3♥

1.9K 344 257
                                    

   Setelah kepergian Galen dan Shilla untuk kembali menonton pensi beberapa menit yang lalu. Dimeja Nevan dan Alika kini tengah terjadi keheningan, Nevan masih asik dengan benda persegi miliknya, Alika juga masih berkutat dengan mi ayamnya.

"Kenyang gue, astaga," ucap Alika sambil bersandar pada kursi, lalu mengelus-elus perutnya.

"Mereka tadi temen lo?" tanya Nevan.

Alika mengangguk, "astaga dragon, eh Van, makasih ya tadi es teh nya, hehe," Alika nyengir, "gue lupa,"

"Kalem aja, Al," ucap Nevan santai.

   Sejak pertama kali berbincang dengan Nevan, Alika langsung bisa menebak kalau Nevan orangnya menyenangkan dan tidak membosankan.

   Walaupun ia baru saja berkenalan dengan Nevan beberapa jam yang lalu, tapi ia langsung memutuskan untuk berteman dengan Nevan, orang nya asyik, nyambung lagi.

"Makasih lagi," ucap Alika.

"Buat?" Nevan menatap Alika serius.

"Makasih udah tiba-tiba ada di sebelah gue waktu gue kesel gegara Titik Dua, dan ngerespon omongan gue," Alika nyengir mengingat kejadian di koridor tadi.

"Lagian, gue pikir lo tadi orang gila tahu, pakek item-item segala, mencak-mencak ngacak rambut, gue takut aslinya , tapi ya gue deketin aja, eh ternyata-" Nevan menggantungkan kalimatnya sambil menatap gadis yang sedang mengenakan gaun hitam selutut tanpa lengan di hadapannya.

"Ternyata? Apa?" tanya Alika.

"Bidadari," Nevan tersenyum jahil.

Pipi Alika memanas, Alika buru buru menangkup pipinya dengan kedua tangannya. Apa ini? Apa ia blushing karena perkataan Nevan barusan.

"Kenapa, Al?" tanya Nevan polos.

"Ng-nggak," Alika menggeleng, "Makasih juga udah nemenin di kantin,"

"No problem," Nevan menyandarkan dirinya pada kursi sambil mengusap wajah berminyaknya dengan tisu.

   Lagi-lagi keheningan terjadi di antara mereka. Padahal menurut Alika, Nevan kalau sudah terlanjur di ajak berbicara, orangnya asik banget. Tapi karena mungkin baru saja kenal, Alika tidak tahu harus membahas topik obrolan apa yang pas untuk saat ini.

"Pulang jam berapa?" tanya Nevan seusai mengusap wajahnya.

"Nungguin Galen sama Shilla, mungkin," Alika tidak yakin.

"Kalo nungguin mereka, kayaknya bakal lama deh," ucap Nevan.

"Bukan lagi kayaknya, emang mereka lama,"

"Pulang sekarang, gimana?" sejujurnya Nevan lelah, apalagi ia baru saja menyelesaikan ujian susulannya, ditambah lagi ia harus menemani Alika.

"Lo kalo mau pulang, deluan aja, gue nungguin mereka," ucap Alika sambil tersenyum kikuk, "gak ada barengan gue kalo mau pulang sekarang,"

"Gue anterin, nanti lo tinggal pamit lewat Line atawa apa kek, telepon juga bisa, kan?" tawar Nevan, tidak enak kalau harus meninggalkan Alika sendirian, karena Galen sudah menitipkan Alika padanya.

   Mata Alika membulat sempurna, ia tak menyangka bahwa Nevan akan mengantarnya pulang. Karena jujur, Alika lelah apalagi acara pensi ini akan selesai masih sekitar dua atau tiga  jam lagi, padahal sekarang sudah pukul empat sore. Tidak mungkin ia terus-terusan berdiam diri di kantin sambil menunggu kedua sahabatnya. Apalagi kalau ia harus ikut nonton acara pensi yang sudah full dengan penampilan Titik Dua, rasanya ingin mati saja.

Alika menimang-nimang tawaran Nevan, sepersekian detik ia langsung mengangguk, "tapi gue gak ngerepotin kan?"

Nevan beranjak dari tempat duduknya, "ngerepotin? Lo kira gue lagi nikahan? Nggak ah, yuk,"

   Alika juga beranjak dari tempat duduknya dan mengekori Nevan sampai di parkiran motor Brawijaya.

Nevan memakai helmnya, "gue gak bawa helm lebih, gak papa kan?"

"I-iya, gak papa, gue numpang juga," Alika nyengir.

Setelah Nevan siap diatas motornya, Alika bergegas naik.

"Pegangan," perintah Nevan.

"Gak usah modus," jawab Alika ketus.

"Pegangan atau gak jalan?" ancam Nevan .

Alika ingin bergegas pulang, berkencan dengan kasur kesayangannya, "iya, iya, gue pegangan nih," kata Alika sambil melingkarkan tangannya di perut Nevan.

   Nevan menghidupkan motornya, dan tancap gas, pergi menjauh dari area parkir sekolah. Berkendara di atas rata-rata benar-benar kebiasaan Nevan, Alika sampai ketakutan sendiri.

   Melihat ekspresi takut Alika lewat kaca spion, Nevan sadar kalau ia sedang membonceng seorang perempuan, ia memelankan sedikit laju motornya,

"Bisa gak sih, gak usah kenceng-kenceng gitu, rasanya kea ngawang, tau gak," oceh Alika diikuti ekspresi kesalnya.

"Iya, iya, kan yang penting udah gue pelanin," Nevan berucap di balik  helm full face nya. Membuat Alika tak mampu mendengar perkataan Nevan.

"Hah? Apa?" Alike mencondongkan tubuhnya ke depan.

Nevan membuka kaca helmnya, "lo cantik, Al," Nevan tertawa jahil.

Tanpa disadari, semburat merah muncul dari pipi Alika.

"Apalagi kalo lagi blushing gitu, ucul" ucap Nevan yang malah dihadiahi pukulan di helm bagian belakang oleh Alika.
 

🌸🌸🌸

A.N

Kok moodnya nulis cuma segini( aku tau ini pendek( wkwk sejauh ini masih partnya Alika-Nevan dulu yaaa

(🌸) emang bakal ada part Alika sama siapa lagi gitu?
(💪) sama siapa ya? Eummm? Siapa ya? *garuk pipi* sama, adalah baca aja 💄

Maaf kalo typo bertebaran EYD yan salah atau diksi yang masih kuran tepat, tandain aja nanti dibenerin^^

Thx yang  udah  sempetin  mampir+ baca+vote+comment ily💙
-salsabila Azka

Hello Alika!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang