4♥

1.8K 318 302
                                    

   Libur akhir semester yang panjang telah berlalu, kini Alika resmi menjadi siswi kelas 11 di SMA Brawijaya.

   Mengingat kalau hari ini adalah hari pertamanya masuk sebagai siswi kelas 11, Alika buru-buru bangun dari tidurnya, dan membersihkan dirinya.

   Tiba-tiba Alika teringat hari dimana Nevan mengantarnya pulang,

Flashback On

   Nevan yang merasa bosan berada di kantin, ditambah keheningan yang di ciptakan Alika sedari tadi, membuatnya tambah merasa bosan. Nevan pun berniat untuk mengantar Alika pulang. Karena Nevan tahu Alika tidak akan terus-menerus mau menunggu di kantin selagi dua sahabatnya sedang sibuk menonton Titik Dua.

"Gue anterin pulang, yuk," ajak Nevan seraya beranjak dari tempat duduknya.

Alika menatap Nevan bingung, "Nggak ngerepotin nih?" tanya Alika sambil tersenyum canggung.

   Nevan menggeleng tegas lalu menarik pergelangan tangan Alika lembut.

   Di perjalanan pulang menuju rumah Alika, Nevan berusaha menghibur Alika dengan candaan garing dan gombalan receh khas nya.

   Alika hanya memutar bola matanya malas dan sesekali tertawa renyah, namun saat berada di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba hujan deras turun.

   Akhirnya Nevan Nevan dan Alika memutuskan untuk berteduh di salah satu halte terdekat, yang sedang ramai karena banyak orang berteduh.

   Alika mengusap-usap lengannya yang ia lingkarkan pada perutnya pelan, sambil menengadah melihat bulir-bulir air hujan yang satu persatu jatuh ke bumi.

   Nevan menoleh ke arah Alika, ia tersenyum getir melihat Alika yang sepertinya sedang kedinginan karena setengah seragamnya basah terguyur hujan. Seharusnya ia membawa jaket, sweater atau semacamnya agar Alika tidak kedinginan.

   Setelah sekitar satu jam lebih mereka berdua berteduh di halte, akhirnya hujan pun mulai mereda. Nevan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya mengantar Alika pulang ke rumah.

   Sesampai di halaman depan rumah Alika yang luas, Nevan meminta maaf pada Alika karena telah membuatnya kehujanan dan kedinginan ditambah lagi harus berlama-lama menunggu di halte sampai hujan reda, sorot mata Nevan menunjukkan adanya rasa bersalah. Alika tersenyum dan memberi respon seakan tidak apa-apa, santai saja.

Flashback Off

   Sejak kejadian itu, Alika tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Nevan sampai sekarang. Ia lupa untuk meminta Id Line Nevan atau semacamnya lah.

   Alika berharap kalau Nevan itu seperti Nathan-nya Salma yang tiba-tiba mengiriminya pesan singkat dengan cara meminta nomor Alika dari teman dekatnya. Namun, Alika harus menelan mentah-mentah bahwa itu semua hanya khayalannya saja.

   Tapi, kenangan saat hujan itu masih terekam jelas oleh memori Alika, membuatnya harus mengenang moment itu tanpa di minta, Alika selalu mengingat kejadian itu kapanpun dan dimanapun  Alika berada.

   Terkadang Alika kesal sendiri, kenapa ia harus mengingat-ingat lelaki yang tidak pernah mengingatnya? Tapi, kenapa ia harus repot-repot memikirkan Nevan?.

"Tiap hari ingetnya cuma lo teruuuusss, kesel gue," ucap Alika sambil menggosok giginya, "hau bahai handu ihu hukup, hulit, hulit," Alika bernyanyi dengan mulut yang penuh busa.

"Ngapain gue nyanyi?"

"Bagus juga suara gue, mulut berbusa aja suara masih bagus, emang udah bagus dari lahir ding," Alika tertawa kecil.

Hello Alika!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang