Aku tidak mengerti magnet apa yang Noela gunakan untuk menarik perhatianku. Nyatanya, aku memang sudah takluk padanya. Aku tak sanggup sehari saja untuk tak melihat wajahnya atau hanya mendengar suaranya.
Katakan saja ini berlebihan. Tapi coba posisikan diri kalian di posisiku. Bagaimana rasanya jika kalian baru saja kasmaran dan sehari saja tak melihat pujaan hati kalian, walau ujung hidungnya saja. Jika kalian tidak merasakan yang sama sepertiku, berarti kalian belum terlalu mencintainya.Ini hari minggu, tadi pagi Claudie berkunjung ke rumah asrama Noela. Aku melihat mereka sempat berbincang sebentar sebelum akhirnya mereka berdua masuk ke dalam. Seperti biasa, aku menunggu baju kotorku untuk diangkut ke tempat pencucian. Baru saja urusanku selesai, Noela dan Claudie keluar dengan pakaian rapi serta mantel bulu tebal yang melindungi tubuh mereka.
Kemana mereka akan pergi?
Entahlah. Tapi mereka terlihat buru-buru. Ikuti tidak, ya?
"Styles!"
Nightmare. Untuk apa Zayn kemari? "Ada apa? Popokmu habis? Minta saja pada Niall, Bayi Besar."
"Dasar kau ini. Bukan, aku ingin mengajakmu ke rumah sakit."
Aku mengernyit. Zayn sakit? Oh, mungkin dia baru menyadarinya jika selama ini memang otaknya sakit. "Syukurlah kau akhirnya sadar jika kau sakit."
"Bukan aku."
"Lalu?" Aku mengernyit heran.
Zayn menghela napas sekaligus menyisir rambutnya yang mulai panjang ke belakang. "Niall."
"Hah? Tumben?"
"Semalam kami berada di rumah Louis sambil bermain PlayStation. Niall datang dan membawa banyak makanan. Dan … hanya dia yang makan lahap seperti biasa, akhirnya dia terkena diare. Awalnya hanya mual."
Astaga, Niall. Di saat seperti ini, maksudku … saat kawanmu sakit, itu bukan saat yang tepat untuk tertawa. Tapi akhirnya aku terbahak-bahak, bagaimana bisa Niall sakit karena makanan? Dia memang terlalu banyak makan, tapi selama kami mengenal satu sama lain, aku tidak pernah tahu Niall sakit karena terlalu banyak makan.
"Jangan seperti itu, Harry," peringat Zayn lembut. "Aku menunggu di depan pagar saja. Ada mobil Louis di sana, jangan lama-lama."
"Iya … iya. Aku akan berganti pakaian dulu."
Pun setelah Zayn menyeret kakinya pergi, aku masuk ke dalam. Masih tertawa, berpikir bagaimana lucunya ekspresi Niall saat nanti kami berkunjung.
Ada-ada saja kau, Neil.
•••
Aku menunggu di ruang runggu bersama Liam yang sibuk membaca bukunya, ya dia masih sempat melakukan itu. Besok senin ada kuis sastra Bahasa Inggris. Dan ada juga Louis yang sibuk dengan game di ponselnya. Aku diapit oleh dua orang anti sosial.
Kemudian mataku menangkap sosok anak laki-laki kecil yang berlari sambil membawa bolanya. Kepalanya botak, pipinya tirus walau aku melihatnya dari kejauhan. Kasihan sekali jika dia harus sakit.
Aku terus memerhatikannya, entah kenapa. Seperti mataku tak ingin lepas darinya. Dan … dia terjatuh. Bolanya menggelinding ke arahku.
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, tak ada gunanya duduk bersama Louis dan Liam yang sama sekali tak mengajakku berbicara. Pun aku berdiri dan menghampiri bocah itu, dia berusaha berdiri saat aku mendekat.
"Hi, Champ!" sapaku ramah.selagi tersenyum aku menyodorkan bola padanya. "Kurasa ini milikmu."
"Terima kasih, … " bocah ini terdiam selagi memerhatikanku. Dia menatapku dari ujung kaki ke ujung kepala, kemudian bertanya, "Kau terlihat sehat. Untuk apa di rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moments ✔
Fanfiction[COMPLETED ON JUNE 9th 2017] Menurut seorang Harry Styles, tidak ada liburan musim dingin adalah hal yang paling buruk. Ditambah lagi dengan kegiatan pertukaran pelajar singkat yang akan berlangsung selama beberapa bulan. Lebih buruk lagi, saat seor...