Bab 14. Didu Kangen Pacar

42.9K 5.4K 428
                                    

WARNING: BACA PAS SUDAH BUKA PUASA AJA

Bab 14. Didu Kangen Pacar

===o0o===

Pandu menatap kosong tayangan televisi pagi ini. Sudah dari subuh tadi ia duduk di sana dengan memakai boxer gambar Captain America dan kaos oblong putihnya saja. Tatapannya kosong, seolah-olah menonton tanpa tau isi acaranya. Tayangan ceramah subuh sudah berganti menjadi tayangan gosip. Suasana yang tadi gelap gulita sudah mulai terang dan suasana yang tadinya sunyi sudah muali diisi oleh suara-suara penghuni rumah.

"Ma, Mas Didu kenapa sih? Bengong sambil nonton gosip?" Laksmi yang mendekati ibunya ke arah meja makan sambil terus memperhatikan kakaknya.

Gendis mengangkat bahunya, "tau. Ditanya dia kenapa nggak jawab. Lagi belajar jadi patung kali."

Laksmi menggelengkan kepalanya sambil mengambil keripik pisang dari toples, mengigitnya sambil berjalan mendekati Pandu. "Mas, ngapain sih? Kok pagi-pagi udah bengong?"

Pandu mendesah, ia berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah Gendis. Mengabaikan adik yang harus sampai memutar kepalanya mengikuti langkah Pandu.

"Iiih, mandi dulu sana." Gendis menepis tangan Pandu yang hendak mengambil roti tawar di atas meja.

"Mama...Didu nih lagi galau," rengek Pandu sambil duduk di atas kursi.

"Ooh! Lagi galau!" jawab Gendis tak peduli.

Pandu berdecak. "Giliran Abi yang galau sampai masuk rumah sakit aja paniknya bukan main, giliran Didu cuma dapat tanggapan 'Oh' doang!"

Lakmsi terkikik di sebelah Pandu. "Mas galau kenapa sih?"

Gendis mengembuskan napasnya, melirik ke arah Pandu yang menopangkan dagunya di atas tangan. "Ada apa sih, nak? Galau kenapa?"

Pandu mendesah panjang. "Didu kangen pacar."

"Pantes kayak orang gila!" tawa Laksmi yang langsung dapat sentilan dari kakaknya di dahi. "Aaaww, sakit. Mama, Mas Didu nih!"

"Iiisshh manja!"

"Mas juga nggak kalah manja. Week."

"Sudah...sudah...jangan berantem." Gendis menengahi. "Emang kamu nggak ketemu Neneng berapa hari?"

Pandu memberengut. "Udah seminggu."

"Lah kenapa? Bukannya Neneng kerja di perusahaan kakek?"

Pandu menggeleng. "Minggu kemarin dia berhenti, ngambek sama Didu. Didu juga ngambek sih sama dia gara-gara nampar Didu dua kali."

"Haaah? Mas di tampar?" Laksmi tersedak minumannya.

"Kamu ditampar?" Gendis tak kalah terkejutnya seperti Laksmi.

Pandu menatap ibunya, lalu menoleh ke Laksmi. Ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan mereka dengan jujur atau tidak. "Iya, gara-gara Didu nyium paksa dia..." kalimatnya menggantung karena tak sanggup menyebutkan alasan keduanya.

"Ya ampun ini anak." Gendis memutari meja kenghampiri Pandu, lalu memukul anaknya berkali-kali. "Kamu emang pantas ditampar, sini mama tambahin tamparannya!"

JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang