Bab 8. Happy

34.2K 5.1K 383
                                    

Bab 8. Happy

===o0o===

"Mas, maaf."

Pandu menoleh, memandangi wajah pacar barunya yang sederhana tanpa makeup. Berbeda dengan wajah mantan-mantannya yang selalu terpoles cantik. Tentu saja, Pandu banyak mengeluarkan uang untuk membeli kosmetik mereka. Ia pikir ia suka melihat wanita yang terawat dan cantik, tapi melihat Ratna yang apa adanya seperti sekarang, sama sekali tidak menganggunya.

Oh, kapan ia sadar kalau melihat Ratna menjadi kegiatan favoritnya.

"Maaf ya." Gadis itu meminta maaf lagi.

"Iya," jawab Pandu lembut. Matanya tidak lepas menatap bibir mungil gadis itu, sama sekali tidak berniat untuk menjauh. ia menunduk di atas wajah gadis itu, menunduk semakin dalam. "Jangan ditampar lagi ya?"

Ratna tersenyum malu, mengangguk mengiyakan dan memejamkan matanya. Sudut bibir Pandu terangkat sebelah, menunduk semakin dalam menyentuhkan bibirnya ke permukaan lembut bibir Ratna.

BRAAAAAKKK

"AAAAKKHH..."

Pandu langsung terbangun dengan tangan mengusap kepalanya yang terbentur lantai. "Aaawww...."Ia duduk perlahan, menatap kamar tidurnya yang mulai diterangi cahaya matahari dari luar jendela. Menoleh ke tempat tidur berantakannya, lalu membaringkan kepalanya di atas kasur sambil masih mengusap kepalanya. "Mimpiiiiii," desisnya penuh sesal. "Padahal dikit lagi." Kenapa ia harus terjatuh dari tempat tidur saat ciuman di dalam mimpi itu baru saja terjadi?

Pagi menyingsing di rumah keluarga Grataja, Pandu bisa mendengar suara ibunya yang sedang berbincang dengan pembantu rumah tangga mereka. Suara Laksmi yang terdengar malas untuk berangkat kuliah berjalan melewati kamarnya, dan suara Pak Min yang sedang mencuci mobil di halaman rumah. Ternyata waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi karena semua aktifitas di rumah ini selalu di mulai setelah jam enam pagi.

Memaksakan dirinya untuk beranjak dari tempat tidur, ia masuk ke dalam kamar mandi. Mengambil sikat gigi, menuangkan pasta gigi di atas sikatnya yang lembut dan mulai menggosok giginya.

Aneh, mimpi tadi terasa nyata karena kejadiannya pas seperti kejadian kemarin malam. Atau jangan-jangan malam kejadian di restoran pizza itu mimpi? Tapi, tamparan Ratna nyata, malah masih terasa di pipi kirinya. Lagi pula, kapan-kapan Ratna tersenyum malu dan begitu manis seperti di mimpinya tadi? Tidak pernah!

Jadi, tadi memang mimpi. Aaah, sulit sekali membedakan yang mana mimpi dan bukan?

Pandu keluar dari kamar mandi masih sambil menyikat giginya, mengambil ponselnya dan membuka layar whatsapp di ponselnya.

Neng Pacar

Selamat tidur dan mimpi indah Neng Pacar.

Mas juga.

Ketemu besok pagi ya.

Iya.

Khas Ratna yang selalu membalas pesannya dengan singkat. Tapi, membaca riwayat chat itu membuktikan kalau dirinya tidak bermimpi. Ratna sudah jadi pacarnya.

"Hehe..." Pandu tertawa pelan dengan mulut penuh busa dan tangan masih menyikat giginya. "Hehehehe." Dan tertawa lagi sambil berjalan ke kamar mandi, berkumur dan mandi pagi sambil tersenyum dan cengengesan. Seperti ada yang menggelitik perutnya untuk terus tersenyum.

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang