6♥

1.6K 248 175
                                    

   Karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, semua siswa kelas 11 dan 12 di bebaskan melakukan apapun yang mereka suka, tapi tidak kelewat batas. Istilahnya free class. Guru-guru sendang di sibukkan membina para peserta MOS mengenal lingkungan sekolah tentunya di dampingi dengan para pengurus OSIS SMA Brawijaya.

   Alika sedari tadi lebih memilih diam sambil menyumpal telinganya menggunakan earphone berwarna putih kesayangannya. Sesekali kepalanya bergerak-gerak mengikuti alunan musik, kakinya ia ketuk-ketukkan ke lantai sambil memejamkan mata. Menikmati alunan nada indah dari lagu milik Adele yang berjudul All I Ask.

   Rifky yang merasa bosan berada di sebelah Alika, karena sedari tadi Alika hanya asyik dengan dunianya sendiri. Akhirnya Rifky memutuskan untuk menyembunyikan kepalanya diantara kedua lengannya yang terlipat di atas meja. Rifky menoleh ke arah Alika.

   Di tatapnya lamat-lamat setiap lekukan wajah gadis itu. Sedikit lebih tenang daripada saat ia ingin mengusir Rifky dari tempat duduknya. Di lihatnya sesekali Alika mengangguk-anggukkan kepalanya sambil memejamkan mata.

   Diam-diam sudut bibir Rifky terangkat melihat Alika yang tengah larut dalam dunianya. Entah kenapa menurut Rifky, Alika sangat aneh tapi unik. Apalagi saat mengusir Rifky tadi, seolah-olah bangku pojok di dekat jendela adalah hidup dan matinya.

   Rifky tidak mengerti kenapa sorot mata Alika menunjukkan kebencian dan kemarahan yang sangat dalam saat menatap manik miliknya.

🌸🌸🌸

   Walaupun matanya terpejam, Alika merasa Rifky tengah menatapanya sambil tersenyum.

  Karena merasa risih, Alika membuka matanya lalu melirik Rifky sekilas, ternyata Rifky memang sedang menatapnya sambil memasang senyum manisnya.

"Kok kalo senyum ganteng, sih," Alika bergumam dalam hati lalu menggeleng cepat. Mengenyahkan pikirab menjijikkan dari otaknya.

   Rifky membenarkan posisi duduknya, lalu mengusap wajahnya perlahan. Rifky mendengus kasar, tangannya bergerak  mengambil salah satu bagian earphone Alika yang ada di sebelah kanan, lalu memasangnya di telinga kanannya.

   Alika melotot kaget melihat pergerakan Rifky yang seolah-olah seperti slow motion baginya. Alika langsung menoleh ke arah Rifky, menatap Rifky tajam.

Sedangkan pandangan Rifky lurus kedepan sambil menikmati lagu dari earphone Alika, "Joinan ya, gue gabut, parah,"

"Emang dasar jomblo gabut lo, merusak ketentraman hidup orang lain tau gak!" Alika berdecak kesal.

Rifky menoleh ke arah Alika yang tengah menatapnya kesal, lalu tersenyum miring, "Gue gak jomblo kok, karena sebentar lagi, cewek yang lagi ngomel-ngomel di depan gue ini, bakalan jadi milik gue," Rifky menggoda Alika.

Alika bergidik ngeri, membuang pandangannya ke segala arah, "Gila ya lo?"

"Gila gara-gara elo," Rifky menggantungkan kalimatnya lalu beralih menatap badge nama Alika, "Alika Lazuardi,"

Alika melempar earphone yang masih bertengger di telinga kirinya ke arah Rifky, "Sampis lo,"

"Gue gak tau kenapa lo keliatannya benci banget sama gue, I don't know," Rifky mengendikkan bahunya seraya menatap Alika intens, matanya terpaku pada gadis berambut cokelat gelap sepunggung yang tergurai bebas itu, "tau gak sih Al? Kalo kata pepatah, benci sama cinta itu, cuma di pisahin sama satu garis tipis kayak garis di buku tulis, katanya sih gitu," mata Rifky masih terpaku pada Alika.

"Dan jangan sampek rasa benci gue ke lo berubah jadi cinta kayak pepatah itu," Alika mengakui terang-terangan bahwa ia memang membenci Rifky, "karena gue, mau matahin pepatah sampah lo," Alika mendengus kesal.

Hello Alika!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang