XVII. Death and Soft Kiss

42 10 0
                                    

Hari ini Tokyo sedang musim salju, membuat semua masyarakat didaerah Negara Jepang menggunakan syal dan baju tebal.

Sangat tebal.

Mungkin jika baju tersebut digunakan pada Negara Indonesia, masyarakat sangat merasa panas.

Nathalie telah bangun dari tidur, dia tersenyum tipis merasakan sebuah tangan kekar memeluk pinggangnya.

Setelah melepaskan tangan tersebut dari pinggangnya, dia bangkit dan berdiri dari tempat tidur.

Melangkah menuju kamar mandi untuk melepas badannya yang terasa lengket karena kegiatan mereka tadi malam.

Selesainya, dia yang telah menggunakan pakaian dan bawahan pun menuju dapur untuk memasak sarapan.

"Ah, non udah bangun." Ucap maid dirumah mereka yang sedang membuat masakan.

Nathalie tersenyum, "Tentu saja bi, saya harus bangun pagi sebagai istri." Jawabnya sambil melangkah mendekati maid tersebut.

Maid itu mengangguk, "Maaf kalau saya baru hari ini kerja, non. Non, pasti capek."

Nathalie tersenyum menggeleng, "Tidak apa, bi. Namanya istri, jadi sudah menjadi kewajiban saya mengurus rumah."

Saat Nathalie hendak membantu maid tersebut memotong daging, terdengar larangan dari belakangnya.

"Kenapa kau memasak, Nath? Serahkan saja sama bi Reth." Larang Fellis menahan gerakan Nathalie yang akan memotong.

"Iya, biar saya saja non."

"Tidak, bi. Saya akan membantu." Ucap Nathalie bersikukuh.

Fellis pun memeluk pinggangnya dari belakang dan mengendus lehernya, Nathalie berpikir sejak kapan suaminya jadi nakal seperti ini.

"Jangan menganggu aku, Fel." Ucap Nathalie merasa geli sebenarnya.

"Kau menolak perintah sekali lagi akan kena hukuman, Nath." Ucap Fellis membalikkan tubuhnya dan menghalangi jalan Nathalie dengan kedua tangan berada disisi kiri-kanan Nathalie.

Nathalie menatapnya bergidik, karena menatap dirinya lapar dan matanya yang berkabut. Dia merasa sinyal bahaya. "Fel, ada bibi disini."

Fellis pun mengangkatnya bridal, "Bukankah sekali menolak akan dihukum Nath?" ucapnya menyeringai, masih memandang Nathalie dengan tatapan tadi, dan membawanya ke kamar.

Sedangkan maid mereka hanya menggeleng-geleng menatap mereka, juga mendengar Nathalie yang meminta diturunkan.

"Fel, nanti saja melakukannya. Masih sakit." Ucap Nathalie memohon setelah diturunkan ditempat tidur.

Fellis tidak mendengarkan, Nathalie menelan ludah paksa menatap suaminya yang membuka kancing didepannya.

"Please, Fel. Nanti saja, kau sudah melaku- Fellis!" seru Nathalie ketika didorong suaminya ke tempat tidur.

Namun, sebuah dering telepon Fellis menyelamatkannya.

Nathalie pun memaksanya untuk mengangkatnya, membuat Fellis kesal dan wajahnya kembali seperti semula. Nathalie terkekeh pelan melihatnya.

"Ya, kenapa dad?"

"...."

"Apa!!"

"...."

"Dad tidak bohong?" tanya Fellis dengan nada gemetar.

"...."

"Ya, aku dan Nath akan segera ke sana." Jawab Fellis dengan wajah mengeras.

Nathalie melihat raut wajahnya yang kesal tadi terlihat muram sekarang bertanya, "Ada apa?" Tanya dia berdiri.

"Ayo pergi, pakailah baju hitam." Singkat Fellis menarik pelan Nathalie, yang ditarik hanya diam tidak memprotes.

x__x

Proses pemakaman telah berakhir sejam lalu, namun Nathalie belum menemukan Fellis hingga sekarang.

Dia pun mencari Fellis dengan menumpang dimobil Ayah Fellis.

Setelah menemukan Fellis disebuah tiang, ditaman.

Tempat mereka berdua sering bermain waktu masih kecil dahulu dengan orang tua mereka.

Nathalie keluar mobil dan melihatnya yang memandang kosong ke arah lain, tidak melihatnya yang datang.

Nathalie melangkah padanya dan mengelus punggungnya, berharap dia tabah, "Relakan kepergian Ibumu, Fellis."

Fellis menatapnya yang terlihat khawatir dan melihat arah lain, tidak menjawab.

Nathalie pun memeluknya dan menatap dari dekat, membuat Fellis menatapnya.

Menghela napas pelan, lalu Fellis melihat arah lain lagi.

Sudah beberapa minggu Fellis mengabaikannya, terus berwajah sedih dan muram.

Mereka belum pulang ke Tokyo.

Nathalie pun berdiri dihadapannya yang duduk dan menyenderkan diri didinding, "Sampai kapan kau begitu, Fel?"

"Aku tidak tahu." Ucapnya menatap lantai kosong.

"Kemana Fellis yang posesif dan semangat sekarang? Hanya karena larut dalam kesedihan. Ingatlah masih ada aku, ayahmu dan keluargaku. Kami menyayangimu." Ujar Nathalie dengan kesal.

Fellis terdiam mendengar perkataannya. Dia pun berdiri menuju Nathalie. Tangan kanannya terulur disisi kanan Nathalie dengan menyentuh dinding. Dia menatap Nathalie yang terlihat merindukannya.

Melihat Fellis dengan wajah mereka yang tinggal 1 cm, Nathalie melingkarkan satu tangan ke leher Fellis.

Satu tangan lain milik Fellis merangkul pinggangnya dan langsung mendekatkan bibirnya mencium Nathalie.

Merasa terlena dengan gerakan bibir Fellis membuatnya melenguh pelan.

Fellis pun melepas tautan mereka sebelum tidak terkendali, "Maafkan aku sudah mengabaikanmu, sebagai suami aku merasa tidak bisa membahagiakan istriku sendiri."

Nathalie meletakkan jari telunjuknya dibibir Fellus, "It's okay.. Fellis."

Fellis segera memeluknya erat, "Jangan pergi, Nathalie. Jangan." katanya lirih.

Nathalie melonggarkan pelukan, "Aku tidak akan pergi selamanya, apapun kondisi keluarga kita."

"Tapi, kau bilang akan membawa pergi putri kita dan meninggalkanku." ucap Fellis pelan.

Nathalie memeluknya erat, "I'm sorry, my husband. Sorry, I just don't know, apa yang aku lakukan untuk tidak membuatmu sedih lagi. Aku putus asa." jawab Nathalie jujur.

Fellis mengangguk sambil menatap wajahnya, "Aku terima maafmu." balasnya tersenyum.

___

Peringatan : tolong jangan dihayati cerita ini readers. Nanti bikin pikiran ke mana-mana.

Maaf kalau cerita ini mengarah ke negative. Oke sampai jumpa.

19/05/2016

Hopes Be Realized ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang