry

877 149 119
                                    

Malamnya aku berusaha mati-matian untuk menahan kantukku. Kalian tahu aku melakukan ini untuk siapa. Bukan semata-mata karena besok adalah hari ulang tahunnya, tapi aku melakukan ini dengan sepenuh hati.

Selepas mengantar Noela pulang, aku bergegas berganti pakaian dan mencari taksi serta tak lupa membawa Timmy bersamaku menuju taman. Mengapa taksi? Aku berantisipasi, jika saja Noela mendapati mobil dan motorku tidak berada di garasi, dia bisa mencurigai kemana aku pergi larut malam begini. Dan mengapa aku membawa Timmy? Kalian pasti ingat, apa kebiasaan buruk Timmy jika sedang kelaparan. Aku takut dia berisik malam-malam karena lapar sedangkan aku tidak bersamanya.

Setibanya aku di taman, aku sudah melihat empat temanku yang lain, bersama teman Noela, Claudie, bahu-membahu mendekorasi taman. Tepatnya di tepi danau, di mana dahan pohon-pohonnya merendah, pasti salju akan indah jika turun di sini.

"Sudah selesai mengantarkan gadismu pulang, Tuan Manis?" seru Liam begitu dia melihatku.

Aku menghampiri Liam seraya berkata, "Kau punya masalah denganku? Oh, memang iya, kau harusnya duduk di bangkuku tadi."

Balas Liam, "Whoa, lalu kenapa? Kau tidak suka jika aku duduk di sebelahnya?" Liam kemudian melebarkan matanya, tertawa menggodaku. "Kau menyukainya, ya? Mengaku saja!"

Apa?

"Tidak!" elakku. "Siapa juga yang menyukainya. Tidak sama sekali seumur hidupku."

"Boys?" tegur Claudie. "Jika kalian selesai dengan urusan kalian, aku dan Zayn butuh bantuan di sini."

"Claudie, kau yang membutuhkan bantuan." Zayn mendengus kesal.

"Ayolah, Zayn. Kau juga butuh bantuan."

Aku menurunkan Timmy dari gendongan. Membiarkan kucingku berkeliaran di sekitarku tanpa takut dia kedinginan. Tenang saja, aku memiliki baju hangat khusus untuk Timmy yang bisa dipakainya bermain dengan salju atau sekedar saat udara dingin seperti ini.

Aku membantu Claudie mengangkat hiasan untuk diletakkan di antara dahan-dahan pohon yang rendah. Kami membiarkan Zayn dan Louis mengurus lampion-lampion kecil berwarna-warni yang digantungkan di dahan-dahan yang lumayan tinggi. Niall mengurus dekorasi lain, seperti meletakkan bingkai-bingkai foto Noela serta keluarganya yang dijajar rapi mengitari kolam air mancur. Sedangkan Liam mempersiapkan panggung kecil di depan air mancur.

Kata Claudie, Noela menyukai musik dan buku. Itu normal pada gadis-gadis, kebanyakan memang seperti itu. Tapi Noela memiliki kriteria musiknya, Dia menyukai musik dengan beat yang cepat, tidak suka lagu mellow. Baiklah, tipikal Noela memang, dia 'kan sedikit urakan. Tapi aku tetap suka, walau sedikit terlambat.

"Kita lanjutkan saja besok sebelum petang. Perkiraan salju akan turun sekitar pukul satu atau dua pagi," tukas Claudie. "Harry?"

Aku berhenti mengusap Timmy yang mengantuk di pangkuanku seraya menoleh ke arah Claudie. "Ya?"

"Kau jadi membawa Noela kemari, bukan?"

"Tentu, bukan masalah besar."

Empat pria lainnya menahan tawa. Aku mendengar itu, dasar sahabat yang jahat.

"Harry sayang pada Noela," celetuk Louis. "Dia pasti mau melakukan apapun untuk membuat Noela bahagia."

"Jelas saja. Jika bukan Harry, atau katakan saja salah satu dari kita yang membawa Noela kemari, bisa-bisa kita habis dibakar api cemburu Harry." Zayn tak mau kalah.

Aku tak bisa menyela saat Liam lebih cepat menambahkan ejekan Louis dan Zayn padaku. Katanya, "Tadi saja dia sempat marah saat aku dan Noela duduk bersebelahan. Katanya, aku seharusnya duduk di bangkunya saja."

Moments ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang