pulang

1.2K 82 12
                                    

Neji mengatur sedemikian rupa agar sepulang ke Hermosa Naruto yang mengemudi. Aku diatur agar duduk di bangku depan, di samping Naruto.

"Dan, aku duduk di belakang. Aku bisa tiduran di bangku belakang dengan leluasa." Neji mengedip penuh arti kepada Naruto.

Aku siap mendebat Neji. Tapi, sebelum aku sempat mendebat, Neji sudah memejamkan mata. Neji meletakkan kepalanya di sandaran bangku belakang. Dia memasang earphone di telinganya.

Kubiarkan Neji tertidur di bangku belakang. Sepertinya, Neji memang sengaja memejamkan mata. Membuatku mati kutu di samping Naruto. Aku bingung harus mengeluarkan topik pembicaraan seperti apa dengan Naruto.

Matahari mulai merayap ke titik horizon di barat, memancarkan semburat jingga kemerahan di langit Westlake yang tadinya biru cerah.

"Senja bagus ya ?" Suara Naruto memecahkan keheningan kaku diantara kami.

Aku mengangguk.

"Hinata, kau tau tidak kalau matahari yang kita lihat saat ini adalah matahari delapan menit yang lalu ?"

"Sungguh ?" Aku menoleh kepadanya.

Naruto mengangguk di sela kesibukan mengemudinya. " jarak matahari ke bumi ada 1SA-satu satuan astronomi. Nah, sementara kita tahu bahwa kecepatan cahaya sendiri ternyata 1.079.252.848,80 km/h. Jadi, bisa dihitung jarak matahari-bumi dibagi kecepatan cahaya dalam km/menit. Hasil akhirnya, sekitar 8.32 menit."

Aku menahan napas saat Naruto menyebutkan angka-angka rumit itu dengan begitu lancar. Mendengarkan seseorang mengucapkan urutan angka dan rumus dengan dahsyatnya sebenarnya seperti seni dalam ciuman ; kau harus menahan napas-memastikan tidak ada satu katapun yang tertinggal atau miss di otakmu yang susah mencerna deretan angka bombastis itu.

"Kau hafal semua itu ?!" Ini bukan sebuah pertanyaan, melainkan lebih tepatnya jika dikatakan sebuah penekanan. "Dan, itu luar biasa, Sky." Pujiku dengan mata berbinar.

Aku yakin, dengan otak seperti itu, Naruto pasti bisa meraih cita-citanya sebagai astronom atau astronaut. Apakah semua murid SMA di Amerika memang memiliki ingatan tajam seperi itu-dan mereka menerima kurikulum yang amazing juga ? Apakah makan sandwich isi tuna dan keju memang mempengaruhi perkembangan otak seseorang ? Entahlah.

"Astronomi menarik, Hinata."

"Yeah, dan kau luar biasa." Jujurku, masih terpana pada laki-laki yang saat ini duduk di sampingku itu. "Hei, kau suka senja, Sky?" Aku menoleh pada Naruto.

"Guess it." Naruto mengedipkan sebelah matanya.

Aku menggembungkan pipi. Naruto masih sempat mengajak tebak-tebakan, padahal kecepatan mobil yang di kemudikannya. Semakin meningkat.

"Maybe," tebakku. "Namamu 'Naruto' itu seperti menggambarkan sesuatu tentang langit." Aku menggigit bibir bawahku. Menebak dengan sok tau arti nama Naruto.

"Aku suka senja-itu benar. Namaku menggambarkan sesuatu tentang langit-uhm..., setengah benar mungkin ya-"

Oke. Sekarang aku benar-benar penasaran dengan arti nama Naruto. Nama "Naruto" sepertinya jarang dipakai sebagai nama laki-laki di Amerika, ketimbang Edward ataupun James.

"Aku jarang tau nama 'Naruto'," akuku kemudian.

Naruto meringis sambil mengetukkan jarinya di kemudi.

"Let me guess, 'Hinata' itu artinya tempat yang cerah, bukan ? "

Aku mengangguk. "Naruto itu karena berhubungan dengan langit-mungkin artinya semacam 'sesuatu yang memberi perlindungan', ya ?" Aku tidak mau kalah.

Naruto menoleh kepadaku sekilas. "Kau memang tau artinya atau sekedar menebak-lalu beruntung kau benar ?"

"Jelas tau dong." Aku menjulurkan lidah. Yes, 1-1 !

Lalu, entah kenapa siapa dulu yang mulai, akhirnya kami berdua terjerumus dalam tebak-tebakan arti nama.

"Hyuuga ?" Naruto mengucapkan nama belakang ku dengan susah payah. "Artinya apa ?"

"Coba tebak." Aku yakin, kali ini Naruto tidak mungkin bisa tau arti nama belakangan ku.

Naruto menggeleng pasrah.

"Beri tau dulu arti 'Naruto'-lalu aku akan memberi taumu arti 'hyuuga'," tiba-tiba terbesit pikiran bodoh di kepalaku.

"No." Naruto tertawa. "Kita cari sendiri artinya. Lomba! Taruhan!"

"He ? What ? Repeat again..."

"Jadi, yang berhasil menemukan arti nama duluan, dia wajib..."

"Naruto awas !!!" Teriakanku tiba-tiba melengking di dalam sedan hijau itu.

Naruto dengan cekatan membanting kemudi ke kanan. Gerakannya begitu cekatan walaupun aku tau dia juga tak kalah kaget denganku. Neji tiba-tiba ikut terbangun dan bersuara.

"Itu cuma rusa, Hinata." Neji berdecak prihatin.

"Sorry." Aku merasa bersalah.

Aku yakin Naruto terkejut karena teriakanku, bukan karena rusa yang melintas tiba-tiba itu. Membuatnya membanting kemudi dengan spontan. Untungnya, Naruto seperti tipe laki-laki yang sangat cekatan dalam mengemudikan mobil.

"Tidak apa-apa." Naruto menenangkan.

"Kami tau kok ini pertama kali kamu melihat rusa melintas di jalanan, Hinata." Neji membuka mata sambil melepas earphone dari telinganya. Dia terkekeh.

Aku memberengut kesal. Kalau Neji bangun, pasti aku jadi bulan-bulanan ejekannya yang tak habis-habis itu.

Sedan yang kami tumpangi kembali melaju di jalanan.

"Sky, kau tadi mau bilang apa ?" Kalimat Naruto yang terpotong mengusik benakku.

"Tentang apa ?" Naruto memainkan bibirnya, mengingat sesuatu yang baru saja dilupakannya.

"Sepertinya, aku juga lupa topik terakhir yang kita bicarakan." Aku menggaruk kepalaku salah tingkah.

Atmosfer canggung di antara kami terpecahkan bunyi dengkur Neji dari bangku belakang. Neji tertidur lagi, cepat sekali.

~TBC~

*info

1SA = 148 juta km (pembulatan dari 149.669.000 km-setara dengan 93.000.000 mil)

Chapter ini pendek yaa. Maaf aku lagi gak ada ide 🙇

Oiya aku dapet arti nama 'Naruto' itu dari wiki.

Jadi sampe ketemu di chapter berikutnya.

see you 💕😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last minute in manhattanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang